TIKUS TANAH DAN LANDAK
Analisa, 3 Desember 2014
Musim hujan tiba. Udara sangat dingin. Matahari kadang hanya satu dua jam menyapa bumi. Tentu saja banyak binatang yang kedinginan. Mereka yang mempunyai simpanan makanan banyak, lebih enak bergulung diri di dalam lubang.
Seekor tikus
tanah mempunyai lubang yang besar
dan hangat.
Lubang
itu bekas menggali kelinci yang tidak jadi bersarang. Setiap hari dia membawa
berlembar-lembar daun kering untuk ditumpuk di lubang itu. Setelah sekeliling
lubang terisi daun kering, udara di dalam lubang itu menjadi hangat.
Tikus tanah itu rajin bekerja. Dia menyimpan
persediaan makanan di lubangnya. Saat musim hujan seperti sekarang dia bisa
bersantai di lubang yang hangat. Suatu sore saat sedang menikmati nyanyian
kodok, tikus tanah mendengar yang merintih kesakitan dan
kedinginan.
“Huhuhuhh...
udara dingin sekali hari ini. Badanku tidak tahan. Aku bisa demam kalau begini,
huhuhuhh...!” keluh binatang itu.
Tikus tanah
melongokkan kepalanya. Di dekat lubangnya ternyata ada landak sedang berteduh di bawah pohon. Tapi
air cipratan dari dedaunan tidak bisa dihindarinya. Tikus tanah itu kasihan
juga.
“Landak, kalau
kamu ingin berteduh, ke sini saja. Kebetulan lubang punya saya sangat besar,” kata
tikus tanah. Landak awalnya terkejut karena ada yang bicara kepadanya. Ketika
dilihatnya sebuah lubang yang hampir semuanya tertutup kulit kiara, landak
tersenyum.
Landak itu lalu
masuk ke dalam lubang tikus. Lubang tikus tanah itu memang besar. Tapi saat
dimasuki landak yang bertubuh besar, terasa sempit. Cucuk-cucuk bulu landak
malah kadang mengenai tubuh tikus tanah. Tapi tikus tanah bersabar. “Namanya
juga menolong, kita harus ikhlas,” gumamnya di dalam hati.
Karena kasihan
landak seperti yang lapar, tikus tanah memberikan sedikit simpanan makanannya.
Tentu saja landak
itu gembira. Dia makan dengan lahapnya. Setelah kenyang malah tertidur pulas.
Malam itu tikus tanah tidur tidak nyaman. Setiap dia mau bergerak, bulu landak
yang tajam itu menusuk tubuhnya. “Bersabar saja, besok pagi juga landak itu
pergi,” gumamnya di dalam hati.
Tapi besoknya
ketika matahari muncul memberi kehangatan, landak itu tidak juga pamitan. Tikus
tanah keluar lubang mengajak landak untuk berjemur.
“Landak, mari
kita berjemur,” ajak tikus tanah.
“Malas ah. Enak
tinggal di lubang ini. Matahari kurang hangat kalau musim hujan,” kata landak.
Tidak lama
kemudian hujan memang turun. Tikus tanah masuk lagi ke dalam lubangnya. Dia
semakin merasa tidak nyaman. Mau bicara terus terang, dia takut dibilang tuan
rumah yang tidak ramah. Tapi waktu yang tepat untuk landak pulang sudah
terlewat beberapa kali.
“Landak, kemarin
sore hujan sudah berhenti. Tadi pagi matahari bersinar cerah. Kenapa tidak juga
pulang ke lubangmu?” tanya tikus tanah. “Lubang saya ini tadinya enak
ditinggali. Tapi setelah engkau kupersilakan untuk berteduh, jadi terasa
sempit. Saya tidak leluasa bergerak. Bulu-bulumu itu seringkali menusuki tubuh
saya.”
“Ya, lubang kamu
ini memang enak untuk ditinggali. Hangat dan nyaman,” kata landak tidak
memperdulikan kesusahan tikus tanah.
“Jadi kapan kamu
mau pulang?” tanya tikus tanah lagi.
“Saya tidak akan
pulang.”
Tikus tanah bingung. Dia menyesal
berbuat baik kepada binatang yang tidak tahu diri. Saat bertemu kancil, tikus
tanah mengeluhkan nasibnya.
“Memang banyak
juga binatang yang perangainya seperti itu. Sudah ditolong, tidak tahu diri,”
kata kancil. “Sekarang kamu bawa potongan-potongan pohon pisang, bawa ke dalam
lubangmu.”
Tikus tanah
menurut nasihat kancil. Potongan-potongan pohon pisang dibawanya ke dalam
lubang. Landak masih menggulung dirinya, tidak perduli apa yang dilakukan tikus
tanah. Tapi ketika bulu tajamnya mulai menusuk potongan pohon pisang, dia mulai
sadar. Apalagi setelah beberapa potongan pohon pisang tertusuk bulu tajamnya,
dia mulai tidak nyaman.
Landak akhirnya
keluar lubang sambil menggerutu. Dia pulang ke lubangnya yang sempit. Musim hujan
berikutnya, landak kehujanan lagi. Dia menggigil kedinginan. Dia
memanggil-manggil tikus tanah, ingin ikut berteduh di lubangnya. Tapi tikus
tanah tidak mau lagi membukakan pintu lubangnya.
***
Dongeng Ini Didukung Oleh:
Ingin tahu lebih banyak tentang Dongeng Mendidik Dari Dunia Binatang?
Klik saja DI SINI
0 Response to "TIKUS TANAH DAN LANDAK"
Posting Komentar