Puisi Bandung Pos: MALAM RANCAKALONG
Harian Bandung Pos, 11 Mei 1991
MALAM
RANCAKALONG 1
merenungi
nyanyian tarawangsa[1]
o, tangisan siapa
membangunkan malam
udara pekat dan hitam
gerimis
turun di ujung malam
riciknya menimpa daun dan dahan
angin diam. lembut dan perlahan
kusaksikan daun yang berjatuhan
Oktober
1990
MALAM
RANCAKALONG 2
mengikuti
lenggok pucuk kelapa
seperti kembali
masa kanak menari-nari
hujan tersenyum dan manis
anak-anak
bermain di halaman
berlarian
pada langkah kesekian
tawanya tak kedengaran
malam
sepi dan kedinginan
Oktober
1990
MALAM
CIATER 1
cintakah
itu, saat sebotol anggur
kau
berikan kepadaku dan kau cium bibir sepiku
o,
bulan di wajahmu tersenyum manis
tapi
aku mau yang di hatimu – seperti saat
kau
mengelus rambut anakmu
jangan
bicarakan cinta, katamu
karena
air panas ini birahi sangkuriang
untuk
dayang sumbi. o,
jangan,
jangan berikan lagi manis bibir sepimu
karena
aku tahu, tak ada harum mawar
di
hatimu!
Maret
1990
MALAM
CIATER 2
dayang
sumbi,
di
telaga hangat cintamu ada yang berenang
membakar
dingin malam
aku
bagai sangkuriang, o dayang sumbi
pingsan
di sisi manis wajahmu
“ini
adalah air resahku,” ada gerimis
di
atas tangkuban perahu. o, dayang yang ibu
aku
mengerti dengan tangismu
karena
aku melihat
ada
yang berenang, tanpa baju
menyambut
ciuman hangat sangkuriang
Maret
1990
0 Response to "Puisi Bandung Pos: MALAM RANCAKALONG"
Posting Komentar