RUMAH IDAMAN
Saya tertegun di depan sebuah rumah. Tatapan saya kembali
tertuju kepada tulisan yang menempel di dindingnya:
DIJUAL
TANPA PERANTARA
Ragu-ragu sebenarnya. Tapi kaki ini melangkah juga. Saya
mengucapkan salam. Kebetulan tuan rumah ada dua-duanya, suami istri.
“Saya ingin melihat-lihat rumah. Kebetulan saya punya
rencana untuk membeli rumah,” kata saya setelah duduk di ruang tamu.
“Oh, silahkan.” Tuan rumah berdiri mengajak melihat-lihat
sekeliling rumah.
Saya pun diantar melihat-lihat dapur, kamar tidur, ruang
tamu, loteng, dan semua penjuru rumah. Tuan rumah menerangkan tentang air,
listrik, dan lingkungan seputar rumah. Setelah semua penjuru rumah ditengok,
kami duduk lagi di ruang tamu.
“Berapa harga yang Bapak inginkan untuk rumah ini?” tanya
saya.
“Karena ini tanpa perantara, sebenarnya enam ratus juta
pun kami lepas,” kata sang suami yang kira-kira usianya menjelang enam puluh
tahunan itu. “Tapi itu pun masih bisa nego.”
Saya terbatuk-batuk kecil.
“Begini sebenarnya, Pak, Bu,” kata saya akhirnya dengan
suara tertahan. “Saya ingin membeli rumah ini. Tapi... uang saya hanya punya
lima puluh ribu rupiah.”
Suami istri itu menatap saya. Seperti yang heran. Seperti
yang terkejut. Seperti yang tidak mempercayai pendengarannya.
“Maksudnya?” tanya sang suami.
“Iya, saya ingin membeli rumah Bapak. Tapi saya hanya
punya uang lima puluh ribu rupiah saat ini.” Saya berusaha menerangkan setenang
mungkin.
“Anda ini mempermainkan?”
“Tidak Pak, saya serius.”
Sang suami yang masih berbadan tegap itu berdiri. Dia
masuk ke kamarnya. Beberapa detik sudah keluar lagi dengan pistol di tangannya.
“Keluar kamu! Atau saya tembak kamu!” bentaknya.
Tentu saja saya terkejut. Saya meloncat, terburu-buru
keluar rumah.....Cerpen ini ditayangkan magrib.id, karena itu untuk membaca selanjutnya, silakan kunjungi di sini:
RUMAH IDAMAN
0 Response to "RUMAH IDAMAN"
Posting Komentar