DOMBA BERBULU HARIMAU


Cerpen Yus R. Ismail

Iring-iringan aneh itu akhirnya berhenti di bawah pohon beringin.
“Saya sudah tidak tahan. Saya ingin mengembik. Tenggorokan saya sudah gatal,” kata Domba Berbulu Harimau.
“Jangan sekali-kali! Ini sudah memasuki wilayah Hutan Ganggong,” kata Kancil cepat. “Siapa tahu ada hewan lain yang lewat.”
“Kalau ingin bersuara, mengaumlah!” perintah Kelinci.
“Tapi saya tidak bisa mengaum!”
“Pasti bisa! Kamu sudah berkali-kali berlatih.”
“Minumlah dulu jus rumput ini, biar tenggorokanmu basah,” kata Marmut yang menggendong tas perbekalan di punggungnya.
“Hmm... Aauuuummbee...!”
“Husss...!” hardik Kelinci.
“Bahaya itu!” bentak Kancil.
Domba Berbulu Harimau terkejut. Tenggorokannya terasa semakin kering dan gatal.
***
  
Awalnya adalah ide Kancil. Dia bersama Kelinci dan Marmut sedang menyusuri tepi hutan mencari makanan. Tapi musim kemarau kali ini makanan semakin sulit didapatkan. Rerumputan semakin cepat kering dan semakin susah tumbuh. Di tepi hutan itulah mereka bertemu dengan Domba yang juga sedang mencari makan.
“Kenapa kamu kabur dari peternakan?” tanya Kelinci waktu itu.
“Di peternakan memang banyak makanan. Tapi hidup tidak bebas,” kata Domba.
“Tidak bebas bagaimana?”
“Ke mana-mana serba tidak boleh. Ada kandang dan pagar yang menghalangi. Dan utamanya bukan itu, tapi setiap hewan peliharaan... suatu hari bila sudah gemuk akan disembelih!”
“Iiihh... ngeri banget!” Marmut bergidik.
“Jadi saya lebih memilih kabur. Biar susah nyari makan.”
Marmut dan Kelinci masih bergidik membayangkan hewan disembelih.
“Siapa bilang hidup bebas susah nyari makan? Aku punya ide!” kata Kancil tiba-tiba. Kelinci, Marmut dan Domba terkejut. Ya, karena dari tadi Kancil hanya diam memandangi teman-temannya yang memamah rumput setengah kering.
“Dengarkan, bagaimanapun rumput yang paling hijau dan melimpah di hutan ini adanya hanya di Padang Rumput Hijau. Tempat itu hanya dikuasai oleh hewan-hewan besar dan kroninya yang berebut dan berkelahi memperebutkan rumput yang paling hijau. Kita sebagai hewan kecil yang tersingkirkan, harus merebut tempat itu, harus bisa makan rumput hijau dengan aman dan bebas kapanpun dan sebanyak apapun,” kata Kancil.
“Bagaimana caranya?” Kelinci dan Marmut begitu kompak.
“Kita harus memanfaatkan keadaan. Sudah lima tahun hutan kita kehilangan Harimau Raja Hutan. Sejak beliau mangkat, hanya hewan-hewan besar yang menguasai hutan dan Padang Rumput Hijau. Ya, kalau hanya mereka yang makan mungkin tidak masalah. Tapi Banteng terusnya mengajak sahabatnya, rombongan Bison itu, dari mancahutan. Gajah mengundang sahabatnya, rombongan jerafah, juga dari mancahutan,” kata Kancil berpidato. “Badak merasa tubuhnya kuat dan berkuasa, seenaknya saja mengusir dan menendang kita. Belum lagi hewan besar lainnya yang sok, sombong, mentang-mentang berkuasa, korup, dan sebagainya”
“Lalu?” kata Kelinci semakin penasaran.
“Mereka hanya takut oleh Harimau Raja Hutan. Kita harus menghadirkan sosok yang dekat dengan Harimau Raja Hutan itu.” Kancil menahan napas. Kelinci, Marmut dan Domba masih diam. “Kebetulan ada saudara Domba. Dia tidak dikenali di sekitar hutan ini. Dia bisa menjadi sosok yang dekat dengan Harimau Raja Hutan itu.”
Tentu saja Kelinci, Marmut, apalagi Domba, sangat terkejut. Tapi mereka setuju dan mendukung rencana Kancil. Domba pun dipermak badannya. Bulunya menjadi belang, ada kumisnya, dan selalu menatap tajam.
“Nah, saudara Domba ini sekarang menjadi Domba Berbulu Harimau alias Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan,” kata Kancil.
“Wah, jauh sekali itu. Lagipula, meski sudah berbulu belang dan berkumis, tetap saja seperti Domba,” kata Kelinci.
“Huss! Ngomong sembarangan. Apapun keadaannya, dengan politik semuanya bisa berubah! Camkan itu, dengan politik apapun bisa berubah!” bentak Kancil.
Begitulah awalnya. Domba pun menjadi Domba Berbulu Harimau. Mereka berangkat menuju Padang Rumput Hijau.
***

Sepanjang jalan menuju Padang Rumput Hijau, Kancil, Kelinci dan Marmut memperkenalkan Domba Berbulu Harimau kepada setiap hewan yang ditemui.
“Saudaraku, kalian semua harus tahu siapa yang bersama kami ini. Beliau adalah   Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan. Beliaulah yang mewarisi kebijaksanaan dan kegagahan Harimau Raja Hutan mendiang,” kata Kelinci kepada keluarga dan tetangga Babi Hutan.
“Tapi dia tampak tambun dan lamban,” kata Babi Hutan.
“Ya, karena beliau yang terhormat ini bertahun-tahun dipenjara oleh manusia. Makhluk yang pintar itu ketakutan dengan Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan. Makanya beliau ditangkap, dipenjarakan agar badannya tambun dan lamban. Tapi berkat keberanian dan kegagahannya beliau bisa kabur. Beliau memberontak manusia!”
“Makanya dukunglah dan pilihlah Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan ini agar menjadi pemimpin di hutan ini. Bila beliau terpilih, Padang Rumput Hijau tidak akan hanya dikuasai oleh hewan besar. Kita, seluruh masyarakat hewan bisa berpesta. Rumput hijau tidak hanya milik Banteng, Gajah, Badak dan kroni-kroninya,” kata Marmut mirip berpidato.
“Bila Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan ini terpilih jadi pemimpin di hutan ini, kami berjanji tidak akan ada lagi manusia yang datang ke sini!” kata Kancil berapi-api. “Tidak akan ada lagi hewan-hewan pemangsa seperti singa, cheetah, srigala, buaya, ke sini! Mereka tidak akan mengganggu kita! Tidak akan makan kita! Tidak akan ada lagi kebakaran hutan, tidak akan ada lagi....”
“Cil, Kancil, itu tidak mungkin. Bila hewan pemangsa tidak makan, mereka bisa mati dong?” bisik Kelinci.
“Huss! Jangan ngomong sembarangan! Namanya juga kampanye, bebas aja, asal dapat pendukung banyak. Hoax, fitnah, kalau perlu bisa jadi halal!”
Kelinci mengangguk-angguk tidak mengerti.
***

Karena diungkapkan, diceritakan, dari individu ke individu, dari pintu ke pintu, akhirnya hewan penghuni Hutan Ganggong percaya bahwa Domba alias Domba Berbulu Harimau memang Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan yang layak dijadikan pemimpin.
Banyak hewan yang terpengaruh dan ikut-ikutan mengkampanyekan Domba Berbulu Harimau adalah satu-satunya yang layak menjadi pemimpin. Sebagian, saking fanatiknya malah sambil memfitnah siapapun yang merasa curiga bahwa Domba Berbulu Harimau alias Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan hanyalah seekor Domba. Fitnah, hoax, berseliweran, dibagi-bagikan oleh hewan-hewan yang merasa yakin telah mendukung kebenaran.
“Siapapun yang tidak percaya bahwa Domba Berbulu Harimau alias Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan adalah yang paling layak jadi pemimpin adalah antek-antek organisasi sesat, intel-intel kekuatan luar, orang-orang yang tidak faham, tidak punya akal sehat, dan banyak lagi!” kata Kancil saat berpidato.
Maka Domba Berbulu Harimau pun kemudian dipersilakan untuk menduduki Batu Agung yang ada di tengah Padang Rumput Hijau. Artinya dia secara resmi menjadi pemimpin Hutan Ganggong. Segera setelah peristiwa itu terjadi, peraturan-peraturan baru dikeluarkan. Padang Rumput Hijau bukan lagi tempat bebas mencari makan. Hanya dua hari dalam seminggu semua hewan boleh mancari makan di sana. Selebihnya adalah hak Domba Berbulu Harimau sebagai pemimpin, Kelinci-Kancil-Marmut sebagai pendukung utama, dan hewan-hewan yang mendukungnya dengan keyakinan yang fanatik.
Tidak ada lagi kekacauan di Hutan Ganggong dalam beberapa hari. Tidak ada perebutan makanan di Padang Rumput Hijau. Ya, karena hewan-hewan buas seperti Singa, Beruang, Cheetah, Macan, Buaya, berjaga-jaga mengabdi kepada kekuasaan.
Sampai akhir musim kemarau pun tiba. Saat Domba Berbulu Harimau sedang beristirahat karena kekenyangan di Batu Agung, saat hewan-hewan pendukungnya yang fanatik sedang makan rumput-rumput hijau, saat hewan-hewan buas yang menghormati kekuasaan berjaga-jaga, saat hewan kebanyakan hanya jadi penonton sambil kelaparan dan sakit hati karena janji-janji hanya janji; hujan kemudian turun.
Belang di Domba Berbulu Harimau pun luntur. Dia menjadi Domba kembali. Domba biasa. Domba yang gemuk, lamban, dan berbulu putih keabu-abuan. Tapi dia tidak sadar. Domba masih merasa sebagai Domba Berbulu Harimau alias Yang Terhormat Saudaranya Tetangga Sahabat Harimau Raja Hutan yang menjadi pemimpin. Sementara hewan-hewan lainnya memandang heran. Sementara Kelinci-Kancil-Marmut sudah pergi entah ke mana dengan membawa banyak kekayaan. ***

Sumedang, 4 Maret 2019
Tayang di Tribun Jabar, 14 April 2019

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "DOMBA BERBULU HARIMAU"

Posting Komentar