MABUK BERSAMA BULAN


Puisi Yus R. Ismail

Koran Tempo, 6 Januari 2002


kembali jiwaku bergetar saat cahaya bulan
mengucurkan airmata ke cangkir-cangkir pengakuan
yang terbuat dari sisa-sisa perjalananku.
aku menenggaknya tanpa henti sampai kepala triping
bibir berzikir dan tanganku berubah jadi sayap kupu-kupu
yang selalu kutemui di taman-taman tempat aku mabuk.

aku terbang bersama ribuan kupu-kupu menembus langit
menghitung bintang. tapi mataku selalu pedih oleh ribuan cahaya
yang mengalir menjadi suangi-sungai. airmataku yang semakin deras
dan mengkristal kupahat menjadi perahu tempat ikan-ikan

menumpang menuju muara-muara Abadi.


KABUT SEPANJANG JALAN

akhirnya kita menyadari bahwa kita adalah angin
yang berjalan tanpa mengenal perhentian
karena perjalanan adalah kesunyian.
akhirnya kita menyadari bahwa kabut tak pernah lenyap
dengan sempurna. angin bertiup dari utara
kabut ke selatan ke timur ke barat.
akhirnya kita menyadari bahwa kita adalah kabut
maka matahari tak pernah sempurna kita rindukan
karena kesenyapan matahari-berkabut

menjadi lanskap tersendiri di kedalaman kesadaran 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MABUK BERSAMA BULAN"

Posting Komentar