KADO TERINDAH

cerpen anak yus r. ismail


Bu Dini adalah wali kelas kesayangan kelas III SD Baik Hati. Semua siswa kelas III ingin diperhatikan oleh Bu Dini. Sebulan sebelum Bu Dini ulang tahun, semua siswa ramai membicarakan kado yang akan diberikan. Semua siswa kelas III seperti yang berlomba ingin memberikan kado yang terindah.
Sabrina sudah bicara dengan mamanya mengenai novel yang akan dibelinya. Sabrina tahu, Bu Dini sangat suka membaca novel. Novel akan menjadi kado yang indah buat Bu Dini.
Besoknya ketika Sabrina mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan kadonya, Bu Dini tersenyum gembira. Setelah mengucapkan terima kasih Bu Dini memeluk dan mencium kening Sabrina. Tentu saja Sabrina gembira. Dia merasa Bu Dini sangat menyukai kado ulang tahun darinya.
Tapi tidak lama kemudian datang Echi mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan kadonya. Bu Dini tersenyum, mengucapkan terima kasih, dan mencium kening Echi. Kemudian datang Dila, Davin, Bening, Bu Dini menyambutnya dengan cara yang sama.
Raut wajah Bu Dini sangat berbeda ketika Ninit datang membawa bunga anthurium kecil di dalam pot kecil. Bu Dini memeluk Ninit lebih lama, mencium kening Ninit, matanya berkaca-kaca.
Sabrina memalingkan pandangannya. Apa istimewanya kado bunga anthurium kecil? Di pinggir jalan juga banyak, harganya tidak akan seberapa. Kekecewaan Sabrina ternyata dirasakan juga oleh teman yang lainnya. Echi, Davin, Bening, Hilyah, semua membicarakannya. Tapi semuanya tidak bisa menebak, kenapa kado anthurium kecil dari Ninit begitu berkenan di hati Bu Dini?
Sabrina baru mengerti mengapa Bu Dini begitu terkesan dengan kado anthurium dari Ninit ketika dua bulan kemudian dia sendiri berulang tahun. Sabrina merayakannya di sekolah. Setelah bel pulang, Bu Dini meminta semua siswa kelas III tidak pulang dulu. Ada acara sederhana merayakan ulang tahun Sabrina. Lilin ditiup, kue dipotong, makanan dibagikan, tidak lupa berdoa, dan teman-teman semua mengucapkan selamat ulang tahun sambil memberikan kado. Sabrina gembira.
Di rumah ketika membuka kado satu per satu, Sabrina tertegun ketika membuka kado dari Ninit. Sebuah buku komik. Buku komik yang unik, lain dari yang lain. Sabrina belum pernah melihatnya di toko buku manapun. Kertasnya adalah daur ulang. Tidak dilem seperti komik kebanyakan, tapi kertasnya diikat oleh tali yang unik. Gambarnya meski tidak sebagus kebanyakan buku komik, tapi lucu-lucu. Ceritanya, ini yang membuat komik ini semakin istimewa, Sabrina mengenalnya. Cerita tentang Sabrina sendiri. Sampulnya adalah kardus yang ditempeli kertas daur ulang. Dari mana Ninit memperoleh buku komik seperti ini?
Ninit adalah anak dari seorang pemulung barang-barang bekas. Setiap hari bapaknya keliling komplek-komplek perumahan, mengais tempat-tempat sampah, memilih benda-benda yang sekiranya bisa dimanfaatkan. Bila hari Minggu atau libur Ninit sering ikut keliling. Atau Ninit ikut membantu ibunya memilah-milah barang rongsokan yang akan dijual. Waktu kelas I dan kelas II banyak teman sekelas yang mencemooh Ninit. Sabrina sering kasihan juga melihatnya. Tapi di kelas III Bu Dini selalu menegur siswa yang mencemooh Ninit.
Sabrina sendiri termasuk akrab dengan Ninit. Sabrina sering mengajak Ninit bermain dengannya bila istirahat tiba. Awalnya Ninit tidak mau, apalagi kalau diajak ke kantin. Tapi lama-lama dia mau. Kalau ke kantin Sabrina sering membagi uang bekalnya. Kalau ke taman sekolah Sabrina juga membagi bekal rotinya.
Karena penasaran Sabrina datang ke rumah Ninit sore harinya. Ninit sedang membantu ibunya memilah barang rongsokan. Sabrina mengucapkan terima kasih, kado dari Ninit sangat berkesan di hatinya. Ninit tersenyum senang.
“Kalau boleh tahu, dari mana Ninit mendapatkan buku komik seperti itu?” tanya Sabrina akhirnya.
“Saya membuatnya sendiri. Hampir setiap hari saya membantu Ibu memilah barang. Plastik dengan plastik, kaleng dengan kaleng, kertas dengan kertas. Nah, setiap saya menemukan kertas sejenis yang menurut saya bagus, saya teringat kamu. Saya mengumpulkannya buat kado ulang tahunmu. Setelah banyak saya bikin kertas daur ulang, Ibu yang mengajarinya. Lalu saya gambarin dan bikin ceritanya. Bagaimana, bagus cerita dan gambarnya?”
Sabrina mengangguk senang. Cara pengerjaan yang tidak gampang dan memakan waktu tentunya.
“Sejak enam bulan yang lalu saya mengumpulkan kertas-kertasnya,” kata Ninit lagi.
“Enam bulan yang lalu? Kamu sudah inget ulang tahun saya sejak enam bulan yang lalu?”
“Ya. Bunga anthurium buat Bu Dini malah sudah saya pelihara delapan bulan. Saya menemukannya di sebuah tempat sampah, kecil dan kering. Saya memindahkannya ke plastik, mengganti tanahnya, belajar memelihara anthurium dari Mang Kardi pedagang bunga keliling itu, sampai menemukan pot bekas, membersihkan dan menghias potnya.”
Sabrina memeluk Ninit. “Saya mengerti mengapa Bu Dini begitu terharu mendapat kado anthurium darimu. Karena saya pun merasakan hal yang sama,” kata Sabrina. “Kamu teman yang sangat perhatian, Nit.”
Ninit tersenyum bahagia. *** 

* Cerpen anak ini terbit di Solo Pos 29 April 2018

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "KADO TERINDAH"

  1. Izin save ya Pak. saya sedang mencari referensi untuk menulis cerita anak. terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan, Kak. Semoga bermanfaat. Terima kasih juga sudah berkunjung....

      Hapus