CINTA DI AKHIR HAYAT


kisah inspirasi

Mungkin karena hampir setiap hari saya ada di rumah, bekerja di rumah, saya tahu pasti kenakalan anak-anak. Kadang sebagai orang tua saya merasakan jengkel yang sangat karena kenakalan anak-anak yang terlalu. Bila sedang begitu, saya selalu teringat kisah Nenek.
Nenek, begitu biasanya saya dan tetangganya memanggilnya. Awal perkenalan kami karena sejak dua tahun lalu, mungkin karena saya kadang menceritakan anak-anak yatim, fakir-miskin, orang tua jompo yang hidup sendirian, di blog; ada beberapa teman yang menitipkan zakat atau shodaqoh kepada mereka. Salah seorang yang rutin menerima zakat titipan itu adalah Nenek.
Karena Nenek hidup sendirian, punya penyakit diabetes, setiap masuk ke rumahnya baru di pintu saja sudah tercium bau sengak air kencing. Pasti Nenek sering pipis di mana saja “tidak tertahan” seperti kelajiman yang berpenyakit diabetes. Bila sedang sakit, tetangganya yang kadang mengurus. Bila ke dokter, akhirnya istri saya yang suka mengantar. Sering melintas di pikiran saya tentang keluarganya. Tapi sebelum saya bertanya, sekali waktu Nenek menceritakannya.
“Nenek ini sebenarnya punya dua orang anak. Hanya dulu, sewaktu Nenek kerja, kedua anak itu masih batita (bawah tiga tahun), suami menikah lagi. Marah sama suami, kedua anak yang masih harus diurus itu diberikan untuk diurus. Biar dia tahu rasa bagaimana susahnya mengurus anak,” katanya dengan suara putus-putus. “Makanya Nenek mengerti kalau anak-anak sekarang tidak memperdulikan Nenek. Baru sekali mereka datang ke sini. Nenek hanya bisa menyesali....”
Saya tidak bisa menanggapi ceritanya. Nenek mungkin menganggap anak-anak adalah “peliharaan” yang harus diurus. Padahal anak-anak adalah cinta yang tidak bisa dimengerti oleh kita sebagai manusia. Sejak bayi disuapi, dimandiin, tengah malam nangis ikut begadang, gede sedikit segala dipegang segala diancurin, nakalnya kadang keterlaluan, semakin besar disekolahin, segala dibeliin, makan-minum gak bayar, ada masalah diurusin; tapi orang tua rela dan dengan gembira melakukannya.
Itu cinta yang susah dimengerti. Dan karena cinta hanya bisa keluar dari hati, dan sampainya ke hati juga, anak-anak pun merespon cinta orang tua seperti itu. Setiap anak yang merasa diurus dengan cinta, akan balik mengungkapkan rasa cintanya. Sebagai anak, meski sudah berbuat yang terbaik untuk orang tua, tetap merasa belum bisa membayar cinta yang telah diberikan orang tua.
Mungkin kita yang salah, menganggap cinta seperti utang-piutang. **
foto: tempo.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "CINTA DI AKHIR HAYAT"

Posting Komentar