SUASANA


Hasil membaca cerpen Ketika Gerimis Jatuh (Sapardi Djoko Damono) hari ini adalah “suasana”. Kenapa suasana? Entahlah. Mungkin bila saya membacanya bulan depan atau bulan yang lalu hasilnya akan lain. “Suasana” adalah hasil daya tangkap saya hari ini. Cerpen Ketika Gerimis Jatuh ini hanya mengungkap suasana ketika turun gerimis yang kadang-kadang menjadi hujan. Seorang anak yang tinggal di rumah sendirian mengkhawatirkan ayahnya. “Nanti kalau Ayah pulang kehujanan, kasihan.” Begitu kalimat khawatir yang selalu diulang itu. Lalu dikisahkan tentang Ayah, tentang Ibu. Akhirnya anak itu berpayung menembus gerimis, menunggu Ayah di bawah pohon asam. Tidak ada konflik yang hebat. Suasana yang dingin, perasaan-perasaan kecil. Dan akhirnya, endingnya: Di rumah, beberapa kali telepon berdering.
Tentu boleh menafsir cerpen ini dengan bebas. “Konflik di cerpen ini justru meledak-ledak. Tenang tapi dahsyat!” Boleh juga berpendapat begitu. Tapi sebagai penulis cerpen, apa yang bisa diserap dari cerpen itu? Fokus saya adalah “suasana” itu. Bagaimana kita memilih sebuah susasana, sebuah sketsa, yang di dalamnya ternyata mengandung konflik yang dahsyat itu. Mari kita bikin cerpen seperti itu.
Bagaimana cerita kamu?

4-8-2016

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SUASANA"

Posting Komentar