KISAh SEEKOR ANJING


Lampung Pos, 21-2-2016)

Sudah dua hari Anjing mengamati rumah Pak Tani. Dia yakin, Bu Tani akan membuat dendeng kambing. Dua hari yang lalu, Pak Tani memang menyembelih kambing peliharaannya. Pasti daging kambing itu tidak habis dibuat sate dan gulai. Sisanya biasanya dibuat dendeng.
Betul saja, pagi itu Bu Tani membawa nampan ke luar rumah. Nampan berisi dendeng daging kambing itu dijemur di pinggir atap rumahnya. Nampan itu terlihat seperempatnya dari bawah. Sisanya terhalangi genting. Anjing itu menghirup dalam-dalam, merasakan harum dendeng yang enak. Tapi mau keluar persembunyiannya Anjing masih takut ketahuan.
Pukul delapan pagi Pak dan Bu Tani pergi ke ladang. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Anjing. Dia keluar persembunyian, menatap dendeng dari bawah. Lalu dia meloncat setinggi-tingginya. Tapi nampan dendeng itu masih jauh dari jangkauan. Berkali-kali Anjing meloncat, hanya tenaganya yang terkuras.
Waktu sedang istirahat mengatur nafas, Anjing melihat sebuah galah bersandar di pohon jambu air. Terpikir olehnya untuk menggunakan galah itu. Betul saja, hanya sekali kena, nampan itu sudah jatuh ke tanah. Dendengnya berserakan. Anjing memilih dendeng yang paling besar, lalu membawanya pergi.
**
Setelah berlari jauh dari rumah Pak Tani, Anjing berhenti di balik semak-semak. Pikirnya, sudah waktunya menikmati dendeng besar yang harum ini. Tapi baru saja giginya mau merobek dendeng itu, dari jauh terlihat Kijang berjalan mendekat. Anjing takut Kijang meminta dendengnya. Maka Anjing menggigit lagi dendeng itu, lalu berlari menjauh.
“Hai, Anjing, mau kemana?” teriak Kijang yang melihat sahabatnya itu berlari. Tapi Anjing pura-pura tidak mendengar. Dia terus berlari menjauh.
Di pinggir padang rumput Anjing berhenti. Dia melihat sekelilingnya, tidak ada siapa-siapa. Dia merasa aman. Dendeng itu dirobeknya dengan taring yang tajam. Tapi begitu mau memakan potongan kecil dendeng, sudut matanya melihat Kuda sedang berlari menyusuri pinggir padang rumput. Tanpa berpikir panjang, Anjing menggigit dendeng potongan besar, lalu berlari masuk ke dalam hutan.
“Hai, Anjing, mau kemana?” teriak Kuda yang melihat sahabatnya berlari ke dalam hutan. Tapi Anjing pura-pura tidak mendengar. Dia terus berlari menjauh.
Anjing mencari tempat yang tersembunyi yang tidak bisa ditemukan oleh teman-temannya. Dia takut bila teman-temannya tahu dia memiliki dendeng kambing yang besar mereka akan meminta. Tapi di mana-mana selalu ada teman-temannya.
Saat sampai di pinggir sungai, Anjing berpikir untuk menyeberangi sungai. Di seberang sungai memang banyak juga binatang, tapi Anjing tidak mengenal mereka. Lalu Anjing mencari jembatan. Tidak jauh dari sana kebetulan ada jembatan dari bambu. Anjing pun menyeberang.
Sungai di bawah jembatan itu berair tenang dan bening. Siapa yang melintas di atas jembatan terlihat jelas bayangannya di air sungai. Anjing terkejut ketika sampai di tengah jembatan dia melihat ke bawah. Di dalam sungai dia melihat anjing lain sedang memperhatikannya. Anjing takut anjing di dalam sungai itu merebut dendengnya. Dia menyeringai memperlihatkan giginya, berharap anjing di dalam air itu ketakutan. Tapi jangankan takut, anjing di dalam sungai itu malah ikut menyeringai memperlihatkan gigi dan taringnya.
Tentu saja Anjing marah. Dia tahu, seringai anjing di dalam sungai itu adalah ancaman. Saat seluruh mulutnya membuka, menggeram mengancam lawan, dendeng kambing itu lepas dari mulutnya. Anjing mengira dendeng itu direbut oleh anjing di dalam sungai. Maka dia pun meloncat menubruk anjing di dalam air itu.
Anjing baru sadar bahwa anjing di dalam sungai itu adalah bayangannya ketika sudah timbul tenggelam di dalam sungai. Air sungai yang tenang itu ternyata sangat dalam dan arus di bawahnya deras. Anjing pun kesusahan berenang. Dia terbawa arus. Terbanting-banting mengenai bebatuan dan pokok kayu yang hanyut.
Anjing merasakan sakit dan perih di sekujur tubuhnya. Dia sudah berusaha berenang ke pinggir sungai, tapi arus deras tidak bisa dilawannya. Akhirnya Anjing pasrah. Dia membiarkan tubuhnya terbawa arus, terbanting-banting ke sana ke mari. Saat kesadarannya mulai menghilang, Anjing merasa tubuhnya ada yang menarik ke pinggir.
Rupanya Berang-berang yang menarik tubuh Anjing. Setelah Anjing ditarik dari sungai, perutnya diurut-urut, keluarlah air yang banyak. Anjing terbatuk-batuk. Kesadarannya kembali mencul. Beberapa saat Anjing dibiarkan beristirahat.
Anjing merasakan tubuhnya terasa sakit dan perih. Tapi dia merasa jauh lebih kuat dibanding saat berenang melawan arus. Perutnya sekarang yang terasa semakin lapar.
“Makanlah dulu, biar tenagamu benar-benar pulih,” kata Berang-berang. “Ini ada ikan mas, enak rasanya.”
Berbinar mata Anjing melihat ikan mas sebesar sandal orang dewasa di hadapannya. Setelah mengangguk kepada Berang-berang, Anjing pun makan lahap sekali.
“Kenapa sampai terjatuh ke dalam sungai?” tanya Berang-berang setelah Anjing selesai makan.
Anjing mengingat perjalanannya sampai terjatuh ke dalam sungai. Dia malu mengingat kelakuannya. Dia berjanji di dalam hati tidak akan mengulangi lagi kesalahannya. Berang-berang saja yang baru dikenalnya begitu baik menolong dan memberi ikan mas yang besar.
“Kamu terpeleset di jembatan, ya?” tanya Berang-berang lagi.
“Bukan. Aku hanya ingin membuktikan peribahasa manusia, air beriak tanda tak dalam air tenang menghanyutkan. Ternyata peribahasa itu benar,” kata Anjing. “Untung ada kamu, terima kasih untuk semua kebaikannya.”
Berang-berang tertawa. “Kamu ada-ada saja,” katanya. **

Dongeng ini didukung oleh:

Ingin tahu lebih banyak tentang Dongeng Mendidik Dari Dunia Binatang? 
Klik saja DI SINI

Harga: Rp 40.000
Pemesanan: 
WA 085772751686
BBM: 5CEFDB37

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KISAh SEEKOR ANJING"

Posting Komentar