MABUK BERSAMA BULAN
kembali jiwaku
bergetar saat cahaya bulan
mengucurkan
airmata ke cangkir-cangkir pengakuan
yang terbuat
dari sisa-sisa perjalananku.
aku
menenggaknya tanpa henti sampai kepala triping
bibir berzikir
dan tanganku berubah jadi sayap kupu-kupu
yang selalu
kutemui di taman-taman tempat aku mabuk.
aku terbang
bersama ribuan kupu-kupu menembus langit
menghitung
bintang. tapi mataku selalu pedih oleh ribuan cahaya
yang mengalir
menjadi suangi-sungai. airmataku yang semakin deras
dan mengkristal
kupahat menjadi perahu tempat ikan-ikan
menumpang menuju
muara-muara Abadi.
KABUT SEPANJANG JALAN
akhirnya kita menyadari bahwa kita adalah angin
yang berjalan tanpa mengenal perhentian
karena perjalanan adalah kesunyian.
akhirnya kita menyadari bahwa kabut tak pernah lenyap
dengan sempurna. angin bertiup dari utara
kabut ke selatan ke timur ke barat.
akhirnya kita menyadari bahwa kita adalah kabut
maka matahari tak pernah sempurna kita rindukan
karena kesenyapan matahari-berkabut
menjadi lanskap tersendiri di kedalaman kesadaran
0 Response to "MABUK BERSAMA BULAN"
Posting Komentar