RUMAH IDAMAN

Cerpen Rumah Idaman Yus R. Ismail

Saya tertegun di depan sebuah rumah. Tatapan saya kembali tertuju kepada tulisan yang menempel di dindingnya:

DIJUAL
TANPA PERANTARA

Ragu-ragu sebenarnya. Tapi kaki ini melangkah juga. Saya mengucapkan salam. Kebetulan tuan rumah ada dua-duanya, suami istri.
“Saya ingin melihat-lihat rumah. Kebetulan saya punya rencana untuk membeli rumah,” kata saya setelah duduk di ruang tamu.
“Oh, silahkan.” Tuan rumah berdiri mengajak melihat-lihat sekeliling rumah.
Saya pun diantar melihat-lihat dapur, kamar tidur, ruang tamu, loteng, dan semua penjuru rumah. Tuan rumah menerangkan tentang air, listrik, dan lingkungan seputar rumah. Setelah semua penjuru rumah ditengok, kami duduk lagi di ruang tamu.
“Berapa harga yang Bapak inginkan untuk rumah ini?” tanya saya.
“Karena ini tanpa perantara, sebenarnya enam ratus juta pun kami lepas,” kata sang suami yang kira-kira usianya menjelang enam puluh tahunan itu. “Tapi itu pun masih bisa nego.”
Saya terbatuk-batuk kecil.
“Begini sebenarnya, Pak, Bu,” kata saya akhirnya dengan suara tertahan. “Saya ingin membeli rumah ini. Tapi... uang saya hanya punya lima puluh ribu rupiah.”
Suami istri itu menatap saya. Seperti yang heran. Seperti yang terkejut. Seperti yang tidak mempercayai pendengarannya.  
“Maksudnya?” tanya sang suami.
“Iya, saya ingin membeli rumah Bapak. Tapi saya hanya punya uang lima puluh ribu rupiah saat ini.” Saya berusaha menerangkan setenang mungkin.
“Anda ini mempermainkan?”
“Tidak Pak, saya serius.”
Sang suami yang masih berbadan tegap itu berdiri. Dia masuk ke kamarnya. Beberapa detik sudah keluar lagi dengan pistol di tangannya. “Keluar kamu! Atau saya tembak kamu!” bentaknya.
Tentu saja saya terkejut. Saya meloncat, terburu-buru keluar rumah.....

Cerpen ini ditayangkan magrib.id, karena itu untuk membaca selanjutnya, silakan kunjungi di sini:

RUMAH IDAMAN 


Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

  • PERJALANAN MENUJU CAHAYA Cerpen ini pernah dimuat majalan Matra edisi Januari 2001, sayang dokumentasinya hilang....  Orang itu lewat begitu saja di depan … Read More...
  • SENYUMAN ABADI Kompas, 21 Nopember 1999 Orang itu selalu tersenyum setiap berpapasan dengan siapa saja. Kami, para warga kota yang saling meng… Read More...
  • GUBUK DI PINGGIR KOLAM 14.00 Cerpen ini pernah dimuat HU Media Indonesia 24 Desember 2000. dimuatkan majalah Horison edisi April 2001 … Read More...
  • DONGENG       Subuh hari, saat orang-orang setengah mati, Gunung Teror meledak. Sepuluh desa hancur. Seratus kota terhalang d… Read More...
  • SANG PENULIS Pikiran Rakyat, tanggalnya kok tidak ada ya.... “Ajari aku menggunakan pena,” kata anak desa berkepala pitak itu. “Akan kutulis gemer… Read More...

0 Response to "RUMAH IDAMAN"

Posting Komentar