DOMBA BERBULU HARIMAU
Iring-iringan aneh itu akhirnya berhenti di bawah pohon beringin.
“Saya sudah tidak tahan. Saya ingin mengembik.
Tenggorokan saya sudah gatal,” kata Domba Berbulu Harimau.
“Jangan sekali-kali! Ini sudah memasuki wilayah Hutan
Ganggong,” kata Kancil cepat. “Siapa tahu ada hewan lain yang lewat.”
“Kalau ingin bersuara, mengaumlah!” perintah Kelinci.
“Tapi saya tidak bisa mengaum!”
“Pasti bisa! Kamu sudah berkali-kali berlatih.”
“Minumlah dulu jus rumput ini, biar tenggorokanmu basah,”
kata Marmut yang menggendong tas perbekalan di punggungnya.
“Hmm... Aauuuummbee...!”
“Husss...!” hardik Kelinci.
“Bahaya itu!” bentak Kancil.
Domba Berbulu Harimau terkejut. Tenggorokannya terasa semakin
kering dan gatal.
***
Awalnya adalah ide Kancil. Dia bersama Kelinci dan Marmut
sedang menyusuri tepi hutan mencari makanan. Tapi musim kemarau kali ini
makanan semakin sulit didapatkan. Rerumputan semakin cepat kering dan semakin
susah tumbuh. Di tepi hutan itulah mereka bertemu dengan Domba yang juga sedang
mencari makan.
“Kenapa kamu kabur dari peternakan?” tanya Kelinci waktu
itu.
“Di peternakan memang banyak makanan. Tapi hidup tidak
bebas,” kata Domba.
“Tidak bebas bagaimana?”
“Ke mana-mana serba tidak boleh. Ada kandang dan pagar
yang menghalangi. Dan utamanya bukan itu, tapi setiap hewan peliharaan... suatu
hari bila sudah gemuk akan disembelih!”
“Iiihh... ngeri banget!” Marmut bergidik.
“Jadi saya lebih memilih kabur. Biar susah nyari makan.”
Marmut dan Kelinci masih bergidik membayangkan hewan
disembelih.
“Siapa bilang hidup bebas susah nyari makan? Aku punya
ide!” kata Kancil tiba-tiba. Kelinci, Marmut dan Domba terkejut. Ya, karena
dari tadi Kancil hanya diam memandangi teman-temannya yang memamah rumput
setengah kering.
“Dengarkan, bagaimanapun rumput yang paling hijau dan
melimpah di hutan ini adanya hanya di Padang Rumput Hijau. Tempat itu hanya
dikuasai oleh hewan-hewan besar dan kroninya yang berebut dan berkelahi memperebutkan
rumput yang paling hijau. Kita sebagai hewan kecil yang tersingkirkan, harus
merebut tempat itu, harus bisa makan rumput hijau dengan aman dan bebas
kapanpun dan sebanyak apapun,” kata Kancil.
“Bagaimana caranya?” Kelinci dan Marmut begitu kompak.
“Kita harus memanfaatkan keadaan. Sudah lima tahun hutan
kita kehilangan Harimau Raja Hutan. Sejak beliau mangkat, hanya hewan-hewan
besar yang menguasai hutan dan Padang Rumput Hijau. Ya, kalau hanya mereka yang
makan mungkin tidak masalah. Tapi Banteng terusnya mengajak sahabatnya,
rombongan Bison itu, dari mancahutan. Gajah mengundang sahabatnya, rombongan
jerafah, juga dari mancahutan,” kata Kancil berpidato. “Badak merasa tubuhnya
kuat dan berkuasa, seenaknya saja mengusir dan menendang kita. Belum lagi hewan
besar lainnya yang sok, sombong, mentang-mentang berkuasa, korup, dan
sebagainya”
“Lalu?” kata Kelinci semakin penasaran.
“Mereka hanya takut oleh Harimau Raja Hutan. Kita harus
menghadirkan sosok yang dekat dengan Harimau Raja Hutan itu.” Kancil menahan
napas. Kelinci, Marmut dan Domba masih diam. “Kebetulan ada saudara Domba. Dia
tidak dikenali di sekitar hutan ini. Dia bisa menjadi sosok yang dekat dengan
Harimau Raja Hutan itu.”
Tentu saja Kelinci, Marmut, apalagi Domba, sangat
terkejut. Tapi mereka setuju dan mendukung rencana Kancil. Domba pun dipermak
badannya. Bulunya menjadi belang, ada kumisnya, dan selalu menatap tajam.
“Nah, saudara Domba ini sekarang menjadi Domba Berbulu
Harimau alias Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan,”
kata Kancil.
“Wah, jauh sekali itu. Lagipula, meski sudah berbulu
belang dan berkumis, tetap saja seperti Domba,” kata Kelinci.
“Huss! Ngomong sembarangan. Apapun keadaannya, dengan politik
semuanya bisa berubah! Camkan itu, dengan politik apapun bisa berubah!” bentak
Kancil.
Begitulah awalnya. Domba pun menjadi Domba Berbulu
Harimau. Mereka berangkat menuju Padang Rumput Hijau.
***
Sepanjang jalan menuju Padang Rumput Hijau, Kancil, Kelinci
dan Marmut memperkenalkan Domba Berbulu Harimau kepada setiap hewan yang
ditemui.
“Saudaraku, kalian semua harus tahu siapa yang bersama
kami ini. Beliau adalah Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat
Harimau Raja Hutan. Beliaulah yang mewarisi kebijaksanaan dan kegagahan Harimau
Raja Hutan mendiang,” kata Kelinci kepada keluarga dan tetangga Babi Hutan.
“Tapi dia tampak tambun dan lamban,” kata Babi Hutan.
“Ya, karena beliau yang terhormat ini bertahun-tahun
dipenjara oleh manusia. Makhluk yang pintar itu ketakutan dengan Yang Terhormat
Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan. Makanya beliau ditangkap,
dipenjarakan agar badannya tambun dan lamban. Tapi berkat keberanian dan
kegagahannya beliau bisa kabur. Beliau memberontak manusia!”
“Makanya dukunglah dan pilihlah Yang Terhormat Saudaranya
Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan ini agar menjadi pemimpin di hutan ini.
Bila beliau terpilih, Padang Rumput Hijau tidak akan hanya dikuasai oleh hewan
besar. Kita, seluruh masyarakat hewan bisa berpesta. Rumput hijau tidak hanya
milik Banteng, Gajah, Badak dan kroni-kroninya,” kata Marmut mirip berpidato.
“Bila Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja
Hutan ini terpilih jadi pemimpin di hutan ini, kami berjanji tidak akan ada
lagi manusia yang datang ke sini!” kata Kancil berapi-api. “Tidak akan ada lagi
hewan-hewan pemangsa seperti singa, cheetah, srigala, buaya, ke sini! Mereka
tidak akan mengganggu kita! Tidak akan makan kita! Tidak akan ada lagi
kebakaran hutan, tidak akan ada lagi....”
“Cil, Kancil, itu tidak mungkin. Bila hewan pemangsa
tidak makan, mereka bisa mati dong?” bisik Kelinci.
“Huss! Jangan ngomong sembarangan! Namanya juga kampanye,
bebas aja, asal dapat pendukung banyak. Hoax, fitnah, kalau perlu bisa jadi
halal!”
Kelinci mengangguk-angguk tidak mengerti.
***
Karena diungkapkan, diceritakan, dari individu ke
individu, dari pintu ke pintu, akhirnya hewan penghuni Hutan Ganggong percaya
bahwa Domba alias Domba Berbulu Harimau memang Yang Terhormat Saudaranya
Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan yang layak dijadikan pemimpin.
Banyak hewan yang terpengaruh dan ikut-ikutan
mengkampanyekan Domba Berbulu Harimau adalah satu-satunya yang layak menjadi
pemimpin. Sebagian, saking fanatiknya malah sambil memfitnah siapapun yang
merasa curiga bahwa Domba Berbulu Harimau alias Yang Terhormat Saudaranya
Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan hanyalah seekor Domba. Fitnah, hoax,
berseliweran, dibagi-bagikan oleh hewan-hewan yang merasa yakin telah mendukung
kebenaran.
“Siapapun yang tidak percaya bahwa Domba Berbulu Harimau
alias Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan adalah yang
paling layak jadi pemimpin adalah antek-antek organisasi sesat, intel-intel
kekuatan luar, orang-orang yang tidak faham, tidak punya akal sehat, dan banyak
lagi!” kata Kancil saat berpidato.
Maka Domba Berbulu Harimau pun kemudian dipersilakan
untuk menduduki Batu Agung yang ada di tengah Padang Rumput Hijau. Artinya dia
secara resmi menjadi pemimpin Hutan Ganggong. Segera setelah peristiwa itu
terjadi, peraturan-peraturan baru dikeluarkan. Padang Rumput Hijau bukan lagi
tempat bebas mencari makan. Hanya dua hari dalam seminggu semua hewan boleh
mancari makan di sana. Selebihnya adalah hak Domba Berbulu Harimau sebagai
pemimpin, Kelinci-Kancil-Marmut sebagai pendukung utama, dan hewan-hewan yang
mendukungnya dengan keyakinan yang fanatik.
Tidak ada lagi kekacauan di Hutan Ganggong dalam beberapa
hari. Tidak ada perebutan makanan di Padang Rumput Hijau. Ya, karena
hewan-hewan buas seperti Singa, Beruang, Cheetah, Macan, Buaya, berjaga-jaga
mengabdi kepada kekuasaan.
Sampai akhir musim kemarau pun tiba. Saat Domba Berbulu
Harimau sedang beristirahat karena kekenyangan di Batu Agung, saat hewan-hewan
pendukungnya yang fanatik sedang makan rumput-rumput hijau, saat hewan-hewan buas
yang menghormati kekuasaan berjaga-jaga, saat hewan kebanyakan hanya jadi
penonton sambil kelaparan dan sakit hati karena janji-janji hanya janji; hujan
kemudian turun.
Belang di Domba Berbulu Harimau pun luntur. Dia menjadi
Domba kembali. Domba biasa. Domba yang gemuk, lamban, dan berbulu putih
keabu-abuan. Tapi dia tidak sadar. Domba masih merasa sebagai Domba Berbulu
Harimau alias Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan
yang menjadi pemimpin. Sementara hewan-hewan lainnya memandang heran. Sementara
Kelinci-Kancil-Marmut sudah pergi entah ke mana dengan membawa banyak kekayaan.
***
Sumedang, 4 Maret 2019
Tayang di Tribun Jabar, 14 April 2019
0 Response to "DOMBA BERBULU HARIMAU"
Posting Komentar