tag:blogger.com,1999:blog-56247184127079859142024-03-27T14:28:25.280+07:00Dongeng YusR.Ismailajari aku menggunakan pena. akan kutulis gemercik air, udara dingin, kabut senja, sampai daun gugur....Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02115659767228355501noreply@blogger.comBlogger352125tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-1459247567116149042022-02-22T12:07:00.004+07:002022-02-22T12:16:08.738+07:00PUTRI BULAN<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgtmR1o5dc6IfoKh0jp0vUTs267DyQnUG8oMl4neYWUlyk_PLaaR-7JH8RQ8mwQdkxJ-EPzkU70C1GdmDzGC8HM6oIj-bmJ7OQv6U1X-weUs0vGhJlf0tEuCCitAbzsidqsT3HME6QV3DIJCsnbRbyF28Txf39jcoqNf0djcPNnV4FdCatMytEa-egp=s530" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="530" data-original-width="530" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgtmR1o5dc6IfoKh0jp0vUTs267DyQnUG8oMl4neYWUlyk_PLaaR-7JH8RQ8mwQdkxJ-EPzkU70C1GdmDzGC8HM6oIj-bmJ7OQv6U1X-weUs0vGhJlf0tEuCCitAbzsidqsT3HME6QV3DIJCsnbRbyF28Txf39jcoqNf0djcPNnV4FdCatMytEa-egp=s320" width="320" /></a></div><br /> <p></p>
<p class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%;">“Makhluk penghuni bulan itu
bukan kucing, tapi seorang puteri, puteri yang sedang menangis,” kata Bapak
saat mendongeng sebelum tidur. Setelah mendengar dongeng itu, setiap ada
kesempatan melihat bulan, saya selalu menatapnya lama-lama. Saya perhatikan
sampai bulatan bercahaya yang melayang di langit malam itu diisi bayangan
seorang puteri, lalu dari wajahnya menetes butir-butir air ke pangkuannya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Dua puluh tahun kemudian, ketika perjalanan hidup
menjadikan saya seorang pendongeng, kisah Puteri Bulan itu menjadi favorit
saya. Anak-anak yang mendengarkan selalu terpesona, terdiam, dan waktu saya
perhatikan ada butiran bening di ujung mata mereka, satu dua jatuh ke karpet.
Saya tidak tahu, apakah mereka berempati dengan sang puteri atau saya yang
pintar menuturkan. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">**<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Begini biasanya saya bercerita:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Saat nusantara ini terdiri dari kerajaan-kerajaan
kecil, ada seorang puteri yang sangat cantik. Setiap senja, saat cahaya
matahari menebar warna jingga di sepanjang langit barat, sang puteri menyiram
bunga-bunga di taman. Para tamu kerajaan atau para ksatria yang mencuri-curi
memandang pertamanan, selalu terpesona. Seorang puteri dengan bibir penuh
senyum dan mata cemerlang sedang menyiram bunga-bunga dengan latar belakang langit
jingga, sungguh suata pemandangan yang menakjubkan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Melalui tulisan di daun-daun lontar atau dari mulut ke
mulut, kecantikan puteri si penyiram bunga saat senja itu tersebar sampai jauh.
Banyak raja dan putera mahkota yang datang, menyaksikan pemandangan senja di
taman, dan mengajukan pinangan. Tapi dari sekian banyak raja, putera mahkota
dan ksatria, belum ada seorang pun yang berkenan di hati puteri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Mengapa engkau begitu berat hati untuk menjatuhkan
pilihan, Puteri? Usiamu sudah lebih dari cukup untuk menimang anak. Dua ratus
purnama telah engkau lewati hanya dengan menyiram bunga. Apa sebenarnya yang
menghalangimu, sehingga raja-raja yang kaya raya dan para ksatria yang penuh
cinta, engkau telantarkan begitu saja,” kata ayah sang puteri, seorang raja sebuah
kerajaan kecil.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Memang belum ada yang berkenan di hati Ananda, Ayah.
Ananda ingin dipinang dengan sesuatu yang indah dan abadi.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Bukankah telah berkotak-kotak perhiasan dari emas,
berlian, mutiara, diberikan untukmu?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Bukan keindahan seperti itu, Ayah. Ananda ingin
sesuatu yang indah sampai ke lubuk hati yang paling dalam. Sesuatu yang abadi
dalam hidup ini.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Benda seperti apakah itu, Ananda. Sebutkanlah, biar
Ayah nanti menyaembarakannya.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Ananda sendiri belum tahu, Ayah.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Sang raja terpana.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">**<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Lima purnama sejak ayahnya bertanya serius, sang
puteri belum memberikan keputusan. Ayahnya khawatir, karena setiap hari ada
utusan yang datang menanyakan lamarannya atau para pelamar baru yang tak
kunjung surut. Dengan tanpa keputusan seperti ini, pikir ayah sang puteri,
siapa tahu ada kerajaan/pelamar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang
menganggapnya sombong dan merencanakan memaksa dengan kekerasan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Maka dengan hati-hati raja yang gundah itu menanyai
puterinya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Ananda, permataku, adakah engkau sedang menunggu
bayangan?” tanya sang raja. Puteri berambut model iklan shampo itu menatap
ayahnya. Menyiram bunga-bunganya dihentikan seketika.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Tidak Ayah, Ananda tidak menunggu bayangan. Ananda
pernah melihat dan merasakan keindahan yang tiada taranya itu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Tapi keindahan tidak abadi, Anakku. Setiap yang kita
sangka keindahan tidak pernah nyata. Keindahan benda-benda yang ada di dunia
ini maya, hanya bayangan. Kita tidak akan menemukannya di mana-mana, karena
keindahan sejati hanya ada di hati.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Tidak Ayah, Ananda pernah melihat dan merasakannya.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Puteri kemudian bercerita: suatu senja saat dia sedang
menyiram bunga-bunga, dia melihat sebuah titik yang terus membesar di kaki
langit jingga. Titik yang terus membesar itu ternyata seorang ksatria
pengembara. Di sebuah bukit, ksatria pengembara itu berhenti dan menatap sang
puteri yang sedang menyiram bunga dengan tatapan yang menakjubkan. Sang puteri
merasa bunga-bunga ikut bermekaran karena tatapan yang penuh cinta itu. Sampai
malam datang sang puteri tidak beranjak dari taman. Dan ksatria pengembara itu
turun mendekat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Alangkah indahnya pemandangan malam karena ada bulan.
Tahukah Tuan Puteri, bahwa di wajahnya kulihat bulan? Semoga dunia tidak
kehilangan pemandangan seindah ini,” kata ksatria pengembara. Sang puteri
terpesona dengan suara yang merdu dan bergetar itu. Maka setiap malam purnama
tiba, sang puteri menatap bulan dengan membayangkan ksatria yang rambutnya
berkibar tertiup angin dan menatapnya dengan mata penuh cinta. Sementara
ksatria pengembara entah telah sampai di mana dalam pengembaraannya yang tak
berujung. Dia hanya meninggalkan sebuah tulisan di batu yang tak diketahui sang
puteri. Bunyi tulisan itu: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Hati
pengembara adalah angin yang tak mengenal rumah dan peristirahatan. Perempuan
adalah tali bagi seorang pengembara.</i><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Begitulah Ayah, Ananda hanya menginginkan keindahan
seperti bulan yang menakjubkan. Siapa saja yang sanggup memberi Ananda rembulan
yang bulat penuh, Ananda bersedia menjadi istrinya.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Tetapi enam purnama telah lewat sejak sang raja
mengumumkan keinginan puterinya, belum ada seorang pelamar pun yang
menyanggupinya. Mereka menganggap<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>puteri
sakit dan telah lepas dari dunia manusia.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">**<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Suatu senja, saat sedang menyiram bunga-bunga, sang
puteri melihat titik di kaki langit jingga yang kemudian membesar dan ternyata seorang
ksatria pengembara. Di sebuah bukit ksatria pengembara itu berdiri, rambutnya
berkibar-kibar tertiup angin, bajunya bercahaya tersorot matahari senja.
Menjelang malam ksatria pengembara itu mendekati taman.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Hamba seorang ksatria pengembara yang telah lelah
menyeret-nyeret gelisah. Hamba ingin beristirahat di sebuah rumah yang tenang
dan penuh kasih sayang. Maukah puteri menjadi peristirahatan bagi kelelahan
hamba ini?” tanya ksatria pengembara itu dengan tatapan dan suara menyatakan
keterpesonaan yang sama. Sang puteri diingatkan kembali kepada ksatria
pengembarra pertama yang mendatangi dan mengenalkannya kepada ke</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">indahan
mena</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">kjub</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">k</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">an
rembulan, menceritakan keinginannya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Tidak bisa, Puteri. Rembulan tidak bisa diambil,
karena begitu dipetik rembulan tidak lagi indah. Rembulan pun sama halnya
dengan bunga yang mengalami layu, senja yang mengalami malam, pasang yang
mengalami surut. Kecemerlangannya di langit malam menjadi indah dan abadi,
karena kita tidak bisa menjangkaunya. Tidak, Tuan Puteri, jangan sekalipun
berkeinginan memetik rembulan, karena dunia akan kehilangan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Sang puteri menatap langit yang mulai kelam. Warna
jingga berubah pelan-pelan, seolah ingin mengabarkan bahwa tidak ada perubahan
yang drastis di dunia ini. Lalu bintang-bintang mulai berkelap-kelip, rembulan
mulai bercahaya, semuanya menuju cemerlang dan indah. Alangkah menyenangkan
seandainya keindahan seperti itu bisa dinikmati secara istimewa, pikir sang
puteri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Ksatria pengembara, seandainya engkau berkeras hati
meminangku, bawalah aku untuk tinggal di bulan,” kata sang puteri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Tidak bisa, Tuan Puteri. Bulan tidak indah untuk
ditinggali, bulan hanya indah untuk dilihat. Keinginan untuk memetiknya dan
meninggalinya, tak<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lebih dari napsu. Dan
keindahan tak akan pernah bisa dinikmati secara sempurna bila diselimuti
napsu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Dari tadi engkau hanya bisa bicara, Ksatria. Engkau
sebenarnya tidak bisa apa-apa. Cepatlah pergi dari sini, aku tak membutuhkan
nasihat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan kata-kata.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Ksatria pengembara itu menarik napas panjang. Alangkah
menakjubkannya dunia ini bila kecantikan lahiriah selalu dibarengi dengan
kecantikan batiniah, pikirnya. Sayang, keduanya sering tidak sepaham. Maka dia
pun bicara sebelum pergi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Engkau sendiri sebenarnya seperti sebuah rembulan,
Tuan Puteri. Engkau tinggal membangun langit kesadaran, maka engkau begitu
cemerlang dan mempesona diantara kelap-kelip bintang. Sementara rembulan di
langit lain, semuanya maya, semuanya tampak indah karena kita tidak bisa
menjangkaunya. Keindahannya memang bukan untuk dijangkau, tapi untuk ditatap
sepenuh perasaan. Hati-hati, Tuan Puteri, keinginan yang berlebihan itu, akan
terus bermetamorfosis menjadi kekuatan untuk melaksanakannya. Dan itu menuju
kesedihan, bukan keindahan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Lima rembulan telah dilewati sejak ksatria pengembara
yang melamar itu pergi. Suatu malam, saat sang puteri menatap rembulan dengan
keinginan untuk meraih atau meninggalinya begitu dahsyat, pelan-pelan kakinya
melangkah. Di pinggir taman langkah kakinya mulai terangkat, melayang meniti
angin, menuju bulan. Sejak itulah puteri itu menjadi penghuni bulan.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">**<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">“Mengapa puteri penghuni bulan itu menangis?” tanya
anak-anak. </span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Saya selalu bilang, kita tidak tahu, karena belum
pernah ada yang menanyainya.</span><span lang="IN" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"> Para astronot yang sampai ke bulan
pun tidak menemukan gubuknya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Bandung, 10-11 Desember 1999<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Cerpen ini pernah dimuat HU Republika 16 April 2000 <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;">Kemudian menjadi bagian dari buku kumpulan cerpen Putri Bulan (2018)</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-size: 10.0pt;"><b>Buat para siswa yang memperbincangkan cerpen ini</b>: <i>Cerpen Putri Bulan ini berkisah tentang keinginan yang sangat kuat, meski itu mustahil, akhirnya akan ada jalan mencapainya. Di cerpen ini keingin yang dikisahkan negatif, karenanya Putri Bulan menangis justru setelah bisa tinggal di bulan. Tapi juga bisa untuk kisah positif, seperti cita-cita. Tapi juga bisa ditafsir lain, boleh dan bebas saja. Selamat membaca.</i></span></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-41113700634821376122021-10-14T10:19:00.004+07:002023-11-29T07:37:51.293+07:00SI KOBRA NEANGAN KORONA - Carpon Mangle<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQu9B6iUgkaEEugJ5BHuvium_igrCv5J0oaXnHWJQdXw9dI7bg0AfGD-RY7Pj92oM0vzNeZHNm6OewL2_BD1YGiNljVDAbiGCGtP-G5ZlcNOQLKo9cavd-8CuuepqODgetROZZ6H_7YEA/s812/Si+Kobra+Neangan++Korona.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="572" data-original-width="812" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQu9B6iUgkaEEugJ5BHuvium_igrCv5J0oaXnHWJQdXw9dI7bg0AfGD-RY7Pj92oM0vzNeZHNm6OewL2_BD1YGiNljVDAbiGCGtP-G5ZlcNOQLKo9cavd-8CuuepqODgetROZZ6H_7YEA/s320/Si+Kobra+Neangan++Korona.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-size: large;">Tungtung taun 2019.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="font-size: large;">Si Kobra sibeungeut ku cai
keran WC. Gigisik sababaraha kali. Tuluy dikeureuceum-keureuceumkeun, siga anu
kapireungpeunan. Sanggeus pangrasana béngras, nempo deui ka sakuriling pasar.
Tapi terus sibeungeut deui, gigisik deui, keukeureuceuman deui.</span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tadi di imah saenyana manéhnya
geus sibeungeut. Tapi manéhna henteu ngarti ku téténjoanana. Pasar téh kosong.
Molongpong. Entong boro di luar anu biasana mah pinuh ku anu dadasar nepi ka
sisi jalan. Di jero pasar ogé ngan hiji-dua kios anu muka. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tangtu waé ieu téh pangalaman
munggaran pikeun Si Kobra anu umurna leuwih ti 40 taun. Téténjoan munggaran
salila dua puluh taun “ngawasa” Pasar Malébér. Naha pasar molongpong siga kieu?
Pasar Malébér anu hartina nu dagang lébér nepi ka luar wawangunan pasar, pinuh
ka sisi jalan, kakara ayeuna aya ku simpé. Kamarana anu dagang jeung anu
baralanja anu biasana pabaliut?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Geus saminggu Si Kobra henteu
ka pasar. Mimitina lantaran loba teuing nginum oplosan. Teuing inuman nanahaon
anu dioplos ku Si Codét, sobat dalit anu ogé minangka wawakilna tina sagala
kaperluan. Sababaraha poé sirahna leneng. Poé ayeuna rada cageur téh. Tapi basa
ngajeueung pasar anu molongpong, Si Kobra ngarasa pangaruh oplosan téh masih
ngawasa awakna. Matakna manéhnna sibeungeut, gigisik sababaraha kali. Tapi
pasar angger molongpong.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra nyampeurkeun Mamat,
tukang parkir, anu keur cinutrung dina babaléan handapeun tangkal nangka.
Panonna mencrong buruan pasar anu biasana mah pinuh ku motor jeung mobil anu
parkir. Ayeuna mah buruan pasar téh molongpong. Saukur aya gorobag runtah anu
ngabagug.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Mat, pagawéan saha ieu téh,
euy?” Si Kobra ngagorowok.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Mamat ngarénjag. Kapilanceukna
nu ieu mah unggal ka pasar téh leumpangna ngagaléong, tina sungutna bau naga.
Matakna balad-baladna nyaram Si Kobra mindeng ka pasar. Lamun aya musuh anu
hésé diperuhkeun wungkul Si Kobra kudu nyanghareupan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Pagawéan kumaha, Kang?” ceuk Mamat
henteu ngarti. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra diuk di babaléan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Saha anu nitah ngosongkeun
pasar?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Si korona, Kang.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra ngajleng tina babaléan.
Tuluy pasaang kuda-kuda, tuluy metakeun jurus-jurus silat andelanana. “Goblog! Bangkawarah!
Atah adol! Wani-wani mangkeluk téh! Urang mana manéhna, Mat?” sengorna. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Mamat seuri maur. “Lain
mangkeluk siga urang, Kang. Manéhna mah....” Mamat henteu nuluykeun omonganana.
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Urang mana, Mat? Jujur siah, entong
sieun! Aing Si Kobra! Henteu sieun ku saha waé ogé! Manéh henteu percaya? Goblog
silaing, Mat!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Lain kitu, Kang. Si korona mah
henteu katempo.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Hah! Sebangsa jin, dedemit,
jurig nyiliwuri? Entong salempang, euy! Silaing apan apal, déwék kungsi galungan
jeung anu ngageugeuh imah kosong. Dibura ogé ku panglay bari diparancahan si
ludeung teuneung, kabur anu kitu mah!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Lain mangkeluh sabangsa kitu,
Kang. Pokona mah henteu katempo! Tapi bisa ngabinasakeun manusa kalayan gancang.
Sapoé dua poé kaserang, terusna kacaritakeun paragat,” ceuk Mamat bari
ngasongkeun salambar koran anu kucel. “Ceuk koran, henteu saukur di urang. Tapi
ogé di sakuliah nagara, malah di sakuliah dunya.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Sétan! Goblog! Mangkeluk siga
kumaha si korona téh!” Si Kobra gegebés bari ngajéwang koran. “Ah, sia gé
pikasebeleun, Mat! Apan aing mah henteu bisa maca!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Réa anu kaleungitan
pacabakan, Kang. Anu daragang ngangluh. Nasib kulawarga uing ogé duka kumaha,
Kang. Anu boga kontrakan nagih terus. Tong boro mayar kontrakan, keur dahar
engké beurang ogé acan aya.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Si Nyai jeung Si Ujang, alo
déwék, kumaha baranghakanna?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Uing mah henteu masalah
puasa, Kang. Si Nyai jeung Si Ujang mah apan budak kénéh pisan, kakara lima
jeung tujuh taun. Sakapeung mah henteu kuat ngajeueungna lamun dalaharna henteu
waregeun téh.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra meureupkeun
leungeunna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Pamaréntah cenah rék méré
bantuan, Kang. Tapi bingungeun, lantaran henteu pati apal saha anu katalangsara
téh. Matakna salah ngaheulakeun. Anu carukup dibéré bantuan. Sembako jeung
amplop apan réa anu dipulangkeun deui!” Mamat siga anu manggih batur ngedalkeun
katugenahna. “Anu maok di sisi jalan, ngaku wé kalaparan, kakara di-PHK,
dipalercaya. Apan maranéhna mah baroga imah, boga buruan anu bisa dipelakan
sayuran. Sedeng uing anu katalangsara nyaan, acan kabagéan béas sasiki-siki
acan. Kamar kontrakan, gawé beuki teu puguh, ti baheula katalangsara, komo
mangsa korona siga ayeuna. Ku désa angger ditolak lantaran henteu boga KTP di
dieu. Rék kumaha boga KTP, Kang, tempat nyiruruk ogé apan ngontrak. Naha pagawé
désa téh henteu percayaeun ka RT jeung RW? Mangsana pemilu, pilbup, pileg,
pilpres, surat-surat datang henteu tatanya KTP.” Mamat siga anu rék ceurik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Tenang, Mat. Entong diaku
lanceuk lamun déwék henteu bisa mantuan. Ku déwék ditéangan tah si korona
koplok téh! Can nyaho manéhna, Si Kobra can kungsi kasoran nyanghareupan musuh
anu kumaha ogé!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra ngagégag teuing arék
ka mana. Mamat muringis<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">**<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><o:p> Anu peryogi majalah Mangle Tilas, kantun klik wae: <a href="https://shope.ee/7KWibgW5C4" target="_blank">Mangle Tilas 10 Rebuan</a></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><a href="https://shope.ee/7KWibgW5C4" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="196" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxtqre_VsQwD49c2tj2wUEerhXjs9BQjP1m_GENUM-a4VsvE_i3MbGpgSucWGV8WSnvHcA0BDYssda6hsVvnbaaO6TTES-Hvp1QWjPzzJAkIEQLg4gfS1ZqOCWzsc9dDGixG8PFaF0LHnhH2ysG94hyphenhyphend4lzgWKA9GQHeSPb4rex86YyZ8RNU2Y0X1X8MU/w147-h196/Adan%20Munggaran2.jpg" width="147" /></a></span></div><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra leumpang
didangah-dangah. Beungeutna bangkenu. Kumis ngajedig siga hileud bulu.
Leungeunna meureup. Dua batu ali sagedé muncang dina leungeun kénca jeung tilu
batu ali dina leungeun katuhu, ngagurilap matak gigis anu nyanghareupan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra inget, Si Topi Pét
anu sok ngomongkeun mahluk goib téh. Manéhna mindeng nongkrong di pasar. Ngadon
neuteup anu baralanja, sakapeung ngadu bako jeung anu daragang. Si Kobra jeung
balad-baladna, Mamat jeung tukang parkir séjénna, apan sakitu akrabna. Enya, Si
Topi Pét téh bageur. Unggal nongkrong di pasar, pasti wé neraktir kopi, roko,
sakapeung balakécrakan sangu pincuk apan. Henteu réa jalma anu dipihormat ku Si
Kobra. Tapi ka balad-baladna, Si Kobra mindeng ngingetan pikeun ngahormat Si
Topi Pét.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra masih inget alamat
imah Si Topi Pét. Harita Si Topi Pét ngajak Si Kobra sabalad-balad pikeun
lalajo tipi di imahna. Bari balakécrakan sagala disuguhkeun, maranéhna lalajo
sinétron Préman Pasar. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Tah, sinétron ieu téh
mimitina mah tina dongéng maranéh. Matakna, sok tah roko jeung lalawuhna.
Hayang dahar naon, urang pesen ayeuna kénéh,” ceuk Si Topi Pét. Si Kobra mah
henteu pati ngarti. Tiheula manéhna kungsi diajak miluan sinétron, tapi henteu
nerus obrolanna lantaran<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Si Kobra henteu
datang ka tempat anu geus dijangjikeun. Puguh harita téh sirahna lieur deui
lantaran loba teuing nginum oplosan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pager imah Si Topi Pét horéng
digembok. Si Kobra gogorowokan. Si Topi Pét muka panto. Bahamna dibungkus ku
masker. “Aya naon?” cenah ngagorowok sanggeus muka masker. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Uing rék nanyakeun si korona,
Kang. Naha éta téh anak buah Akang?” Si Kobra ogé ngagorowok.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Maksudna?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Si korona téh apan goib,
henteu kajeueung ku panon. Akang apan mindeng ngomongkeun mahluk goib.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Topi Pét ngadeukeutan. “Manéh
kungsi bogoh, Kobra?” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Bogoh ka saha?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Ka saha waé.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra nyengir. Leungeunna
hideng meureup. “Tong ngacapruk, Kang!” pokna asa diheureuykeun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Goib anu mindeng dicaritakeun
ku Akang mah anu kitu. Henteu kajeueung, tapi karasa.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Tah, kumaha lamun uing hayang
ngarasakeun anu goib kitu, Kang. Tapi entong nitah bogoh. Uing geus kolot,
Kang. Uing mah hayang néangaan si korona si bangkawarah.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Tah... kabeneran,” ceuk Si
Topi Pét bari maju ngadeukeutan pager. “Akang boga amplop keur bagikeuneun ka saha
waé anu keur kasusahan lantaran si korona. Tungguan, amplopna di jero.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra henteu ngarti
sagemblengna naon anu diucapkeun Si Topi Pét. Tapi manéhna nungguan Si Topi Pét
anu henteu lila gé kaluar deui ti imahna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Ieu aya 100 amplop. Bagikeun
ka anu enya-enya barutuheun. Ayeuna téh réa anu katalangsara. Lamun manéh butuh
ogé, mawa waé saamplop. Entong disebutkeun ti Akang. Bikeun wé, kitu gé cukup.
Jeung entong bohong! Lantaran lamun bohong, manéh moal ngarasakeun anu goib
téa. Tah, rasa anu goib ieu, lamun leungit ti diri manusa, leuwih pikasieuneun
batan si korona.” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra unggeuk. Manéhna
panasaran ku si korona anu goib, komo ayeuna aya ogé rasa anu goib saperti anu
disebutkeun Si Topi Pét. Si Kobra gancang manggihan Mamat, lantaran cenah kapiadina
téh acan boga irongan keur dahar beurang. Horéng tatangga Mamat ogé anu sarua
ngalontrak kamar leutik di sisi walungan, sarua katalangsarana. Maranéhna
kontraktor kamar-kamar leutik jeung barau, pacabakan henteu tangtu, keur
baringung lantaran beuki hésé néang kipayah enya ogé geus biasa nahan lapar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Basa amplop dibagikeun, Si
Kobra molohok mimitina mah. Tapi haténa terus ngarakacak basa aya nini-nini
nginghak bari ngeukeuweuk leungeun Si Kobra. Mamat nangkeup bari neueulkeun
beungeutna kana taktak Si Kobra. Mang Ubéd tukang panggul di pasar mah malah
nyembah sagala. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Geus dua poé barudak saukur
kararaban kulub sampeu, hatur nuhun, Kang,” ceuk Mang Ubéd bari deku terus siga
nu nyembah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Réa deui kalakuan matak
ngarakacak baca Si Kobra ngasongkeun amplop. Basa manéhna balik masih aya
saamplop dina sakuna. Lima lambar saratus rébuan nonghol basa Si Kobra nyoékeun
amplop. Si Kobra ngagebeg. Henteu nyangka manéhna eusi amplop sakitu lobana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tapi Si Kobra henteu handeueul
geus ngabagikeun 99 amplop. Enya, apan haté jeung pikiranana ngarasakeun anu
goib, rarasaan anu kakara harita kaalaman, rarasaan anu nyababkeun awakna
leuleus najan henteu nginum oplosan, rarasaan anyar anu matak nyelek dina
tikoro jeung tungtung panonna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Si Kobra gagancangan balik
bari ngusap anu ngalémbéréh dina pipina. ***<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span lang="IN" style="background: white; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Mangle no 2810, 2-8 Desember 2020</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span lang="IN" style="background: white; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="background-color: white;"><a href="https://shope.ee/6UxbdLVckL" target="_blank">KANAGAN</a> : kumpulan carpon pinilih Mangle, mung 50 rebu</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><a href="https://shope.ee/6UxbdLVckL" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img border="0" data-original-height="418" data-original-width="418" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi19h_xJXdNXuBBntQrkecU8_x4-LgwXgORTD9j3GZFiBKrukMJAr8vHIBPKW2aCiUa81Z47TLB70H0hr0aqav2htBUDhFGprrPi3-zBIh9-Nviugn3uCLdknaBHyCaBirZeouAMEqzsstatsySekf0O2m68mxL4ChWku0astY0oucgAVvHxXamAyjESlA/s320/shopee.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><br /><span style="background-color: white;"><br /></span></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span lang="IN" style="background: white; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></span></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-76111692961099996552021-10-14T10:01:00.006+07:002021-10-14T10:01:57.621+07:00USUM KEMBANG<p> <b style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioQ_HOgYpPl3pPTTEjII4tbtQBuMA6kZqXDLBmzWKd3ywP8hx-M74WhpO-S5vLI6CPz-Q2jaaDWSd0X6-AlW20OGXYeHB5emA90vlGUuTnYwkNu-1WVD9Pts9Dyrd5bzCUqZH4B9Nr4cg/s811/usum+kembang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="569" data-original-width="811" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioQ_HOgYpPl3pPTTEjII4tbtQBuMA6kZqXDLBmzWKd3ywP8hx-M74WhpO-S5vLI6CPz-Q2jaaDWSd0X6-AlW20OGXYeHB5emA90vlGUuTnYwkNu-1WVD9Pts9Dyrd5bzCUqZH4B9Nr4cg/s320/usum+kembang.jpg" width="320" /></a></b></div><b style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br /></b><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Duka pedah masih
dina raraga “di imah waé” duka geus waktuna, der téh usum kembang di mana-mana.
Ampir unggal buruan imah dikembangan. Atuh toko pot ngadadak haneuteun. Toko
anu tadina tara nyadiakeun ogé balanja potna samobil pinuh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Lantaran ti
baheula ogé resep kana pepelakan, pastina kuring henteu tinggaleun. Tapi
lantaran sok haroréam indit-inditan, balanja pot jeung kekembangan téh sok
online. Kembang mimitina mah tukeuran jeung babaturan. Ari jenis aglonéma, keladi
alias taleus hias, lantaran jarang aya di lembur mah, nya meuli ogé onlén.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Meuli téh tara
anu mahal mimitina mah. Kitu wé anu lima puluh rébu kahandap. Biasana meuli téh
anu jenisna acan aya. Aya jenis keladi anu disebutna téh Sente Wulung, taleus
hideung meureun ceuk urang mah. Resep
ningali daunna anu héjo kolot semu hideung bari hérang, batangna ogé hideung
meles. Hargana rupa-rupa, ti mimiti 15 rébu anakna nepi ka ampir 100 rébu anu
geus indukan disebutna téh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Kuring mah
lantaran resep miara téh ti leutik meuli téh anakna sababaraha tangkal. Kasebut
anakna, rada ngampleng hayang ngagedéan téh. Ampir unggal poé nyébor jeung
diberesihan. Sakapeung dipotrét, diposting dina grup facebook. Kitu wé sok
silih puji, silih béjaan cara ngurusna, atawa anu boga loba mah ngajualan ogé. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Hiji poé panggih
jeung Abah, tatangga, patani tulén teu siga kuring uusuman. Pokna téh, “Jang,
di Abah aya taleus hias mah. Jig candak di saung.” Kuring enya kungsi talatah,
lamun Abah manggihan taleus anéh atawa alus di sisi leuweung, ala waé engké
ditukeuran ku roko. Di téang téh ka saung ari pék anu disebut Sente Wulung téa.
Jangkung, gedé, indukan téh nyaan.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">“Nu kitu mah réa di sisi solokan sisi leuweung,” ceuk
Abah. Kuring ngahuleng. Hanas meuli ti anakna, surfing-na ogé sababaraha poé
ngabanding-banding harga. Tapi terus seuri, bisa dagang atuh kaya kieu mah. @@@</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: left; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Yosep - Sumedang</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: left; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; text-indent: 36pt;">Mangle no </span><span style="background-color: white; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">2806, 5-11 November 2020</span></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-44249945255559784062021-10-13T08:45:00.003+07:002021-10-13T08:45:34.644+07:00DIARI Carpon Mangle<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNRlEZS_Glomy_bV4aa35iUJf4KKWwcdvU4snQbiCHtM1uWCqvQZqP1e7oA9WPvvA3iysEc4gnpgVVhXoW1OLf729p8Ju7pfKjjiu1qVXGXuJp12hm2gwgPAX0VLP9_bW09n9fYAmpcTY/s790/Diari.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="564" data-original-width="790" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNRlEZS_Glomy_bV4aa35iUJf4KKWwcdvU4snQbiCHtM1uWCqvQZqP1e7oA9WPvvA3iysEc4gnpgVVhXoW1OLf729p8Ju7pfKjjiu1qVXGXuJp12hm2gwgPAX0VLP9_bW09n9fYAmpcTY/s320/Diari.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: large;">Dina ngaheunggeu di hareupeun gapura hiji imah. Agréng
saperti dina sinétron. Ratusan kali leuwih lega batan imah kontrakanna. Komo
agréngna. Pager beusi aya dua méterna, patamanan asri diurus ku ahlina, aya
opat tingkatna anu unggal balkonna dihias ku aggrék jeung aglaonéma.</span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina nangkeup buku diarina. Asa-asa rék mencét bél anu
nyumput dina témbok gapura téh. Dina henteu nyangka imah anu ditujuna saagréng
kitu. Tapi lain saukur asa-asa ku éta. Aya anu ngaguruh dina dadana. Sieun
henteu sanggup nyubadanan kahayang anu ngangkirna. Jadi guru, enya ogé saukur
guru nulis diari, pasti henteu gampang. Kumaha lamun muridna leuwih pinter,
leuwih lega kanyahona, pangpangna ngeunaan kamajuan jaman. Apan manéhna mah
muka ramatloka ogé ukur sakali-kali bari saperluna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tapi tékadna geus buleud. Naon waé anu bakal
disanghareupanana, Dina kudu wani ngungkulanana. Pagawéan anu henteu
kabayangkeun, honor anu ogé henteu kabayangkeun gedéna. Puguh asa dina impian. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Mimitina mah saminggu katukang, basa keur babantu di kios
baso Mba Rum. Aya langganan bari jajan téh ngalobrolkeun lamaran pagawéan.
Cenah gajihna lumayan, paling saeutik sapuluh juta rupiah. Tapi harita téh poé
panungtung. Basa keur mérésan mangkok-gelas kotor, Dina manggihan keretas eusi
pengumuman lowongan pagawéan téa. Inget di imahna masih aya dokumen lengkep
pikeun ngalamar pagawéan, Dina bébéja ka Mba Rum rék balik heula, satengah
maksa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Di imah Dina molohok basa kakara kabaca pasaratan
pagawéan téa. Pendidikan S1 jeung kudu anu pangalaman. Mun apal kitu mah
pastina moal ninggalkeun ngaasisténan Mba Rum anu tadi baeud jeung ngancam moal
ngajakan deui. Enya, Dina mah apan saukur lulusan SMK. SMK di pasisian anu
muridna ukur aya sapuluh urang. Pangalaman gawé ogé acan aya. Kajaba lamun
babantu di kios baso, purah gégéroh di rumah makan, atawa nyeuseuh di laundry;
bisa diasupkeun kana pengalaman kerja. Tapi unggal inget manéhna téh butuh
pagawéan anu leuwih merenah jeung leuwih ngahasilkeun, gancang dokumen lamaran
pagawéan téh dikirimkeun ka kantor pos.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tangtu Dina henteu nyangka basa dua poé kaliwat aya anu
ngahubungi. Emah, indungna, anu keur buburuh nyeuseuh di laundry balik. “Aya
anu nelepon, geus dua kali,” saur Emah. Poé éta Dina henteu milu gawé di
laundry, lantaran kudu nyiapkeun kaperluan sakola dua adina anu kakara kelas 1
jeung 3 Sakola Dasar. Atuh beurangna kudu masak pikeun sakulawarga.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Hp hiji-hijina di kulawarga Dina téh ngirining deui.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ieu sareng Dina Mahyana?” ceuk tina hp.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Mu... hun,” jawab Dina asa-asa. Puguh kakaraeun aya anu
nélépon ka manéhna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Enya karesep Dina nulis buku diari?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Mu... hun.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Besok ditungguan di kantor nya, pukul salapanana.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ini... punten, tentang lamaran kerja téa?” Dina asa-asa
nanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Enya... tentang pekerjaan. Tapi tong hilap, bekel buku
diarina, nya.’<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Isukna, di kantor kontraktor nasional téh Dina dianteur
ku satpam ka rohangan Bu Aminarti. Rohangan di lanté tilu téh aya ku lega jeung
sarwa ngareunaheun. Hawana seger, seungit. Sofa dua stel aya ku empuk. Lomari
tempat dokumen jeung cinderamata ngajajar rapih. Rohangan gawé anu henteu
kabayangkeun ku Dina.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ti iraha Dina nulis buku diari?” ceuk Bu Ami sabada
ngajak diuk dina sofa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Emh... kelas opat SD,” jawab Dina gugup. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ayeuna masih nulis diari?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;"> “Masih.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ow, asik pisan. Hébat.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina henteu ngarti, naonna anu asik jeung hébat? Manéhna
nulis diari lantaran euweuh deui anu bisa dilakukeun. Tivi 14 inc anu biasana nyiarkeun
sinétron geus ruksak. Ulaheun nginjeum hp. Lantaran unggal Dina nyepeng hp,
opat urang adina pasti nyalampeurkeun, milu nyepengan jeung mencétan tombol hp.
Emah tungtungna ngambek lantaran pulsa gancang béak. Eta téh hp hiji-hijina.
Sakapeung dicepeng ku Emah sakapeung ku Apa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Sababaraha kali hp éta téh digadékeun keur meuli béas.
Lamun geus kitu, Emah jeung Apa bung-beng buburuh ngarah bisa gancang nebus hp.
Enya, lantaran hp téh penting pisan. Apan anu nitah gawé ka Emah atawa Apa sok
ngaliwatan hp. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Hiji poé basa keur ngabantuan Apa nurunkeun barang
rongsok tina roda, Dina nimu buku diari. Diari anu geus dieusian satengahna.
Asalna diari téh bogana salah saurang murid SMP. Tapi lantaran biodatana geus
disoékeun, ngaran katut alamatna henteu aya, Dina henteu bisa nyalabarkeun.
Sigana diari téh ngahaja dipiceun ku anu bogana. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Saminggu ti harita Dina mimiti nulisan diari panimu téa.
Ampir unggal poé. Henteu bisa eureun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Orang tua Dina damel di mana?” saur Bu Ami ngagareuwahkeun
lamunan Dina.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Serabutan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Maksudna?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Kadang jadi tukang nyeuseuh di laundry, kadang gégéroh
di rumah makan, kadang mulung rongsokan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Oh.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina tungkul. Manéhna geus biasa ningali anu sinis,
ngalélécé, sakapeung blak-blakan ngahina, basa ngadangu pagawéan kolotna. Tapi
harita mah Dina henteu siap narimana. Manéhna ngan saukur hayang ditanya
perkara pagawéan. Terus diputuskeun, ditarima atawa henteu. Matakna ti tadi
manéhna guligah. Diari anu dicepengna baseuh ku késang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Parasit atuh pami kitu mah,” saur Bu Ami bari seuri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Maksadna?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Aya film anu populér ti Koréa, Parasite judulna, film
Asia munggaran anu kasinugrahan hadiah Academy Award, ngeunaan kemiskinan
kronis anu....”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina beuki guligah. Manéhna embung ngadangu anu samodél
kitu. Sangsara téh padeukeut jeung kriminalitas cenah. Dina ngaku, kulawargana paéh-poso
ngajauhan kajahatan. Apa jeung Emah gawé ti subuh nepi ka peuting, sakapeung
bari awak teu ngareunah, demi ngajauhan kajahatan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Matakna Dina nyatet panjang dina diari ngeunaan adina anu
kelas 3 SD maok hp tatangga basa ngadon lalajo sinétron. Nuliskeun adina anu
kelas 1 SD mulung bangké hayam da geus lila cenah henteu dahar daging hayam, bari
haté mah ngarakacak henteu puguh rasakeuneunana. Milu ambek nyedek basa adina
anu kelas 7 SMP nginjeum sapédah babaturanana tapi embung mulangkeun. Tapi anu
paling nyeuit kana haténa, anu moal bisa dipohokeun nepi ka iraha ogé, basa Apa
peuting-peuting ngoréh sampeu di kebon batur terus Emah ngulub sampeu bari
carinakdak jeung inghak-inghakan henteu katahan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Naon waé anu biasa dituliskeun dina diari téh?” saur Bu
Ami deui. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ah, naon waé, Bu,” jawab Dina gancang. Dicepengna diari
leuwih pageuh. “Ngeunaan kulawarga, sakola, cita-cita, ogé ngeunaan anu cégékan
sapertos Ibu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Maksudna?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ibu nganyerikeun haté batur ku nyarios saperti tadi. Ibu
henteu terang kumaha nalangsana, paéh-posona kulawarga abdi ngajauhan
kajahatan. Tapi kulawarga abdi sanés parasit. Emah sareng Apa, ogé abdi, buburuh
ti subuh nepi ka tengah wengi....” Sora Dina ngageter. Duka pangaruh naon bet
wani ngabudalkeun eusi haté pangjerona.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Oh, maaf. Punten. Maksud Ibu sanés kitu.” Bu Ami gancang
motong. “Dina mojang anu luar biasa.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Janten, kumaha perkawis lamaran abdi?” ceuk Dina, halon.
Diarina anu dicepeng pageuh dina lahunan beuki késangan. Manéhna ngarumasakeun
diri, asa jauh pikeun ditarima gawé. Matakna saukur ditanya ngeunaan diari. Aya
nu nyelek dina tikoro jeung haneut di tungtung panonna. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Dina mojang anu hoki, beruntung. Nulis diari téh
kabiasaan anu luar biasa jaman ayeuna mah. Kabiasaan anu bisa nyieuhkeun stress,
panyakit jiwa, anu bisa nerap ka saha waé ogé. Kitu ceuk psikolog ngeunaan
kaayaan barudak ayeuna. Réa budak anu kapahung ti leuleutik, di dunya maya,
ramatloka, ngajadikeun maranéhna henteu kaopan. Lantaran kaleungitan ucing
kameumeut dunya siga anu bakal runtuh, henteu bisa waé nganggeuskeun games
terus nelasan manéh, diputuskeun kabogoh padahal saukur kabogoh di ramatloka
terus nginum obat nepi over dosis, henteu bisa ngeusian PR terus ngajleng ti
loténg. Jeug réa deui anu henteu sapira tapi ngabalukarkeun anu bahaya. Resep
ngabuli tapi teu kaopan lamun dibuli.” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina anu beuki guligah, reuwas geus wani ngedalkeun
kereteg haténa, ngarakacak ningali pameunteu Bu Ami anu alum. Siga anu nalangsa
kacida. Duka naon lantaranna. Tapi Dina saenyana hayang gancang balik. Hayang nganggeuskeun
obrolan anu pangrasana euweuh hartina. Mimiti aya kahanjakal dina haténa.
Hanjakal geus ngirim lamaran pagawéan. Puluhan rébu rupiah, boa nepi saratus
rébuna, anu dipupustina geus ngalayang ka kantor pos jeung ongkos. Mun dikana
béaskeun mah meureun sabaraha kiloeun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Punten, Bu, abdi muhun peryogi pisan ku padamelan. Tapi
abdi henteu gaduh waktos...,” ceuk Dina sanggeus lila patingharuleng.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Enya, Ibu banget ku hayang Dina kerja ngabantuan Ibu.
Tapi henteu di dieu, henteu di perusahaan ieu. Hidep mah tempatna di bumi Ibu,
ajarkeun budak Ibu nulis diari. Hidep kudu apal, Ibu mah lain bagian personalia
di perusaan ieu. Ibu mah ceo anu ogé pemilik perusahaan ieu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina leuleus ngadanguna. Enya manéhna yakin, moal mungkin
kajaring anu dibutuhkeun perusahaan. Tapi jadi guru lés, lés nulis diari deuih,
paling ogé honorna mahi keur ongkos.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Gajihna mah disaruakeun, sapuluh juta rupiah sabulan.
Tapi Ibu hoyong, hideup ogé sosobatan jeung Rianti, budak Ibu hiji-hijina.
Kakara kelas tujuh SMP. Karunya, katingalina téh henteu boga sobat dalitna.” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina molohok ngadanguna. Leungeunna ngadégdég nyekelan
diari anu kabaseuhan ku késang. Sapuluh juta sabulan? Ngimpi ogé asa henteu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Ayeuna, basa rék mencét bél imah agréng, guligah jeung
asa-asa téh aya deui. Bu Ami enya pastina beunghar, tapi Dina henteu nyangka
bakal dijangjikeun digajih sapuluh juta rupiah sabulanna. Sarua henteu
nyangkana bumina saagréng kieu, saagréng anu henteu kabayangkeun ku Dina. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ieu Téh Dina?” ceuk satpam awéwé anu muka gerbang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Muhun.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Tos diantosan ku Ibu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina unggeuk, terus asup ka gapura.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Punten nya Téh, ari Tétéh ditawisan damel naon?” ceuk
satpam anu maké seragam bodas téh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Naha aya naon, Téh?” Dina malik nanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Tos limaan anu didamel ngurus bumi. Padahal Ibu apan tos
papirak sareng Bapa.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Abdi mah badé ngajar putrana, Téh.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Non Rianti?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Muhun.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Satpam ujug-ujug nyekelan leungeun Dina. Neuteup molohok.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Aya naon, Téh?” ceuk Dina reuwas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Non Rianti, tos ngantunkeun, dua minggu kalangkung.
Ngajleng ti balkon tingkat opat, saurna stress henteu tiasa ngerjakeun PR
sakola. Tétéh henteu terang? Apan beritana ramé dina internét.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“PR naon?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Nulis buku diari.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Dina ayeuna mah anu ngembang kadu. ***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;"> </span></p>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">Rancakalong, 13-2-2020 / 18-9-2020</span><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">Mangle no </span><span style="background-color: white; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">no 2802, 8-14 Oktober 2020</span></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-7364015058391561582021-10-07T08:46:00.003+07:002021-10-07T08:46:57.170+07:00HILEUD DINA KANGKUNG<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEwaHc3XxcvvX-0QiOI5w2tU_T1JPXyFb6_-vWDpusy6c4SO86LXP404B7LqKLG9Y8uoxEt65-tvPJxwLzJ1GJ5KXGqhmBcuua0rFcxRB9_9qaNInl6iEKsaNMfORmGdnVzULeDjOV2uE/s791/hileud+dina+kangkung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="548" data-original-width="791" height="222" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEwaHc3XxcvvX-0QiOI5w2tU_T1JPXyFb6_-vWDpusy6c4SO86LXP404B7LqKLG9Y8uoxEt65-tvPJxwLzJ1GJ5KXGqhmBcuua0rFcxRB9_9qaNInl6iEKsaNMfORmGdnVzULeDjOV2uE/s320/hileud+dina+kangkung.jpg" width="320" /></a></div><br /><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman", serif; line-height: 200%;"><span style="font-size: medium;">Aki Pangebon bisa disebut patani anu ahéng. Tadi isuk anjeunna
manggihan hileud dina daun kangkung anu ngajajar di sisi balong. Patani
karéréan pasti nyapit éta hileud atawa miteskeun daun anu aya hileudan, terus
dileyek semu ambek.</span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;"> <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tapi Aki Pangebon mah kalah nutupan hileud ku daun
kangkung séjénna. Ngarah henteu kanyahoan ku manuk atawa hayam. Ceuk pikirna, hileud
dina daun kangkung téh boga hak hirup ogé. Sarua jeung mahluk anu kumelendang
di alam dunya séjénna. Anjeunna yakin, hileud téh moal méakeun kangkung anu
héjo seger subur. Lamun terusna hileud téh baranahan, manuk pasti
nganyahoankeun, ngawatesan jumlah populasina.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Lantaran kitu Aki Pangebon katelah jalma mahiwal. Sedeng
anjeunna ngarasa biasa waé. Biasa keur anu ngalaman pangalaman ahéng. Mangsa
bolon umur sapuluh taun kungsi milu moro careuh di sisi leuweung. Ari pék
anjeunna kalangsu, misah ti anu moro séjénna. Sabada capé asruk-asrukan, sahing-hingeun
ceurik lantaran hariwang, ari pék anjog ka hiji buruan imah leutik. Campernik. Imah
di tengah leuweung.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Keur puluhak-polohok nempoan sakuriling anu asri, aya anu
nyerangkeun bari imut di handapeun tangkal kupa. Aki Sireum, kitu Aki Pangebon
keur bolon nyebutna, ngagupayan. Rugag-regog loba kasieun mimitina Aki Pangebon
téh basa diajak diuk dina babaléan hareupeun imah. Tapi sabada golosor cai
entéh tiis jeung beuleum sampeu dipurulukan kukurudan gula kawung haneut kénéh,
rasa halabhab anu kaubaran nyieuhkeun kacangcaya jeung kahariwangna. Sainget
Aki Pangebon, cai entéh jeung beuleum sampeu dipurulukan gula kawung harita
minangka lalawuh pangnikmatna anu kungsi diasaan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tapi sanés cai entéh jeung beuleum sampeu dipurulukan gula
kawung anu nyababkeun anjeunna molohok mata simeuteun. Aki Pangebon ngahuleng
ngaraga meneng molohok kembang kadu basa ningali si aki nyimpenan pupurulukan
sampeu di sakuriling unggal liang sireum. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Kanggo naon, Aki?” ceuk Aki Pangebon harita, sabada rasa
héranna henteu katahan deui.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tapi si aki henteu ngawalon. Kalah terus ngagupayan,
ngajak dongko merhatikeun beuleum sampeu laleutik di sakuriling liang sireum. Enya
wae, henteu lila aya sireum hideung kaluar tina liangna. Sabada ungas-ingus,
beuleum sampeu téh digusur. Tapi meureun beurateun, beuleum sampeu sagedé
tungtung nyéré téh dileupaskeun, tuluy sireum hideung téh asup deui kana liang.
Teu kungsi lila barijil sireum, ngagotong beuleum sampeu ka jero liangna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Sireum mah mindeng ngalaman kacilakaan, malah nepi ka
hanteuna, mangsa néangan rejeki. Katinggang régang mah, katincak, kasapukeun,
jeung réa deui. Tapi lamun kadaharanana aya di deukeut liangna, pasti maranéhna
leuwih aman,” saur si aku anu terusna nelah Aki Sireum.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Eta anu nyababkeun Aki Pangebon keur bolon pulang anting
ka bumina Aki Sireum. Ampir unggal minggu, mangsa pere sakola, Aki Pangebon
resep ngabaturan Aki Sireum di bumina. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Pangalaman éta ogé anu ngayakinkeun anjeunna,
hileud-hileud moal méakeun tatangkalan anu dipelakna. Malah mah bakal
ngadatangkeun kaahéngan séjénna. Hiji waktu aya rombongan urang kota anu ngadon
pakanci di pakampungan. Maranéhna ngayakeun acara di hiji villa, isuk-isuk
leuleumpangan ngurilingan pakampungan. Basa anjog ka kebon Aki Pangebon,
maranéhna ngaborong kangkung, bayem, tomat jeung sayuran séjénna. Maranéhna
atoh manggihan daun-daun kangkung saleger héjo bari aya tapak hileud di
sababaraha daun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Ieu téh tandana sayuran anu henteu disemprot pestisida,”
ceuk pemandu rombongan orang kota téa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Aki Pangebon meunang rejeki anu pohara poé éta.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">**<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Hiji peuting Aki Pangebon ngadangu sora anéh di tukangeun
saungna. Ngeteyep anjeunna kaluar, ngintip, horéng aya anu maok sampeu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Sampeu di dinya mah laleutik kénéh. Anu geus meujeuhna
dibeuleum mah di lebak,” ceuk Aki Pangebon semu ngaharéwos.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Bangsat téh ngagebeg. Sukuna ngadégdég. Késang nyurulung
enya ogé peuting téh aya ku tiris. Manéhna saberetek-beretekeun lumpat, tapi
ras ka budakna anu ceurik lantaran lapar teu bisa dibébénjokeun deui ku
pamajikanana. Teg aya pikiran nékad, rék narajang ka Aki Pangebon, tapi anu
boga kebon téh geus teu katémbong deui belegbegna. Beuti sampeu sagedé-gedé
jempol leungeun diruang deui ku taneuh, laju diidek ngarah teuas. Terus manéhna
ka kebon lebak, masih angger keketeyepan siga anu sieun kanyahoan. Enya waé,
satangkal ogé sampeuna aya kana satengah karungna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Bangsat téh mimitina mah kadesek ku kabutuh anu utama,
teu boga béas sapuruk-puruluk acan. Tapi lantaran anu boga kebon nyatana Aki
Pangebon, siga anu ngantep, bangsat téh terusna mah pulang-paling ampir unggal
peuting. Mimitina sampeu keur ngaganjel beuteung lapar anak-pamajikanana, terus
mupu bungbuahan cenah keur cuci mulut, terusna mah naon waé anu bisa dijual
dipaling. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Bangsat téh hirupna mimiti neut-neutan. Henteu ngan
saukur bisa ngabayuan anak-pamajikanana, tapi ogé mampu ngaréhab imahna anu
geus buruk, ngajak pakanci kulawargana, jeung ngajamu sobat-sobatna anu ngahaja
diangkir. Sakabéhna tina hasil ngabangsat. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tapi hiji isuk bangsat téh reuwas kareureuhnakeun.
Manéhna kakara hudang sanggeus sapeupeuting begadang jeung sobat-sobatna, aya
anu keketrok ka imahna. Pamajikan jeung budakna keur balanja ka pasar. Basa
muka panto bangsat téh reuwas kacida. Beungeutna sepa. Awakna ngadegdeg siga
anu nirisan. Biwirna molongo, sapok-pokeun ngomong tapi teu nyoara.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Hatur lumayan, aya rejekina tina panén usum ayeuna,”
ceuk Aki Pangebon bari teu weleh imut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Bangsat téh teu wani muka kantong pelastik ti Aki
Pangebon saacan pamajikan jeung budakna mulang. Basa pamajikanana muka
pelastik, eusina béas 4 kg, cau sasikat, jeung amplop eusi duit 100 rébu
rupiah.Amplop bodas leutik téh aya tulisan: rejeki halal ti Gusti Nu Murbéng
Alam. Enya ogé tulisanna leutik, bangsat téh ngadégdég, aya anu ngagolak dina dadana,
késangna rembes kana papakéanana. Rejeki halal rejeki halal rejeki halal, kitu
anu ngagereyem dina haténa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Bangsat téh kakara apal, Aki Pangebon mah unggal usum ogé
sok ngabagikeun sawareh hasil panén ti kebonna, ka tatangga-tatanggana nepi ka
kampung tatangga. Imah bangsat téh kaasup jauh ti kebon Aki Pangebon, tapi
harita mah kabagéan ogé sedekah ti Aki Pangebon. Atuh hasil séjénna, apan
dipaké ngabayuan jeung nyakolakeun barudak yatim jeung anu mariskin. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Aki Pangebon saenyana gaduh budak dua urang. Tapi duanana
geus marisah, ngadon itikurih di kota. Ka dua budakna, Aki Pangebon nyarios
kieu: “Kebon ieu ku Bapa bakal diwariskeun ka hidep duaan. Tapi engké sanggeus
Bapa teu aya di kieuna. Ayeuna, sapanjang Bapa aya kénéh, idinan Bapa pikeun
ngokolakeun ieu kebon jadi jalan rejeki keur saréa-réana mahluk. Bapa miharep,
tina hasil kebon ieu, engké sabada Bapa taya di kieuna, maranéh sedekah
saréa-réana, jauh leuwih réa batan kawajiban zakat.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tapi enya ogé bangsat téh beuki apal saha ari Aki
Pangebon, manéhna henteu eureun pulang-paling. Kungsi éta ogé kapikiran eureun
puak-paok, terus ngalamar gawé ka Aki Pangebon bari ngadongéngkeun kaayaan rumah
tanggana, sigana Aki Pangebon gancang ngahiap. Komo bari ngaku naon anu
dilakukeunana salila ieu. Tapi éta téh ngan saukur niat. Manéhna sieun buruhan
ngabantu-bantu di kebon henteu nyukupan kabutuh anu salila ieu enggeus
kacumponan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Bangsat téh malah maok leuwih réa. Henteu saukur keur
ngabayuan kulawarga jeung hirup basajan, tapi keur kahirupan manéhna anu
katingali leuwih jugala. Enya éta ogé sakapeung sok aya kénéh rarasaan henteu
ngareunah dina haténa. Tapi bangsat téh gancang nutupan ku mindeng babagi ka
tatangga, dulur, jeung kawawuhanana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Panén Aki Pangebon beuki ngurangan. Aki Pangebon nyalira
ngama’lum naon sabab-musababna. Tapi anjeunna angger ngantep. Anjeunna nganggap
bangsat téh saperti hileud dina daun kangkung, engké ogé bakal ngurangan
lantaran aya anu ngawatesan populasina.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Horéng henteu kitu. Jalma mah henteu bisa disaruakeun
jeung mahluk séjénna. Jalma mah kholifah bumi anu taya babandinganana. Bangsat
tangtu waé béda jeung hileud. Bangsat mah henteu aya anu ngawatesan talajakna.
Manéhna kalah beuki mahabu sanggeus di masarakat katelah sabagé dermawan. Manéhna
dirojong masarakat pikeun jadi pamingpin. Mimitina jadi kuwu, terus jadi
législatif, jeung anu séjénna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Imah bangsat téh jadi leuwih agréng. Buruanna mangrupa patamanan
anu ditata ku ahlina. Aglonema beureum, anthurium varigata, anjamani,
ningalikeun aura méwah jeung megah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Unggal isuk bangsat téh ka kantorna dianteur ku mobil Range
Rover Sport 3.0 HSE anu cenah hargana dua miliar leuwih. Ka mana-mana manéhna
dihormat jeung diugung-ugung. Tapi mangsa sorangan neuteup patamanan buruan anu
éndah, manéhna ngarasa aya hileud, réa hileud, dina dangdaunan anu marahalna.
Hileud-hileud anu terus ngarayap kana sukuna, ngarayap ka sakujur tubuhna, ka
jero pikiranana, ka jero haténa. Hileud-hileud anu henteu bisa dikadalikeun
jeung diwatesan jumlahna. Komo saukur diwatesan ku alam.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Rancakalong, 14-3-2020 / 8 Juli 2020<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Mangle no </span><span style="background-color: white; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: left;">no 2791, 30 Juli – 5 Agustus 2020</span></p>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--></span><p> </p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-83561527013794472812021-09-18T07:35:00.002+07:002021-09-18T07:35:44.370+07:00JANG NANA JEUNG PIRUS KORONA<p> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKQ_4p4tfNtDTO-HRqHeqXuvdFjkcuR_hukcLgVxJFo_QkF_sM94bRgFu0WHUNJ7cSAA9Drk_lifQgeqkqfWBUbxlctqNuq0_vMFA7CtnGnjtPLUC-ZebLNTyeaEPpGOVmZX3vVb1wYkg/s751/Jang+Nana+jeung+Pirus+Korona.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="489" data-original-width="751" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKQ_4p4tfNtDTO-HRqHeqXuvdFjkcuR_hukcLgVxJFo_QkF_sM94bRgFu0WHUNJ7cSAA9Drk_lifQgeqkqfWBUbxlctqNuq0_vMFA7CtnGnjtPLUC-ZebLNTyeaEPpGOVmZX3vVb1wYkg/s320/Jang+Nana+jeung+Pirus+Korona.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mangle no 2774, 19-25 Maret 2020</td></tr></tbody></table><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Jang Nana téh bujangan hapeuk.
Kitu lalandian babaturanana anu sok ngaheureuyan. Tara ieuh dipaké nyeri haté
katingalina téh. Disebut bujak hapeuk, jomblo tulén, lalaki raheut haténa;
kalah sok ngagakgak. Duka geus baal deui, duka meureun ngaku da kitu kaayaan
manéhna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kasabna mah kana ngojég. Umurna
geus nepi ka tilu puluh taun. Umur sakitu acan rumah tangga di lembur sok matak
rawing ceuli. Tapi keur Jang Nana mah henteu matak jadi pikiraneun. Da geuning
sapopoéna mah Jang Nana katelah loba heureuy bari kreatif. Matakna langganan
ojégna ogé kaasup réa. Pangkalan ojég anu baku mah di terminal. Tapi lamun aya
“panggilan” ti langganan mah unggal ojég bisa indit séwang-séwangan. Tah, Jang
Nana kaasup ojég anu réa langgananana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kasawang réa anu resepeun téh
da Jang Nana mah kaasup kreatif. Hiji mangsa mah dina motorna téh, di hareup
jeung di tukang, ditémpélan kardus bari ditulisan ku aksara badag: OJEG
BERBONUS. Atuh réa anu ngahajakeun hayang tumpak ojég Jang Nana. Ari pék,
sanggeus nepi ka tujuan, bonusna téh ranginang hiji jeung opak hiji
dipelastikan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Enya ogé opak jeung ranginang
téh kadaharan anu biasa di lembur mah, tapi penumpang téh rareseupeun ogé. Tapi
basa Bu Odah, pangsiunan kepala sekolah anu yuswana tos 70 taun, hayang
dianteur ka kantor pos da badé nyandak gajih pangsiun, reuwaseun ogé basa
disodoran bonus ojég téh. Tayohna Bu Odah mah henteu maca tulisan dina motor
Jang Nana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Ieu téh manéh mahugi ka kami?”
cenah semu reuwas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Ieu mah bonus ngojég, Bu.
Atanapi mahugi ka incu Ibu,” ceuk Jang Nana bari seuri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Alah siah, entong kikituan.
Pamali!” Bu Odah mikeun deui opak jeung ranginang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Jang Nana molohok sabada
nampanan bonusna anu ditampik téh. Bu Odah ngaléos bari baeud. Kukulutusna
masih kadangu ku Jang Nana: “Pikagilaeun ari barudak ayeuna, teu uyahan pisan! Hayoh
bogoh ka incu kami, apan incu téh kabéhanana ogé lalaki!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tah, basa Pak Presiden Jokowi
ngumumkeun aya dua urang warga Indonesia anu katerap pirus korona (virus
corona), atuh ibur sanagara. Di kota mah kabéjakeun anu ngaborong sembako di
swalayan. Anu ngahaja “nimbun” masker waé aya ngarah dijual hargana mahal. Di
karéta api, angkutan umum, jeung di tempat umum, réa anu maraké masker jeung
leungeun disarung tangan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Puguh apan pirus korona téh cenah
nyerang awak téréh pisan bari obatna acan kapanggih enya-enya. Matakna anu
maotna lantaran pirus ieu téh nepi ka rébuan. Ari cara népana babari pisan,
pangpangna di tempat umum. Benda anu dicepeng ku jalma anu geus kaserang terus
dicabak deui ku anu séhat bisa langsung népa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tah, Jang Nana mah isuk-isuk
ngojég bari henteu dihelm. Gantina maké galon anu dipolongoan. Isukna dihelm boboko
anu dipolongoan jeung dikacamataan. Ari dina galon jeung boboko téh ditulisan
badag: ANTI PIRUS KORONA. Atuh anu naringali sareuri nepi ka ngagakgak. Anu
ramé mah anu ngaromongkeunana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Aya-aya waé ari jelema. Bakat
ku sieun maot, sieun kaserang ku pirus korona, maké jeung dihelm galon sagala,”
saur Pa Ustad bari gogodeg sabada jamaah isa. Atuh ditémbalan ku ahli masjid
séjénna. Pajarkeun téh, teu boga iman pisan, hubud dunya, jeung réa deui.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Padahal Jang Nana mah da
saukur heureuy. Manéhna téh kaasup anu apdét (update) kana informasi. Bari
ngojég téh nyetatus dina facebook, instagram, jeung médsos séjénna. Tapi pasti
henteu nyangka manéhna ogé, basa foto-fotona “anti pirus korona” viral, follower
dina instagramna ngajaul nepi ka ratusan rébu. Nana Oter (ojég terminal) jadi piral
(viral). Diondang ka acara talkshaw tipi sagala.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ceuk béja, pangasilan Jang
Nana tina média sosialna cenah nepi ka puluhan juta sabulan. Apan geuning
terusna diajak rékaman vlog ku artis ieu, diajak “makan-makan” ku artis itu,
instagramna maké sponsor. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Hatur nuhun ka pirus korona,”
koméntar Jang Nana kana potrét anyar dina instagramna. Ari potrétna, manéhna
keur aya di studio tipi, mimiti ngeusian hiji acara. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pasti ayeuna mah moal aya deui
anu nyeungseurikeun. Di lembur pastina loba anu kaleungitan, leungiteun ojég
kreatif bari ngahibur. *** <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">Yosep R<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> - </span>Sumedang<o:p></o:p></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-89817613451302667652021-09-18T07:12:00.001+07:002021-09-18T07:38:09.270+07:00MULUNG CENGKEH<p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQgOX1Wqfx-eRj3VK2hCdopOVKzzNnNArQ10ZNKw4uRURagLq69jK5D9TI1f4oAcTOJcEcCxNqhjEk_bpOKVuQaH2hDDGdQ8gmO1e4iRji40nup5YT8cWdXgXg2AOcdZZneaUeTuC2Gzg/s704/Cengkeh.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="704" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQgOX1Wqfx-eRj3VK2hCdopOVKzzNnNArQ10ZNKw4uRURagLq69jK5D9TI1f4oAcTOJcEcCxNqhjEk_bpOKVuQaH2hDDGdQ8gmO1e4iRji40nup5YT8cWdXgXg2AOcdZZneaUeTuC2Gzg/s320/Cengkeh.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mangle no 2775, 26 Maret - 1 April 2020</td></tr></tbody></table><br /> <p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Mangsa keur
bolon, kira-kira taun 1980-an, munglung cengkéh téh asa henteu aya usumna.
Maksudna, unggal waktu ogé anu resep mah terus bisa mulung. Mangsa usum panen,
mulung téh ampir unggal poé. Ari kituna, sabudeureun lembur téh asa tangkal
cengkéh wungkul. Atuh cengkéh apan hargana mahal. Malah disebutna ogé “emas
hijau”.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mulung cengkéh
mah henteu sakadar resep wungkul. Da dikumpulkeun unggal poé mah beubeunangan
mulung téh loba ogé. Atuh sabada dipoé, sok diwadahan dina pipiti. Sok aya
bandar leuleutikan anu nguriling bari mawa jingjingan gedé. Meulian cengkéhna
téh sok cangkiran. Barudak anu resep mulung ogé ngajual cengkéhna téh sok ka
bandar anu kitu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hasil ngajual
tina cengkéh mah henteu bisa disebutkeun lumayan. Da aya babaturan mah anu bisa
meuli kantong, buku, rékét badminton, jeung anu séjénna. Henteu saukur cukup
keur jajan. Kuring sorangan kungsi sababaraha kali ngajual cengkéh hasil
mulung. Henteu pati inget nyangsang kana naon hasilna, sigana béak ku jajan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Réngsé usum
cengkéh, mulung téh cengkéh anu geus kolotna. Buah cengkéh téh sagedé-gedé
curuk atawa jempol. Sikina sok dicecebkeun kana bungbunan. Babari ngabungbunna
mah, tinggal ngawadahan tai ragaji terus cebor ku cai. Tah, dicecebkeun kana
tai ragaji baseuh mah cengkéh téréh akaran jeung pucukan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sanggeus
jangkungna aya kana sajengkalna sok dipindahkeun kana plastik. Kuring ogé
mindeng ngabungbun da resep. Tapi can kungsi nepi ka dipindahkeun, da pucukna
kakara sababaraha sénti ogé sok dibeuli ku tatangga atawa ku kolot anu
ningalieun. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tapi sabada
perdagangan cengkéh dimonopoli, hargana ngagejrét, patani cengkéh téh mimiti
pundungna. Kolot kuring ogé kaasup anu lumayan lega kebon cengkéhna. Harita mah
hasil panén téh henteu cukup keur ngaburuhan anu ngarala. Sababaraha kali panén
téh kalah nombokan. Ti harita mah dok-dak anu naluaran tangkal cengkéh. Atuh di
sabudeureun lembur ogé ayeuna mah bisa disebut tangkal cengkéh téh carang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Inget ka mangsa
mulung cengkéh téh basa nuturkeun Mang Emén mulung cengkéh anu geus harideung
karolot. Ari Mang Emén apan pacabakanana balantik bibinihan. Horéng aya kénéh
anu meulian binih cengkéh ogé. Horéng Gusti mah ngarijkian téh ku jalan anu
moal bisa kasawang sagemblengna ku manusa. ***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Yosep</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> - Sumedang<o:p></o:p></span></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-3655105999403298872021-08-17T07:25:00.001+07:002021-08-17T07:27:11.200+07:00Kasut Kusut - Carpon Mangle<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4AzsEdW2aSw8bx2qUl-IEl9DfL6QpB5y8fV8SQQkX-WxiRfSHTXjnM5xO_UPT8-4wuLSTUfQsXtP4VYsPHQkbZ3bDVT3-i_7U2DnBNzzXqvGGN5eQcTeTVOhf9PzeObUuJJtf6y1LlU4/s908/Kasut+Kusut3.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="633" data-original-width="908" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4AzsEdW2aSw8bx2qUl-IEl9DfL6QpB5y8fV8SQQkX-WxiRfSHTXjnM5xO_UPT8-4wuLSTUfQsXtP4VYsPHQkbZ3bDVT3-i_7U2DnBNzzXqvGGN5eQcTeTVOhf9PzeObUuJJtf6y1LlU4/s320/Kasut+Kusut3.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: x-large; text-indent: 36pt;"> Henteu reuwas
saenyana ngadéngé béja Kasut jadi Ketua RT téh. Arék jadi bupati ogé saenyana
bisa. Apan tanahna lega, usahana di ditu di dieu. Cenah, lamun diitung mah
rajakayana ratusan miliar rupiah. Eta anu jadi modal utama ayeuna mah.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Tapi Kasut,
apan saukur beunghar kampung. Eta puguh ogé anu narik-ati kuring mah. Maksud
téh, narik-ati rajakayana. Baheula mah apan Kasut téh bisa disebut jalma susah.
Koréh-koréh cok téh henteu bohong. Meureun pédah kasabna anu henteu puguh. Ku
kituna, pasti aya sumanget rohaka jeung gawé rancagé pikeun siga ayeuna téh. Sumanget
jeung gawé anu bisa ngagedurkeun sumanget anu séjén pikeun ngahontal suksés anu
sarua. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Oh enya, Kasut
téh urang Ciséké Panjang, anu perenahna di tutugan gunung Bésér. Kampung anu
masih héjo lémbok ku tatangkalan titinggal karuhun. Ari kuring, puguh apal
pisan ka Ciséké Panjang mah. Henteu saukur ka wargana, lebah-lebahna ogé masih
kabayang. Lebah mana aya ciséké anu enya manjang, lebah mana pasawahan
panglegana, lebah mana tangkal bungur anu mayung, jeung réa deui.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Nepi ka umur
10 taun apan kuring jadi budak Ciséké Panjang. Sabada Apa dialihkeun damel ka kota
B, kuring sareng Bunda katut dua adi tungtungna nuturkeun. Tadina mah Apa anu
saminggu sakali ka Ciséké Panjang. Moal ngalih cenah ti Ciséké Panjang téh da
betah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Ciséké
Panjang téh sanés lembur Apa atanapi Bunda.
Apa mah urang P, Bunda mah ti T. Ngalih ka Ciséké Panjang anu kaéreh kabupaten S
téh sabada Apa dialihkeun damel ka Puskesmas Ciséké. Harita umur kuring cenah
kakara 2 bulan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Ayeuna umur
kuring 22 taun, kakara lima bulan lulus ti Univeritas Jakarta. Diajar gawé di
media onlén. Matak asa atoh aya urang Ciséké Panjang anu kira-kira bisa ditulis
pangalaman suksésna. Ka rédaktur ogé ampir unggal aya kasempetan kuring
ngadongéng perkara suksésna Kasut téa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Pasti hadé
tah pangalamanana. Sahenteuna bakal ngamotivasian ka anu dialajar arusaha,”
ceuk Kang Malik, sang rédaktur téa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Matakna unggal
kawawuhan, komo urang Ciséké Panjang anu apaleun ka Kasut mah, ku kuring
dikoréh kateranganana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Naha enya
Kasut sabeunghar kitu?” ceuk kuring ka Setia, sobat waktu di SD mangsa kuring
masih di Ciséké Panjang. Setia keur nyuprih élmu kuliah di Unsuk alias
Universitas Sukamiskin.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Enya. Ulin
atuh ka lembur,” jawab Setia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Naha enya,
cenah mun diitung-itung rajakayana aya kana lima ratus M-na?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Matakna
entong tambelar ka lembur téh. Ulin atuh, béda pisan Ciséké Panjang ayeuna
jeung baheula mah.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Saenyana
kungsi dua kali kuring ka Ciséké Panjang sabada pindah téh. Sakali basa diajak
ku Apa ka tempat damelna baheula. Kadua basa Apa ka ondangan jatukramina Téh
Réni, putra Pa Aang, sobat Apa. Harita rarasaan mah kuring henteu ningali Kasut
geus jugala siga dongéng-dongéngna ayeuna. Enya éta ogé bumina mah diréhab,
dilegaan, aya mobil di garasina. Ceuk kuring, wajar waé saperti bandar-bandar
hui simadu anu suksés muka warung hui oven di kota-kota gedé. Hui simadu téh
apan hasil tani unggul ti Ciséké Panjang anu geus diaku ku mancanagara. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Oh enya, Kasut
téh saenyana nénéhna ti urang Ciséké Panjang. Apan ari nami anu aslina mah Kasdi.
Lantaran buukna sok katingali acak-acakan, pameunteu teu weléh siga anu kakara
hudang sanggeus begadang sapeuting jeput, terus wé nelah Kasut, pondokna tina
Kasdi Kusut. Pa Kasdi nyalira ogé henteu nanaon. Meureun ngarasa, éta mah
cicirén akrab, lain ngahinakeun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kasabna
saperti tadi disebutkeun, henteu puguh. Sakapeung nyaloan anu ngajual manuk,
hayam, buburuh di balong pemancingan, atawa balantik leuleutikan. Ayeuna anu
tadi disebutkeun kasab téh jadi saukur kalangenan. Nagenkeun kolécér genep
métér dina tangkal surian, dibaturan pakacir-pakacirna, ditungguan nyegukna.
Atuh lamun kolécérna ngahiung terus nyeguk, Kasut seuri ngagakgak bangun sugema
pisan. Ngadadangukeun manuk kacer bari sura-seuri senang naker. Ngabobotohan
ngadu hayam di pakalangan anu rusiah ti warga.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Enya, apan
ayeuna mah Kasut téh geus beunghar téa. Sawah, kebon, balong, aya ratus
héktarna cenah. Di unggal kampung sabudeureun Ciséké Panjang mah Kasut téh
kawentar juragan sagala. Peternakan sapi, domba, hayam, pabrik tahu, pabrik
gula beureum, pabrik aci, jeung loba deui. Acan cenah emas batangan, perhiasan,
surat-surat penting, éta mah masih rusiah. Cenah, kalangenanana ogé ayeuna mah
aya anu hargana ratusan juta rupiah. Manuk purukutut, hayam bangkok, anu
dipiara dihususkeun di buruan tukang, hargana leuwih ti saratus juta rupiah.
Sahenteuna kitu anu nepi ka kuring sabada kukurilingan néangan impo. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Wah, bohong
éta mah haha....,” ceuk Kasut bari paroman marahmay basa kuring ngahaja
nepungan. Ngobrol téh di buruan tukangna anu ditata dijieun taman, éndah jeung
bararesih. Kembang angkrék, hayam bangkok, manuk, keur diurus ku pagawéna. Bari
ngobrol téh panon mah nguriling bari babalagonjangan, hayam atawa manuk mana
anu hargana leuwih ti saratus juta rupiah téh. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Tapi kitu
apan kanyataanana, Pa. Bapa téh pengusaha suksés, juragan tanah di mana-mana, <i>pemilik</i> usaha ieu usaha itu. Abdi mah
saukur hoyong terang <i>perjuangan</i> Bapa
ngarintis usaha,” ceuk kuring deui. “Pasti pangalaman Bapa tiasa ngamotivasi
anu maca. Ieu téh hébat. Komo upami pangalaman Bapa téh viral”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Mimitina mah
saenyana... tigebrus kana got.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kuring ayeuna
mah anu nyakakak. Aya-aya waé ari anu beunghar. Ras inget ka pengusaha suksés
Bob Sadino almarhum, takoh panutan kuring mangsa kuliah. Apan cenah suksésna
téh sabada ngagoblog-goblogkeun dirina sorangan. Sigana Kasut ogé satipeu siga
kitu. Tapi nepi ka kuring amitan, Kasut henteu ngadongéngkeun lalakon tigebrus
kana got téa anu ngajurungna jadi pengusaha jugala.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Tangtu waé
kuring panasaran. Isukna kencling deui ka imah Kasut. Ngobrol deui. Perkara
séjén mimitina mah. Tapi léokna, kana “tigebrus kana got” deui. Ceuk pamikir
kuring, perkara éta bakal viral. Sabiwir hiji atuh, beunghar lantaran tigebrus kana
got.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Saméméh
ngajawab, Kasut ngagupayan salah saurang pagawéna. Teu lila sababaraha kuéh
kaléng disuguhkeun. Kuéh kaléng mahal tangtuna ogé. Tapi pikeun kuring, pastina
leuwih anteb ngasaan kadaharan kampung anu geus ngabarak dina méja. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kasut téh enya
kasohor ogé ku béréhanana. Nyumbang ka ditu ka dieu, ngabantuan anu keur
kasusahan bari tara itungan. Apan unggal kuring namu ogé susuguhna teu weléh
nyugemakeun. Hui oven, sampeu wédang, keremes, opak-ranginang, teu weléh aya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Jauh tina
sangkaan, geuning Kasut téh henteu medar perkara “tigebrus kana got” téa. Malah
isukna mah basa kuring datang deui bari nanya perkara éta, Kasut téh siga anu
ambek. Pameunteuna geuneuk, terus ngagejlig ninggalkeun kuring bari henteu
amitan. Pagawéna anu nitah kuring balik bari pokna, Kasut ngadadak paruyeng
cenah. Basa kuring namu deui, sama sakali Kasut embung manggihan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Tangtu waé
kuring jadi leuwih panasaran. Aya naon? Kunaon? Salaku wartawan ngora anu masih
halabhab kanyaho, tangtu waé kuring henteu mundur. Malah beuki nyosok jero
tatanya ka sakur kawawuhanana. Tapi tungtungna datang deui ka Kasut<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Kieu Jang
Wartawan, Bapa arék ngadongégkeun perkara tigebrus kana got. Dina ieu carita
réa rusiahna. Lamun Jang Wartawan henteu wijaksana, Bapa teu apal naon anu
bakal kajadian,” ceuk Kasut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Tangtu waé
kuring henteu ngarti. Aya naon saenyana? Di rohangan téh saukur aya duaan,
pahareup-hareup dina sofa. Di sisi témbok aya lomari gedé eusi botol-botol
inuman. Di luar rohangan, katangen sababaraha urang ngintip. Meureun anu tadi
ngariung, anu maraké seragam ormas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Abdi mah
saukur hoyong terang dongéngna, Pa,” ceuk kuring gugup.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Baheula kasab
Bapa téh sagawé-gawé. Pangasilan koréh-koréh cok téh lain bohong. Sapoé ukur dahar
sangu sakali téh henteu ahéng pikeun anak-pamajikan Bapa mah. Hiji poé Bapa milu
buburuh dagang peuyeum ka Jakarta. Unggal poé Bapa nguriling nanggung peuyeum.
Di hiji perumahan méwah, basa keur nguriling, Bapa diudag anjing leupas. Anjing
hérder sagedé domba jalu. Atuh puguh reuwas, terus lumpat nepi ka ngagebruskeun
manéh kana got. Bakat ku sieun.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kuring kéom.
Lucu. Terus ngaleguk cai anu disuguhkeun. Karasa haneut kana tikoro.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Henteu saukur
saawak-awak anu kalotor, barau, tapi peuyeum satanggungan henteu kapuluk.
Untungna terus ditulungan satpam, terus dibawa ka bumina Tuan Anu Dipihormat
anu ngajadikeun Bapa siga ayeuna. Bapa dititah mandi, disampakeun baju ganti,
disuguhan kadaharan ngarareunah anu kakara harita ngasaan. Balikna Bapa malah
dianteurkeun ku supirna, dititah balik ka lembur waé. Terusna Tuan Anu
Dipihormat ngiring nganteur, maké mobil méwah, atuh matak gujrud salembur. Basa
Tuan Anu Dipihormat mulih, Bapa ditinggalan duit sababaraha tas, miliaran
rupiah jumlahna ogé.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kuring molohok
ngadanguna. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Terusna mah
henteu saukur Tuan Anu Dipihormat anu sumping ka dieu. Tapi ogé koléhana,
sobat-sobatna. Naritipkeun rajakayana, miliaran rupiah jumlahna. Ku Bapa duit
sakitu lobana téh dibeulikeun tanah, usaha, ingon-ingon, jeung anu séjénna.
Surat-suratna mah enya atasnama Bapa. Tapi engké lamun dicandak, Tuan Anu
Dipihormat téh jangji bakal ngabagi.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Wah, éta mah
moneylaundring, Pa! Cuci uang disebatna téh!” ceuk kuring mimiti ngarti.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Ssstt...!”
Kasut ngagebés. “Teu jauh ti sangkaan, anjeun téh pinter, Jang Wartawan.
Matakna Bapa ngajak ngobrol téh duaan. Bapa dongéngkeun anu anjeun hayang
nyaho. Tapi Bapa miharep anjeun wijaksana, henteu ngadongéngkeun lalakoh
tigebrus kana got ieu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kasut terus ngodok
kolong méja, sok wé amplop coklat di hareupeun kuring. “Bapa tos konsultasi ka sababaraha
urang Tuan Anu Dipihormat, nya aranjeunna nitipkeun ieu. Cukup keur mobil mah.
Anjeun enya masih ngora, Jang Wartawan, tapi keukeuleuyeungan ka ditu ka dieu
kana motor, kurang merenah,” pokna. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kuring
ngagebeg. Diuk téh ngadadak ngadayagdag.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Tapi lamun anjeun
merekedeweng, henteu miduli kanyaah Tuan-Tuan Anu Dipihormat, anu ngarintip di
luar téh henteu saukur kaleker awakna, ditarato, tapi ogé jarago béla diri.
Maranéhna ahli kana ngaleungitkeun jelema.“<o:p></o:p></span></p>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"> Detik harita kénéh hirup
kuring jadi kusut. @@@</span><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"> RENGSE</span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Rancakalong, 2 Maret 2020</span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Majalah Mangle no 2774, 19-25 Maret 2020 </span></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-59418773102678269172021-08-17T06:45:00.005+07:002021-08-17T06:47:28.744+07:00Kambing Kang Abing - Cerpen Harian Fajar<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqhyphenhyphen5E3JFC256rq60eTb6zZmxng-y32e9w9BHf089sbS95oYnHQpvCJvLrnqw9rLWLVACNKPSVZuWi_hx8jDWVXr686Z0vokJTZkxIlhi8gj4NNAJHKmg-fQZV7WghytRd5u1XaA7h_a0/s466/Kambing+Kang+Abing2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="466" data-original-width="388" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqhyphenhyphen5E3JFC256rq60eTb6zZmxng-y32e9w9BHf089sbS95oYnHQpvCJvLrnqw9rLWLVACNKPSVZuWi_hx8jDWVXr686Z0vokJTZkxIlhi8gj4NNAJHKmg-fQZV7WghytRd5u1XaA7h_a0/s320/Kambing+Kang+Abing2.jpg" width="266" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Di kampungku Kang Abing termasuk tokoh yang terkenal. Setiap
menjelang Hari Raya Idul Adha banyak orang yang mencarinya. Kambing peliharaan
Kang Abing memang selalu tampak sehat, bersih, gemuk dan gagah. Orang yang akan
berkurban akan merasa puas dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">udhiyah</i>
seperti itu. Makanya keberadaan kambing Kang Abing tidak pernah melewati hari <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tasyriq</i>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Apa rahasianya, Kang, kok kambing Kang Abing gemuk-gemuk
dan sehat?” Saya pernah bertanya seperti itu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Ah, sama saja dengan yang lain. Dikasih makan rumput dan
pakan fermentasi. Bukan sok gengsi, tapi itulah caranya mengirit biaya pakan
dan menyederhanakan pekerjaan. Jadi bisa memelihara kambing yang banyak,” kata
Kang Abing. “Tapi mungkin ini termasuk rahasianya, saya itu dalam memelihara
kambing melibatkan perasaan. Makanya bila ada kambing yang sakit saya suka ikut
sakit.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Nah, itu mungkin rahasianya, Kang. Makanaya dinamai Kang
Abing, bakal hebat dalam memelihara kambing.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Huss! Persoalan tidak nyambung disambung-sambung!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Konon, Kang Abing dulunya seperti kebanyakan orang
kampung, hidup dalam kemiskinan. Pekerjaan tidak tetap, jadi buruh tani saat
mengolah kebun, kadang memelihara kambing tapi kambing milik orang lain. Sekali
waktu Kang Abing mendapat hadiah anak kambing saat panjat pinang hari
kemerdekaan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Setelah anak kambing itu dipelihara Kang Abing, badannya
semakin besar dan sehat. Saat menjelang Idul Adha kambing Kang Abing terjual
dengan harga mahal. Dari hasil penjualan kambingnya itu, Kang Abing kemudian
membeli empat anak kambing. Begitu ceritanya sampai kemudian Kang Abing menjadi
pengusaha kambing yang terkenal.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kepandaian Kang Abing dalam memelihara kambing sudah
terlihat dari harga kambing yang ditawarkan. Pasaran tahun ini harga kambing
untuk kurban sekitar dua sampai tiga juta rupiah. Nah, harga kambing Kang Abing
paling murah tiga juta rupiah. Si Tanduk, kambing kebanggaan Kang Abing, malah berani
dibeli empat juta lima ratus ribu rupiah oleh Pak Haji Sorbana. Tapi saat Si
Tanduk mau diambil dari kandung, hewan itu lepas dari kandang. Kang Abing dan
dua orang pegawainya tentu heran, kenapa Si Tanduk bisa melepaskan palang-palang
kayu dan kuncian kandang yang kokoh?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Kenapa kalian sudah buka palang-palang kayunya?” kata
Kang Abing kepada dua orang pegawainya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Belum dibuka, Kang. Kami juga tidak tahu kenapa Si
Tanduk lepas.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Tapi begitulah yang terjadi. Seharian Kang Abing dan
kedua pegawainya mengejar-ngejar Si Tanduk, kambing yang biasanya penurut itu
tidak tertangkap juga. Tidak tersentuh bulunya sekalipun. Padahal biasanya Si
Tanduk sangat jinak. Saat dijemur setelah dimandikan, anak Kang Abing yang baru
delapan tahun, malah suka menungganginya seolah Si Tanduk adalah seekor kuda.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Tapi kejadian hari itu memang diluar perkiraan. Si Tanduk
kabur ke kebun-kebun. Warga kampung yang sedang bekerja di kebun kemudian
membantu menangkap Si Tanduk. Tapi hewan untuk kurban itu selalu bisa
melepaskan diri. Dia naik ke undakan kebun paling atas. Saat para pengejarnya
ikut naik, Si Tanduk turun lagi dengan meloncati semak-semak. Sampai sore, Si
Tanduk tidak tersentuh bulunya sekalipun. Sementara orang-orang yang
mengejarnya, terduduk kelelahan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Pak Haji Serbana akhirnya membatalkan membeli Si Tanduk.
Anehnya, setelah Pak Haji Serbana pulang, Si Tanduk pun pulang ke kandangnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Sehari menjelang Idul Adha, ada orang kota yang mencari <i style="mso-bidi-font-style: normal;">udhiyah</i> berani membeli Si Tanduk lima
juta rupiah. Kang Abing tentu saja sangat setuju. Tapi saat Si Tanduk mau
dibawa, dia lepas lagi dari kandang. Orang kota itu membatalkan membeli Si
Tanduk. Kang Abing yang sebenarnya orang sabar, terpancing juga untuk marah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Dasar, hewan tidak berotak! Kalau tertangkap, saya jual
sejuta rupiah sekalipun!” kata Kang Abing saat kelelahan mengejar-ngejar Si
Tanduk. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Saat itu hari sudah mulai gelap. Para pengejar melangkah
gontai di jalan kampung. Betapa terpananya mereka saat melihat di kejauhan Si
Tanduk sedang diusap-usap seorang kakek. Kang Abing akhirnya menghampiri kakek
dan Si Tanduk.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Kambing yang gagah, gemuk, bersih, sangat bagus menjadi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">udhiyah</i>. Bapak tahu, ini kambing punya
siapa?” kata kakek itu dengan airmata yang tidak bisa disembunyikan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Kakek, kenapa menangis?” Kang Abing malah balik bertanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Bertahun-tahun Kakek ini menabung ingin berkurban. Tapi
sampai tahun ini uang yang terkumpul tidak cukup. Maklum kakek hanya pekerja
serabutan yang sering menahan lapar dibanding ada uang untuk ditabung. Tahun
kemarin Kakek berkeliling mencari kambing untuk kurban, tapi tidak ada yang pas
dengan uang tabungan Kakek. Tahun ini pun, setelah berhari-hari mencari ke
berbagai kampung, juga malah ditertawakan orang.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Berapa uang tabungan Kakek?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">“Satu juta rupiah.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kang Abing ingat saat dia marah. Dia mengumpat akan
menjual Si Tanduk sejuta rupiah sekalipun. Maka sambil ikut mengelus-elus Si
Tanduk, Kang Abing berkata, “Kambing ini sepertinya milik Kakek. Saya memang
akan menjualnya satu juta rupiah.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Kakek itu terpana mendengarnya. Linangan air mata tidak
bisa lagi disembunyikannya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Sejak itu Kang Abing sering melamun. Kepada pegawainya
dia berkata sambil berurai airmata, “Saya ini bertahun-tahun berbisnis kambing.
Sudah bisa membuat rumah bagus, terbeli kebun dan sawah, terbeli mobil dan
motor, menyekolahkan anak-anak. Tapi belum sekalipun punya kemauan untuk
berkurban.” ***<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">Cerpen ini dipublikasikan harian Fajar (Makasar) 12 Juli 2020</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;"><br /></span></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-4962541518407648982021-08-13T15:24:00.004+07:002021-08-13T15:24:39.586+07:00ORANG ASING - Cerpen Pikiran Rakyat<div style="text-align: left;"><span style="font-size: large;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1GqVJVy1iQxTxz7okD0qIHpjOCTcMU1dn8m5-ko5lBtP19dLhPH8BFVyFJp-et9DCN1xtRllqcojd3PxQdzBa2VguLL__egsxdTLtrKHhZ_wDn63xN-VUlYqKkxSfIiKKN4Kn7uzLgFU/s434/Orang+asing+cerpen+PR2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="434" data-original-width="342" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1GqVJVy1iQxTxz7okD0qIHpjOCTcMU1dn8m5-ko5lBtP19dLhPH8BFVyFJp-et9DCN1xtRllqcojd3PxQdzBa2VguLL__egsxdTLtrKHhZ_wDn63xN-VUlYqKkxSfIiKKN4Kn7uzLgFU/s320/Orang+asing+cerpen+PR2.jpg" width="252" /></a></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br /></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Begitu keluar gerbang kampus, saya melihat orang asing
itu. Dia berjalan menyusuri trotoar. Langkahnya perlahan. Tatapannya kosong. Seperti
ada yang sedang dipikirkannya. Entah yang keberapa kali saya melihatnya seperti
itu. Kemarin, kemarinnya lagi, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu, saya
melihatnya seperti itu.</span></span></div>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Awalnya saya tidak memperhatikannya. Saya merasa dia sama
saja dengan orang-orang yang berlalu-lalang di pinggir jalan. Mungkin dia mau
ke plaza, belanja, nonton film, atau sekedar jalan-jalan. Mungkin juga dia ada
keperluan ke balai kota. Atau ke pusat perdagangan gadget. Atau sekedar
jalan-jalan saja menyusuri suasana kota, mungkin dia punya kenangan dengan kota
ini.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tapi setelah berkali-kali melihatnya, berhari-hari, selalu
seperti itu, saya jadi penasaran. Saya pun mengikutinya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Jalanan semakin ramai. Mobil-mobil bagus bersaing dengan
angkot tua. Tapi raja jalanan masih tetap motor yang mengalir deras, ratusan
jumlahnya dalam sekian menit. Pagi mulai menggeliat. Pastinya pukul 07 lebih. Saya
kuliah di perguruan tinggi agama, ada kuliah yang masuk pukul 05 pagi, bakda
shalat subuh, sampai pukul 07. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Saya rasa orang asing itu sebenarnya bukan orang asing di
kota ini. Berkali-kali dia disapa oleh orang yang mengenalnya. “Hai, mau ke
mana?” tanya yang menyapa itu. “Hai, ke sana,” jawab orang asing itu. Lalu dia
melangkah lagi. Matahari mulai naik. Hangat. Klakson kendaraan ramai di
pertigaan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Tapi bagi saya, dia tetap orang asing. Berapa lama pun
tinggal di kota ini, dia tetap orang asing. Begitu perasaan saya. Ya, karena
berjalannya, tatapan matanya, tarikan napasnya, raut wajahnya; selalu
menyatakan begitu. Bukankah tidak sedikit orang yang terasing dengan dirinya
sendiri sekalipun?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Orang asing itu naik ke jembatan penyeberangan.
Langkahnya perlahan. Seperti tidak bertenaga. Tapi juga seperti yang melayang.
Di tengah jembatan penyeberangan dia berhenti. Tatapannya memperhatikan
keramaian di bawahnya. Begitu kosong. Matanya mungkin mengarah ke keramaian di
bawah jembatan, tapi seperti yang tidak melihat apa-apa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Seperti yang dituntun, saya pun mengikuti arah
pandangannya. Jalanan semakin ramai. Pengemis dan pengamen semakin banyak. Seorang
remaja yang tadi berjalan sambil merokok, minum kopi di belakang jembatan
penyeberangan, lalu ganti kostum dan mengemis dengan kaki dilipat seolah
buntung. Orang asing itu menarik napas panjang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Saya terpaku di jarak yang cukup membuatnya tidak curiga.
Ada perasaan aneh melihatnya. Dia adalah orang yang aneh di kota ini. Atau saya
yang aneh, mengapa memperhatikan orang seperti dia? Selalu ada perasaan ingin
bertanya. Atau sekedar menyapa. Tapi selalu tidak jadi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Orang asing itu berjalan lagi. Kadang berhenti menatap
gedung-gedung tinggi menjulang, perkantoran yang asri, tumpukan sampah, spanduk-spanduk
promosi diri calon legislatif, mobil-mobil mewah, pengamen dan pengemis, got
mampet, rombongan orang entah mau kemana. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Mau ke mana?” tanya orang asing itu kepada salah seorang
rombangan yang membawa banyak kertas bertulisan aneh itu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Demo,” jawab yang ditanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Mendemo apa?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">“Mendemo pendemo yang minggu lalu demo di depan Gedung
Demokrasi.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Orang asing itu menatap rombongan pendemo itu tanpa
berkedip. Orang asing itu pasti ingat, demo selalu ada, setiap hari, di kota saya ini. Saat ini memang musimnya demo.
Pemilu legislatif, pilkada, pilpres, memang musimnya demo. Setelah semuanya
selesai, kesepakatan sudah disepakati para kandidat, musim demo pun berakhir. Seperti
mangga, bila tidak pada musimnya, demo pun harganya mahal. Orang-orang segan
untuk turun ke jalan. Meski sampah menumpuk di mana-mana, banyak orang
berprilaku asal bersih di rumahnya sampah dibuangnya sembarang saja. Meski korupsi
ketahuan di mana-mana, jadi rahasia umum saja. Meski musim sudah bertambah,
musim hujan berarti musim banjir musim kemarau berarti musim kekurangan air. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Orang asing itu masih menatap para pendemo yang
berombongan dengan keluarganya masing-masing. Anak-anak, ibu-ibu, kakek-nenek
pun dibawanya serta. Saya tidak berani menerka apa yang dipikirkan orang asing
itu. Tapi tatapannya memang khas. Tatapan yang membuat saya penasaran, tatapan
yang membuat saya berkesimpulan bahwa dia terasing dengan kotanya.</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Selalu ada perasaan ingin
bertanya di hati saya, memastikan apa yang dirasakan atau dipikirkannya. Atau
sekedar menyapa. Tapi selalu tidak jadi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Setelah para pendemo itu menghilang disembunyikan gemuruh
kota, orang asing itu berjalan lagi. Langkahnya semakin lamban. Kadang menunduk.
Kadang menatap takjub gedung-gedung di sekelilingnya. Kadang menatap miris
pengemis, pengamen dan gelandangan yang semakin banyak. Di depan halaman
balaikota yang rimbun dengan pepohonan tinggi orang asing itu berhenti. Lalu
masuk ke dalamnya, menyusuri jantung kota yang tersisa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Di sebuah bangku di bawah pohon flamboyan orang asing itu
duduk. Mungkin dia lelah. Mungkin juga tertarik dengan koran yang tergeletak di
sana. Entah koran siapa. Karena setelah diambilnya koran itu, ditatapnya lama
sekali. Tatapan yang aneh, misterius, yang selalu membuat saya ingin
menghampirinya dan bertanya. Tapi saya selalu tidak jadi, takut mengganggunya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Hampir satu jam orang asing itu menatap koran. Tanpa
berkedip. Tanpa ekspresi yang jelas. Selembar daun kering melayang dari atas
pohon. Saya teringat adegan pembuka film Forest Gump yang sunyi dan misterius. Mungkin
benar, nasib orang memang misterius. Eh, hidup ini memang misterius. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Selembar daun yang melayang itu akhirnya jatuh di koran
yang sedang ditatap orang asing itu. Dia terkejut. Lalu disimpannya koran itu
tergesa, dan dia pergi. Saya menghampiri kursi di bawah pohon flamboyan itu, duduk
dan mengambil koran. Apa yang membuat orang asing itu menatap begitu aneh? <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Sebuah foto hampir memenuhi setengah halaman pertama
koran itu. Foto orang-orang berekspresi gembira. Sambil tertawa. Sambil mengacungkan
tangan. Tanda damai, semangat, sapaan hangat. Orang-orang berjaket orange. Dua
orang polisi di sampingnya kalah ekspresi, seperti tikus kehujanan. Judul
berita di bawahnya juga kalah keren: 38 dari 40 anggota legislatif di kabupaten
ini jadi tersangka korupsi pengadaan raskin, gaskin, karsekin (kartu sehat
miskin), dsb.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Saya juga sebenarnya tertarik dengan berita koran aneh
itu. Tapi orang asing itu sudah pergi jauh. Saya segera menyusulnya. Adzan
duhur berkumandang. Orang asing itu shalat di masjid perkantoran. Para pegawai
keluar dari kantor. Ada yang ke masjid ada yang pergi entah ke mana. Orang
asing itu berhenti sejenak. “Wilayah Anti Korupsi”, “Wilayah Anti Gratifikasi”,
terbaca plang di dalam kantor. Orang asing itu mengalihkan pandangan ke mobil-mobil
mewah yang memenuhi halaman. Mungkin harganya di atas lima ratus juta rupiah,
atau malah ada yang di atas satu miliar rupiah. Oh, ini perkantoran instansi yang
dilaporkan pemerintah paling bersih dari korupsi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Keluar masjid orang asing itu berjalan lagi. Di depan
warung nasi sederhana belakang pasar tradisional dia berhenti. Para kuli gali
sedang antri makan. Nasi menggunung, sayur kacang dan sepotong tempe. Orang
asing itu ikut makan. “Kerja semakin susah sekarang. Di kota ya kaya gini,
begitu dapat bayaran ditagih warung,” kata seorang buruh. “Di kampung, ikut
kerja proyek Dana Desa, buruhnya cuma tiga puluh ribu sehari,” kata buruh
lainnya. “Sing penting... makan enak,” kata remaja yang tadi mengemis sambil
tertawa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Orang asing itu terhenti makannya saat televisi 14 inci memberitakan
sebuah kelalaian acara sekolah menewaskan beberapa orang muridnya. Tiga orang
guru yang menjadi tersangka digelandang dengan kaki telanjang, kepalanya botak,
menunduk, berurai airmata. Polisi yang mengawalnya berjalan gagah seperti super
hero di film-film Amerika.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;">Sorenya orang asing itu berjalan lagi. Duduk di bangku
taman. Tatapan matanya kosong. Sampai malam tiba. Menjelang tengah malam dia
berjalan lagi. Jalanan sepi. Tukang nasi goreng berpapasan. Di sebuah rumah
kost-kostan dia berhenti. Pintu gerbang didorongnya. Dia mengeluarkan kunci,
membuka sebuah kamar. Tidur di kasur tipis. Mencoba tidur. Tapi sulit. Matanya
selalu terbuka. Tepat seperti saya. Sudah tiga malam saya tidak bisa tidur. Karena
itu kasur saya, kamar kost saya. ***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi;"> </span></p>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">Bandung - Rancakalong, 8-9 Desember 2019 </span><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">Terbit di harian Pikiran Rakyat 2 September 2020</span></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-69116518991765747242021-06-07T11:53:00.005+07:002023-11-07T22:58:05.772+07:00Cara Mengirim Cerpen ke Kompas.id<p></p><p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 39.8pt;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2eEwkm7S9fd_8N-O25euGQPBP4m9HeQKx7KWp5aenl_UQARmL6kXeyVDJ9Uj72svBVUXpYHXtBoMoaPvrHP04FB46uX6cc0Cwy0Egg3_2K04iN2TSNCNnAs4TgrOrlIjJe__7Ulc5bEE/s961/j.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="478" data-original-width="961" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2eEwkm7S9fd_8N-O25euGQPBP4m9HeQKx7KWp5aenl_UQARmL6kXeyVDJ9Uj72svBVUXpYHXtBoMoaPvrHP04FB46uX6cc0Cwy0Egg3_2K04iN2TSNCNnAs4TgrOrlIjJe__7Ulc5bEE/s320/j.jpg" width="320" /></a></div><br /><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;"><br /></span><p></p><p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 39.8pt;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Saat ini
media massa yang memuat karya sastra (cerpen/puisi) rupanya sudah bergeser.
Banyak media cetak yang tidak terbit lagi. Atau ada juga yang tidak lagi memuat
karya sastra dengan berbagai alasan. Tapi meski begitu, semakin banyak media
daring yang memuat karya sastra. Jadi, bagi yang suka menulis cerpen atau
puisi, jangan patah semangat. Banyak tempat untuk menyalurkan hasil berpikir
dan gelisah kita. <o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 39.8pt;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Salah satu
media daring yang getol memuat cerpen adalah kompas.id. Kenapa saya bilang “getol”,
karena saya lihat yang asalnya seminggu satu semakin ke sini memuatnya menjadi
dua cerpen seminggu. Saya akan cerita pengalaman saja ya. Bagaimana sih caranya
agar cerpen kita dimuat kompas.id?<o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 39.8pt;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Jujur
saja, saya tidak tahu jawabannya sama sekali. Saya tidak tahu selera Redaksi
kompas.id ke mana, yang disebut cerpen bagus menurut mereka seperti apa, dan
bagaimana triknya agar cepat dimuat. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman
saja. Setidaknya ada 4 cerpen saya yang pernah dimuat kompas.id. Ini beberapa
catatan saya:<o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 72pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "\0022times new roman\0022"; mso-fareast-font-family: "\0022times new roman\0022";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Panjang karangan sepertinya sedang saja untuk cerpen saat
ini. Cerpen untuk media cetak saat ini berkisar antara 1000-1200 kata.
Terkecuali beberapa media seperti Kedaulatan Rakyat ya yang ruangnya memang
kecil. Karena kompas.id ini daring, sepertinya lebih fleksibel untuk panjang
karangan. Cerpen pertama saya, Delman judulnya, panjangnya 1359 kata. Tapi
cerpen lainnya: Jampe Pamake 1094 kata, Poligami 1459 kata, Kecebur Got 1122
kata. Semoga bisa menjadi patokan bagi yang ingin mengirimkannya.<o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 72pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "\0022times new roman\0022"; mso-fareast-font-family: "\0022times new roman\0022";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Cerpen Delman saya kirim tanggal 3-7-2019 dan dimuat
30-11-2019. Lumayan lama juga, empat bulan lebih. Tapi cerpen keempat, Kecebur
Got, saya kirim 25-3-2021 dan dimuat 1-5-2021. Lumayan cepat, Satu bulan lebih
beberapa hari. Mungkin karena saya lihat cerpen yang dimuat kompas.id ini
semakin banyak. Makanya, cepetan deh kirim. <o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 72pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "\0022times new roman\0022"; mso-fareast-font-family: "\0022times new roman\0022";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Ini adalah alamat email kompas.id: <a href="mailto:cerpen@kompas.id">cerpen@kompas.id</a>. Honornya bila cerpen kita
dimuat adalah Rp 250.000, ditransfer sekitar seminggu setelah dimuat. <o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 72pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "\0022times new roman\0022"; mso-fareast-font-family: "\0022times new roman\0022";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Jadi, cobalah kirim cerpen ke kompas.id. Jangan lupa,
cari tahu cerpen yang pernah dimuat di sana, baca-baca, pelajari. Begitu
caranya kalau saya belajar ingin tembus ke satu media.<o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 72pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "\0022times new roman\0022"; mso-fareast-font-family: "\0022times new roman\0022";"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Semoga berhasil. Bila ada info lainnya yang lupa belum
tertulis, insyaallah saya tambahkan nanti.<o:p></o:p></span></p><p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 72pt; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">6. Bila ada yang belum jelas, tanyakan deh di kolom komentar, insyaallah dijawab....</span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;">Rancakalong, 7 Juni 2021 <o:p></o:p></span></p>
<p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p> </o:p></span></p><p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p>Oh iya, ini cerpen saya yang pernah dimuat kompas.id:</o:p></span></p><p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p><a href="http://dongengyusrismail.blogspot.com/2020/04/gerimis.html" target="_blank">DELMAN</a></o:p></span></p><p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p><a href="http://dongengyusrismail.blogspot.com/2021/06/jampe-pamake.html" target="_blank">JAMPE PAMAKE</a></o:p></span></p><p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p><a href="http://dongengyusrismail.blogspot.com/2021/06/poligami.html" target="_blank">POLIGAMI</a></o:p></span></p><p style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 54.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: ""times new roman"","serif"; mso-ansi-language: IN;"><o:p><a href="http://dongengyusrismail.blogspot.com/2021/06/kecebur-got.html" target="_blank">KECEBUR GOT</a></o:p></span></p>Baca juga nih panduan menulis dari penulis keren: <a href="https://shope.ee/1AvXCwWlcn" target="_blank">AKU BISA NULIS FIKSI</a><br /><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://shope.ee/1AvXCwWlcn" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img border="0" data-original-height="148" data-original-width="96" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcgnjRC_Gjfal-LZ-S1jtsmfhEdensbnXpKK_8YeqeHkla9cZUGcUbbSfest0P7B0L19TsNgfpYg95qfYPzh_Yi1ceauOkLumZuMreWBcJP6Sl79Tze13FykS6fe-lCHF6IbkINsK2WEW9_pTb8DcQKS4hmqi9Qu02mC0AgYwABR42DqgRdg9pFOwXoSE/s1600/shopee.jpg" width="96" /></a></div><br /><div><br /></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-15816195934055825782021-06-07T11:02:00.000+07:002021-06-07T11:02:01.967+07:00Kecebur Got<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5SXKJL84zo8doFcLqqzc6AuBjwxb3WGwdALQO4xbGlcOVFf50Hzys_NhQZGd2mauHOyoUA-Z0xJhlBwBd9H9RmBKMj4-0YvZI0Uga6W1YeC-aHPriU5NrlZFM3doy1z_tDRlRVIJ-SMw/s1043/kecebur+got+kompas.id.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="588" data-original-width="1043" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5SXKJL84zo8doFcLqqzc6AuBjwxb3WGwdALQO4xbGlcOVFf50Hzys_NhQZGd2mauHOyoUA-Z0xJhlBwBd9H9RmBKMj4-0YvZI0Uga6W1YeC-aHPriU5NrlZFM3doy1z_tDRlRVIJ-SMw/s320/kecebur+got+kompas.id.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Tidak heran
sebenarnya waktu Kasut terpilih jadi Ketua RT. Mau jadi bupati pun sebenarnya
dia bisa saja. Tanahnya luas, perusahaannya banyak. Itu sebenarnya modal utama
saat ini. Betul kan seperti itu? Jangankan jadi RT, bupati, mencalonkan diri
jadi RI-1 atau RI-2 pun bisa saja dilakukan oleh pengusaha. Syaratnya,
kekayaannya tidak terhitung.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Tapi Kasut,
dia kan hanya kaya dalam level kampung. Sejak awal saya memang sudah tertarik
dengannya. Maksudnya, tertarik dengan kekayaannya itu. Dulu dia dikenal
hidupnya susah. Pastinya ada sesuatu yang sangat memotivasi orang dari
pengalamannya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Tapi tentu
saja saya tidak percaya ketika desas-desus itu saya dengar. Kasut, katanya, memiliki
kekayaan sekitar 500 M rupiah. Wah, saya jadi penasaran dengan perasaan
terbesar tidak percaya. Masa orang kampung sekaya itu? Meski banyak tidak
percayanya, sebagai wartawan muda media online, tentu saya ingin
memberitakannya. Apalagi Kasut ini adalah tokoh masyarakat di kampung tempat
saya tinggal 10 tahun lalu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Benar Kasut
sekaya itu?” tanya saya kepada Setia, teman saya sewaktu SD di kampung.
Sekarang Setia masih kuliah di wilayah Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Bener lho,
kalau tidak percaya datang saja dan buktikan,” jawab Setia. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Saya pun
sengaja datang ke kampung yang saya tinggalkan 10 tahun lalu. Saya tinggal di
kampung yang saya memilih untuk merahasiakannya (sementara waktu saja
sebenarnya) sampai kelas 6 SD, usia 11-12 tahun. Ayah saya kemudian pindah
bekerja ke kota dan saya ikut. Sejak itu hanya dua kali saya pernah mengunjungi
kampung itu lagi. Ya, karena sebenarnya ayah dan ibu saya juga sebenarnya bukan
asli orang kampung sana. Kami tinggal di sana hanya karena urusan pekerjaan
saja. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Dua kali saya
pernah ikut ayah mengunjungi lagi kampung itu. Pertama saat ayah mengunjungi
tempatnya bekerja dulu. Kedua saat ada undangan syukuran pernikahan dari
sahabat ayah waktu tinggal di sana. Saat itu, saya tidak melihat perbedaan yang
mencolok dengan Kasut. Rumahnya memang diperbaiki, diperbesar, ada mobil-mobil
bagus di garasinya. Saya rasa masih wajar, seperti halnya bandar-bandar ubi
yang sukses menjual ubi simadu yang terkenal dari kampung itu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Oh iya, Kasut
itu sebenarnya nama sapaan akrab orang kampung. Kasut itu kependekan dari Kasdi
Kusut. Ya, karena Pak Kasdi ini memang selalu kelihatan <i>kusut</i> yang artinya tidak rapi. Rambut suka acak-acakan, wajah
selalu seperti bangun tidur setelah semalaman begadang. Memang Pak Kasut ini
tidak punya pekerjaan tetap. Kadang memelihara burung, ayam, kelinci, memancing,
adu muncang (kemiri), menyaksikan kolecer (baling-baling) berputar dan berbunyi
sambil tertawa senang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Itu semua
tentu saja kelangenan, hobi. Meski begitu Pak Kasut kaya. Sawah, kebun, kolam,
diperkirakan ada ratusan hektar di beberapa tempat. Ternak, pabrik tahu, pabrik
gula merah, pabrik layang-layang, dan banyak lagi. Belum yang berupa emas,
surat berharga, dan yang masih rahasia. Konon, kelangenannya saja sekarang bisa
berharga ratusan juta rupiah. Burung perkutut, ayam sabung, beberapa ekor yang
ditempatkan khusus di halaman belakang, harganya di atas seratus juta rupiah. Itu
kabar yang sampai kepada saya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Wah, kabar
bohong itu haha...,” kata Kasut senang waktu saya bertanya. Pagi itu saya
menemuinya di belakang rumahnya yang asri. Bunga-bunga angkrek, ayam-ayam adu,
burung-burung kicau, sedang diurus oleh para pegawainya. Mata saya berkeliling
sambil menerka burung dan ayam mana yang harganya di atas seratus juta rupiah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Tapi
kenyataannya kan begitu, Pak. Bapak usahanya banyak, tanahnya di mana-mana,
ternaknya juga. Saya hanya ingin tahu bagaimana perjuangan Bapak merintis
usaha,” kata saya lagi. “Itu pasti memotivasi banyak orang.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Ya, awalnya
karena... kecebur got.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Saya yang
sekarang tertawa. Pak Kasut ini ada-ada saja. Atau memang orang-orang kaya suka
aneh. Seperti dulu saya kagum kepada Bob Sadino almarhum, pengusaha hebat yang
sukses setelah <i>menggoblok-goblokkan diri
sendiri</i>. Tapi sampai saya pulang, Kasut tidak menceritakan kisah kecebur gotnya
sampai dia jadi pengusaha sukses.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Sebagai
wartawan muda yang belum lama lulus kuliah saya memang merasa tertantang. Setiap
hari saya mendatangi Kasut. Ngobrol lagi. Dan akhirnya bertanya lagi mengenai “kecebur
got”nya itu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Kasut itu
orang baik. Sangat dermawan dikenal oleh orang-orang kampung. Menyumbang ini
menyumbang itu, membantu siapa saja. Setiap saya bertamu, suguhannya juga
selalu istimewa. Tetangga dan kenalannya dari kampung lain pun setiap hari
silih berganti dan mereka dijamu dengan makanan dan minuman yang istimewa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Tapi khusus
kepada saya, karena selalu ditanya mengenai “kecebur got” itu, Kasut seperti
yang marah. Dia mulai menolak kehadiran saya. Dia tidak mau bertemu saya. Tentu
saja itu tantangan. Semakin membuat saya penasaran. Dan suatu malam, dia
mengundang saya ke rumahnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Begini Nak
Wartawan, Bapak akan cerita mengenai kecebur got itu. Tapi harus tahu diri! Di
kisah ini ada banyak rahasia. Bila Nak Wartawan tidak bijak, Bapak tidak tahu
apa yang akan terjadi,” kata Kasut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Tentu saja
saya tidak mengerti. Ada apa ini sebenarnya? Di ruangan yang luas, ada meja
biliar satu, di pinggir ada lemari berisi botol minuman, kursi dan sofa; hanya
ada kami berdua. Tapi di luar ruangan, dari kaca pembatas, saya melihat ada
beberapa orang mengintip. Badannya tegap-tegap dan besar. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Saya hanya
ingin tahu ceritanya saja, Pak,” kata saya gugup.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Dulu Bapak
ini pekerja serabutan. Suatu hari Bapak berjualan tape ke kota. Di sebuah
perumahan mewah di Jakarta, saat Bapak keliling menawarkan tape, Bapak dikejar
anjing yang lepas. Bapak lari dan kecebur got.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Saya
tersenyum. Lucu juga. Lalu minum air yang disuguhkan. Terasa hangat ke seluruh
badan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Bukan hanya
baju dan badan Bapak yang kotor, bau, tapi semua tape tidak lagi bisa dipungut.
Untungnya Bapak ditolong satpam, lalu dibawa ke rumah Beliau Yang Terhormat
yang menjadikan Bapak seperti ini. Bapak disuruh mandi, dikasih baju bagus, dan
disuguhi makanan yang luar biasa enaknya dan baru kali itu mencicipinya.
Pulangnya Bapak diantar sampai ke sini oleh sopir pribadinya, naik mobil mewah,
yang membuat bengong orang sekampung. Dan Bapak ditinggalin karungan uang
miliaran rupiah.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Tentu saja
saya pun seperti orang kampung, bengong hanya mendengarkan ceritanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Selanjutnya
tidak hanya Beliau Yang Terhormat itu yang datang ke sini. Tapi sahabat Beliau
Yang Terhormat lainnya berdatangan. Mereka menitipkan uang bermiliar-miliar
rupiah. Bapak belikan tanah, usaha, ternak, dan lainnya. Semua surat-surat
kepemilikan memang atas nama Bapak. Tapi nanti bila diambil, ya harus
dikasihkan. Bapak kebagian sekian persennya saja.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Wah, itu
moneylaundring, Pak! Itu cuci uang!” kata saya mulai mengerti.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Ssstt...!”
Kasut membuat saya diam. “Kamu memang pintar, Nak. Makanya Bapak ajak bicara
berdua. Bapak ceritakan apa yang kamu mau. Tapi Bapak berharap kamu bijak untuk
tidak menceritakan kisah kecebur got itu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Kasut lalu
mengeluarkan sebuah amplop coklat besar dari bawah mejanya. “Bapak sudah
konsultasi dengan beberapa Beliau Yang Terhormat, dan mereka menitipkan ini. Cukup
buat membeli mobil. Kamu memang masih muda, Nak, tapi bekerja ke mana-mana naik
ojek itu kurang asyik, kurang menyenangkan,” kata Kasut sambil mendorong amplop
itu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Saya terkejut.
Duduk pun berubah jadi bersandar ke kursi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">“Tapi bila
kamu sok idealis, menolak kasih sayang Beliau-Beliau Yang Terhormat, orang-orang
di luar itu tidak hanya berbadan besar, bertato, jago bela diri. Mereka juga
jago melenyapkan orang.”<o:p></o:p></span></p>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Saya merasa detik itulah
hidup saya menjadi <i>kusut</i>. @@@</span><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">SELESAI</span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Cerpen ini dipublikasikan kompas.id 1 Mei 2021, ini linknya bagi yang ingin menengoknya: <a href="https://www.kompas.id/baca/cerpen-hiburan/2021/05/01/kecebur-got/" target="_blank">KECEBUR GOT</a></span></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-71643722502273449252021-06-07T10:42:00.001+07:002021-06-07T10:42:32.627+07:00Poligami<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-mPnunb49kBef0tYAhluqylI9bW3gbvIvUSNIZ2p63tZ1NH4IKwRAxoL-ahGVSIhdLFc50AeWpT77LBwOVDcrn7feBqbevwhzP5iSP7tJW1hB_HQ1nX3Qq0FEYxCYZ7Nh8jP5oBBe_lI/s687/j.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="432" data-original-width="687" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-mPnunb49kBef0tYAhluqylI9bW3gbvIvUSNIZ2p63tZ1NH4IKwRAxoL-ahGVSIhdLFc50AeWpT77LBwOVDcrn7feBqbevwhzP5iSP7tJW1hB_HQ1nX3Qq0FEYxCYZ7Nh8jP5oBBe_lI/s320/j.jpg" width="320" /></a></div><br /><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Kebetulan
seringkali membuat manusia limbung. Saya pernah mengalaminya ketika musim hujan
sedang menebarkan rasa dingin dan sepi. Sore itu saya pulang belanja bulanan di
sebuah swalayan. Sudah setengah jam lebih saya termangu duduk di emperan
pertokoan, di antara orang-orang yang sama resahnya menunggu hujan reda. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Setiap pergi ke
mana pun, saya selalu ingin segera pulang dan tiba di rumah. Rasanya terlalu
mewah bagi saya untuk berjalan-jalan tidak jelas tujuannya atau sekedar
nongkrong bercengkrama dengan teman-teman. Makanya pulang dari kantor tidak
pernah saya pergi ke mana pun. Kecuali keperluan penting seperti belanja
bulanan, atau membeli sesuatu yang dibutuhkan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Hujan masih
lebat ketika seseorang berdiri di hadapan saya dan menyapa.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Asri, masih
belum pulang?” tanyanya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Saya tentu
terkejut dan cepat berdiri begitu tahu yang di hadapan saya adalah Pak Hasan,
atasan baru saya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Iya Pak,” jawab
saya sambil mengangguk dan tersenyum penuh hormat. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Tadi Bapak masuk
ke swalayan Asri sedang melamun, eh sekarang masih belum beranjak juga.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Hujannya masih
belum reda, Pak.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Menunggu hujan
reda sekarang ini bisa jadi patung,” kata Pak Hasan sambil tersenyum. “Ayo,
ikut saja sama Bapak,” lanjutnya sambil melangkah. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Saya sebenarnya
ragu-ragu untuk menerima ajakannya. Pak Hasan saya pikir melihat keraguan saya.
Tapi ternyata bukan itu yang menyebabkannya menghentikan langkahnya dan berbalik
lagi ke arah saya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Belanjaannya
banyak, Bapak bantu sebagian ya,” katanya lagi. Belanjaan saya ada tiga
pelastik besar. Pak Hasan menjinjing dua pelastik tanpa menunggu persetujuan
saya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Seperti kerbau
dungu yang telah ditusuk hidungnya saya mengikuti langkah Pak Hasan. Setelah
duduk di dalam mobil CR-V yang nyaman baru saya sadar keadaan. Saya ini selalu
menghindari merepotkan orang lain. Juga menghindari orang lain berbuat baik
kepada saya. Bukan apa-apa, saya takut menjadi tidak enak dengan utang budi
yang harus dibalas.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Pulangnya ke
mana?” tanya Pak Hasan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pertanyaan
itulah yang menyadarkan saya. Tiba-tiba saya merasa bersalah sudah duduk di
kursi mobil yang nyaman.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Maaf Pak, saya
sudah merepotkan, ya?” Saya malah balik bertanya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pak Hasan
tersenyum. “Jangan pikirkan itu,” katanya tenang. “Bapak juga tidak akan tega
mendiamkan Asri menunggu hujan yang tidak jelas kapan redanya. Lagipula, Bapak
tidak ada yang menunggu. Bapak masih tidur di kantor. Sebentar lagi maghrib,
kita harus segera berangkat.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Saya tersipu
malu. Saat menerangkan alamat saya berpikir, Pak Hasan ini bukan hanya seorang
atasan yang baik, kenalan yang perhatian, tapi juga orang yang memang baik.
Terhadap orang yang tidak dikenal pun, bila orang itu terlihat sedang dalam
kesusahan, Pak Hasan rasanya akan membantunya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sampai di rumah
sudah pukul setengah tujuh malam. Pak Hasan ikut sholat magrib dan saya
menyiapkan sejadahnya di tengah rumah. Saya sendiri segera menengok Ibu di
kamar, menyiapkan keperluan Ibu untuk sholat maghrib, dan bersiap juga untuk
sholat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kalau Bapak mau
istirahat sebentar, saya akan buatkan teh manis,” kata saya. Pak Hasan duduk di
kursi tamu, menunggu saya sholat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Ya, boleh.
Terima kasih,” katanya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tidak banyak
sebenarnya yang dibicarakan kemudian. Pak Hasan pun tidak terlalu lama bertamu.
Hanya menghabiskan segelas teh manis. Tapi kebaikannya, perhatiannya, membuat
saya limbung. Ketika tahu Ibu saya sakit, dia menengok ke kamar Ibu,
memperkenalkan diri sebagai teman sekantor saya. Berbincang akrab dengan Ibu,
menghiburnya, dan mengatakan Ibu harusnya selalu berbahagia karena punya anak
yang sholehah dan berperilaku sangat terpuji.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Jadi Asri hanya
tinggal berdua dengan Ibu?” tanya Pak Hasan setelah pamitan kepada Ibu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Iya Pak, hanya
berdua, tapi ada tetangga yang membantu menyiapkan keperluan Ibu selama saya
bekerja.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kamu anak yang
baik dan berbakti, Asri,” kata Pak Hasan sebelum membuka pintu mobilnya. “Dan
anak yang berbakti, wanita yang sholehah, adalah perhiasan terindah di dunia
ini.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Saya tersenyum
mendengarnya. Ada sesuatu yang menyentuh hati saya, membuatnya terharu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Terima kasih
teh manis dan kue bikanya.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Saya melambaikan
tangan sampai mobil Pak Hasan menghilang dari penglihatan. Setelah menutup
pintu dan menguncinya saya baru sadar. Apa tidak berlebihan yang saya lakukan
barusan? Kenapa saya mesti menawarinya teh manis? Mengapa saya mesti
mengantarnya pulang sampai ke dekat mobilnya? Mengapa saya mesti melambaikan
tangan?<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">**<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sejak peristiwa
itu hati saya sebenarnya sudah kacau. Kadang saat melamun sendiri saya teringat
bagaimana Pak Hasan tersenyum, membawakan belanjaan saya, berbincang akrab
dengan Ibu, memberikan pujian kepada saya sebagai anak yang berbakti dan
sholehah. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tapi perasaan
itu cepat saya hapuskan. Pak Hasan sendiri tidak pernah berubah perlakuannya di
kantor. Dia adalah atasan yang baik, tegas, dan humoris. Hampir semua karyawan
di penerbitan buku An-Nahl menyukainya. Dia adalah manager marketing baru yang
katanya pemilik sebagian saham perusahaan. Sementara saya adalah karyawan
biasa, staf administrasi yang mencatat buku-buku yang dikirim dan yang laku di
toko-toko buku.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tentu saja saya
malu sendiri pernah mengingat kebaikan Pak Hasan kepada saya. Kebaikan yang
sebenarnya kebetulan belaka. Keyakinan itu saya tanam kuat-kuat sampai
kebetulan berikutnya hadir lagi. Selesai sholat lohor di masjid agung saya
makan di kantin masjid. Sendirian, karena teman-teman pada makan di warung nasi
lain. Saat sendirian itulah Pak Hasan datang sambil menenteng makanannya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kebetulan ada
Asri,” katanya. “Tadinya Bapak akan nyusul anak-anak ke warung nasi. Tapi
rasanya sayang mesti mengakhirkan sholat. Lagipula sudah lama tidak berjamaah
di sini.” <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Di sini juga
banyak makanan yang enak, Pak.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pak Hasan duduk
di depan saya. Makanannya yang dibawa di nampan adalah sedikit nasi putih, soto,
goreng tempe dan kerupuk. Minumnya teh manis. Makanan yang sederhana untuk
seorang manager.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Bagaimana kabar
Ibumu?” tanyanya sambil melirik saya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Pertanyaan
sederhana sebenarnya. Tapi tenggorokan saya langsung tercekat. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Ba... baik,
Pak, alhamdulillah.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Sudah berapa
lama Ibumu itu stroke?”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Lama juga, Pak,
sekitar lima tahun yang lalu. Saya sendiri masih kuliah waktu itu.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Bapak kemarin
baru pulang dari Sumbawa. Ingat Ibumu Bapak bawakan susu kuda liar. Katanya,
susu kuda liar membuat badan lebih hangat. Sudah banyak yang stroke mencobanya
dan memberikan perkembangan yang positif.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Itulah bagian
lain yang membuat tenggorokan saya tercekat. Apalagi malamnya, menjelang isya,
Pak Hasan bertamu. Katanya ada keperluan ke dekat rumah saya maka sekalian saja
mampir untuk memberikan susu kudu liar yang pernah diceritakannya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tapi akhirnya
dia minum teh manis juga. Saat itulah Pak Hasan bercerita bahwa keluarganya
masih tinggal di Samarinda. Istri dan kedua anaknya tidak mau ikut ke Bandung. “Mungkin
karena keluarga ada di sana semuanya, sejak kecil menghirup udara segar
Samarinda, jadi rasanya segan untuk pindah,” kata Pak Hasan. “Sementara Bapak
harus memikirkan juga untuk mencari nafkah. Ke mana pun harus rela pergi, meski
bulan-bulan awal mengalami homesick juga.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dalam
perbincangan yang tidak lebih dari setengah jam itu, hanya menunggu teh manis
habis, Pak Hasan membuka laptop, memperlihatkan foto-foto keluarganya. Istrinya
yang masih cantik di usia yang sudah 46 tahun, kedua anaknya yang sudah remaja,
dan keluarga lainnya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">**<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sepulangnya Pak
Hasan hati saya kembali tidak normal. Saya ingat bagaimana perhatiannya,
nasihatnya, dan pujiannya. Seorang bapak yang bijak, atasan yang perhatian,
sahabat yang baik. Mungkin berlebihan perasaan saya ini. Mungkin karena sudah
bertahun-tahun saya merindukan seorang ayah, seorang sahabat, seseorang yang
bisa membuat hati saya tenang.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tapi begitu
ingat istri dan anak-anak Pak Hasan, seperti biasa saya mesti menutup semua
lamunan saya. Sampai suatu malam minggu ketika saya tidak bisa tidur, membuka
facebook pukul satu malam, ada yang masuk ke inbox saya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Hai, kenapa
belum tidur?” tanya Pak Hasan di inbox.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kan malam
minggu, Pak, hehe,” balas saya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Tidurlah, besok
pagi Bapak ingin ikut memasak di rumah Asri. Asri bikin nasi timbel, Bapak
bikin ayam cincane, masakan khas Samarinda.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Besoknya Pak
Hasan datang dengan membawa belanjaan yang banyak. Kami pun memasak. Makan
bersama. Ibu senang melihatnya. Saya sendiri bahagia di waktu yang singkat itu.
Tapi setelahnya hati saya seperti diiris dan disiram garam.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Hanya kepada
Asri sebenarnya Bapak bercerita tentang keluarga dan pribadi,” katanya saat
melihat-lihat tanaman di belakang rumah. Sejak Ibu sakit, hobi saya adalah
berkebun, karena berkebun bisa dilakukan sambil menunggui Ibu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Asri sendiri
tahu, sudah hampir setahun ini Bapak berpisah dengan keluarga,” katanya lagi.
Saya masih belum bisa menebak ke mana arah pembicaraannya. “Keluarga Bapak
tetap tidak mau pindah ke Bandung, Bapak sendiri kerepotan harus selalu
pulang-pergi Bandung-Samarinda. Akhirnya keputusannya, Bapak harus menikah lagi
di sini.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Saya tercekat
mendengarnya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Seandainya
istri dan anak-anak Bapak mengenal Asri, mereka pasti menyukai Asri,” kata Pak
Hasan yang mengunci bibir saya. Perasaan saya bercampur-aduk, tapi saya tidak
bisa bicara.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Ah maaf, Bapak
mungkin lancang, terlalu dini membicarakan ini,” katanya setelah tahu saya
tidak mengomentari apapun. “Poligami itu halal secara agama. Tapi berat untuk
dilakukan. Maaf bila apa yang Bapak katakan tidak berkenan, menyinggungmu.
Katakan saja bila Asri tidak menyukai pembicaraan itu.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sampai Pak Hasan
pulang saya tidak mengatakan apapun. Sejak Pak Hasan menyapa saya, membawakan
belanjaan, hati saya sebenarnya sudah tertawan. Saya ini gadis yang merindukan
lelaki yang menghormati, memperhatikan, mencintai, melindungi. Hati saya
merasakan Pak Hasan sepertinya bisa memberikan semuanya. Saya telah jatuh cinta
kepadanya.<o:p></o:p></span></p><p>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">Tapi saya sangat mencintai Ibu. Saya ingin memberikan
apapun yang saya punya buat Ibu. Juga perasaan saya. Ibu sudah lima tahun lebih
sakit stroke, tidak bisa berjalan dan bicarapun kurang lancar. Itu terjadi
sejak Bapak berpoligami, menikah lagi di kota lain, di tempat kerjanya. @@@</span></p><p><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><br /></span></p><p><span style="font-family: Times New Roman, serif;">Saya pernah menulis dengan nama pena Pelangi Pagi. Ini salah satu penampakannya, dimuat kompas.id 1-2-2020. Bagi yang ingin menengok linknya, <a href="https://www.kompas.id/baca/bebas-akses/2020/02/01/poligami-2/" target="_blank">POLIGAMI</a>.</span></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-14705721602115717302021-06-07T10:28:00.002+07:002021-06-07T10:29:59.223+07:00Jampe Pamake<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieO2sm9hHWT-K9bUCj31fxwEcRGcTPiNhOh7lC2A3EW64uTtEfLdqZfqD33pSBzymMeGdG2XtBSS8_KX3Ol6Tg3FMXiaWxtiKgQRL9LB9WKM5XlmbDimHUDu5FCxr3mb7IgLpnNpI8ktM/s706/j.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="706" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieO2sm9hHWT-K9bUCj31fxwEcRGcTPiNhOh7lC2A3EW64uTtEfLdqZfqD33pSBzymMeGdG2XtBSS8_KX3Ol6Tg3FMXiaWxtiKgQRL9LB9WKM5XlmbDimHUDu5FCxr3mb7IgLpnNpI8ktM/s320/j.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p> <span style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Motor yang melaju pelan itu
meninggalkan kepulan debu di sepanjang jalan desa. Di depan sebuah warung kecil
motor itu berhenti. “Esih...! Jadi nanti siang...?!” teriak pengemudinya.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Esih yang sedang berada di
dapur bergegas ke warung. Begitu dilihatnya Pak Sutardi di atas motornya, Esih
gugup. Tenggorokannya tersekat. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Nanti siang jadi, kan?” tanya
Pak Sutardi sambil tersenyum.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“I... iya Pak, nanti siang,”
jawab Esih terbata-bata.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Iyalah, harus berani. Biar
warungmu ramai... seperti yang lain. Bapak tunggu, ya!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Motor Pak Sutardi melaju lagi.
Debu beterbangan dari bekas gilasan ban motor. Esih duduk di depan warung. Matanya
memandang ke depan, tapi dia tidak melihat apapun. Kemarau tahun ini terasa
lebih mencekik. Setiap hari matahari memanggang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Tapi sepanas apapun matahari,
tidak membuat orang-orang mengalah. Orang Pasir Nanjak masih pergi ke sawah,
menyiram di kebun, apalagi para pegawai yang sedang mengerjakan proyek jalan
tol. Sudah sebulan lebih mereka bekerja siang malam.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Anehnya, meski warung Esih
tidak jauh dari proyek jalan tol, para pegawai itu lebih senang makan di
warung-warung lain yang letaknya lebih jauh. Padahal sejak lama warung Esih
menjual nasi dan pasakan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Awalnya ide menyediakan nasi
dan pasakan itu untuk menyelamatkan sayuran dan tempe-tahu yang tidak habis
hari itu. Esih belum mempunyai kulkas. Tempe-tahu seringkali basi bila belum
laku dua hari. Barang dagangan yang basi dan terpaksa dibuang sudah lama sering
membuat perkara. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">**<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Sudah lama Esih dan Kang Dadang
menyadari warungnya itu tidak ramai. Pelanggannya hanya tetangga terdekatnya. Meski
begitu, awalnya Esih tidak begitu menghiraukan. Kedatangan orang-orang yang
mengerjakan proyek jalan tol itulah yang menanamkan kepercayaan bahwa warungnya
memang sepi. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Berdagang jaman sekarang itu
tidak boleh kosong, jangan <i>sabongbrong</i>,”
kata Ceu Awang, tetangga Esih. “Warungmu itu kalah <i>pelet</i>.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Maksudnya gimana, Ceu?” Esih
tidak mengerti.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Seminggu pertama orang-orang
proyek jalan tol itu bekerja, banyak yang makan atau membeli nasi bungkus di
warungmu. Tapi kemudian semakin berkurang dan menghilang sama sekali. Lihat
saja di warung lain, orang-orang proyek itu beralih ke sana.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Esih menarik napas panjang.
Kenyataan pahit itu memang pernah dibicarakan dengan Kang Dadang. Mereka
percaya, pasakan mereka itu kurang enak. Wak Ningsih pernah bicara ketika suatu
hari mampir ka warungnya. “Pasakanmu itu <i>cawerang</i>,
tidak jelas bumbunya. Kalau mau berdagang masakan, belajar dulu kepada Uwak,”
kata Wak Ningsih. Wak Ningsih pernah menjadi koki di rumah makan besar di
Bandung. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Tapi kenyataan sekarang yang
dihadapi Esih adalah penglihatan Ceu Awang. “Warungmu itu harus dibukakan
auranya, harus ada <i>jampe pamake</i> yang
cocok,” kata Ceu Awang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Esih sebenarnya ragu-ragu. Bagaimanapun
dia pernah sekolah sampai SMP. Waktu sekolah dia malah termasuk siswa
berprestasi. Rangkingnya selalu sepuluh besar. Pernah juara menulis kaligrafi
sesekolah. <i>Jampe pamake</i> yang akan
diberikan seorang dukun tidak masuk akal sehatnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Tapi Kang Dadang sangat
mempercayainya. “Tidak semua persoalan bisa dimengerti akal sehat,” katanya. Esih
tahu betul, pendapat Kang Dadang itu didukung oleh keluarganya. Lagipula, siapa
di kampung ini yang tidak percaya orang pintar seperti Pak Sutardi? Mungkin
hanya satu-dua orang saja yang ragu-ragu seperti Esih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Esih sebenarnya ingin tidak
mempercayai <i>jampe pamake</i> itu. Tapi
kehidupan ekonomi keluarganya tidak bisa menunggu lama. Esih tahu, keluarganya
bukanlah penganut agama yang taat. Tapi untuk tidak mempercayai dukun tidaklah
mesti taat beragama dulu. Kenyataan warungnya yang sepi dan keadaan ekonomi
keluarganya yang morat-marit membuatnya menyerah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Ketika malam itu Esih dan Kang
Dadang mendatangi rumah Pak Sutardi, mereka terhenyak. Pak Sutardi adalah orang
pintar tempat bertanya segala persoalan. Langganannya datang dari berbagai
daerah. Katanya orang tenar dari Jakarta dan kota besar lainnya juga bukan seorang dua
orang yang sering datang ke rumahnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Berhari-hari Esih dan Kang Dadang
membisu setelah pulang dari rumah Pak Sutardi. Mereka tidak saling menyapa. Pak
Sutardi waktu itu bilang, “Warung kalian itu dingin dan gelap, karena aura
jelek dari Esih. Tubuh Esih yang harus dibersihkan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Cara membuka aura warung,
membersihkan tubuh Esih, ya dengan didatangi sang dukun, disetubuhi sambil membacakan
mantra <i>jampa pamake</i> itu. Itulah yang
menjadi persoalan. Kang Dadang berhari-hari melamun. Esih sendiri merasa
tersinggung. Hanya membayangkannya saja dia merasa jijik. Dia melihat serigala
menyeringai di wajah Pak Sutardi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Tepat malam kesepuluh sejak
mereka tidak saling menyapa, Kang Dadang menghampiri istrinya. “Esih, Akang
sudah menemui Pak Sutardi. Besok siang kamu bisa membersihkan auramu,” kata
Kang Dadang, lalu dia pergi ke dapur sambil membawa sehelai tikar. Esih
sekarang melihat serigala itu menyeringai di wajah suaminya. Serigala yang
lebih buas. Serigala yang meneteskan air liur mengerikan.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">**<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Besoknya hari terasa pengap.
Kang Dadang sejak pagi sudah pergi. Dia membuat nasi timbel sendiri, meminjam
pancingan dari tetangganya, lalu pergi entah ke sungai mana. Esih melihat
langkah suaminya langkah yang lesu, langkah yang bingung, langkah yang kalah. Tapi
serigala di wajahnya itu semakin mengerikan. Taring-taringnya runcing siap
merobek Esih. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Esih sendiri tidak tahu apa
yang mesti dikerjakan. Makanya ketika Pak Sutardi menghentikan motornya, memanggil
Esih dari pinggir jalan, Esih cemas dan gugup. Napasnya terasa pengap. Warungnya
yang sepi begitu lengang. Tengah rumahnya yang berukuran 3 X 3 meter penuh
dengan suara televisi 14 inci yang sejak pagi bicara sendiri. Tapi Esih merasa
sepi.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">**<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Menjelang senja Kang Dadang
pulang dengan langkah gontai. Pancingannya terikat rapi seperti yang
berkali-kali dibereskan. Tidak ada ikan yang dibawanya. Ketika dilihatnya warungnya
tutup, ludah keringnya tercekat di tenggorokan. Kang Dadang duduk di depan
warungnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">“Esih, sudah pulang?” kata
Kang Dadang. Maksudnya berteriak, tapi suaranya kecil karena tertahan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Kang Dadang maklum kalau
beberapa saat tidak ada jawaban. Dia menajamkan telinganya, konsentrasi mendengar
suara dari dalam rumah. Siapa tahu ada suara tangisan. Ya, ada suara tangisan.
Semakin jelas. Tapi bukan dari dalam rumah. Suara tangisan itu semakin jelas
dari dalam dirinya. Kang Dadang melengos, tersenyum kecut. Laki-laki kok
menangis, gumamnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Karena hampir setengah jam
tidak ada jawaban dari dalam rumah, tidak ada reaksi apapun, Kang Dadang
melangkah mendekati pintu. Pintu depan terkunci. Kang Dadang ke belakang rumah,
pintu dapur yang terhalang oleh kamar mandi biasanya tidak dikunci. Pintu itu
menjadi pintu rahasia yang hanya diketahui berdua dengan Esih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Kang Dadang mendorong pintu
perlahan. Ada yang mengiris sakit di dalam hatinya saat suara pintu berderit.
“Esih, maafkan Akang,” katanya pelan. Tapi di dapur Esih tidak ada. Ketika Kang
Dadang melongok ke dalam rumah, begitu banyak kertas berserakan. Semua potongan
kertas itu bertuliskan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN"> “Hari Ini Bayar, Besok Gratis”, “Beli 5
Bungkus Mie Instan, Gratis Sosin”, “Belanja Rp 50,000 dapat 1 Kupon. 10 Kupon Dapat
Ditukarkan Dengan Sebungkus Garam”, “Hari Ini: Kangkung Disc 50%”. Dan banyak
lagi tulisan lainnya. Kang Dadang tidak sempat membacanya. Karena perhatiannya
tercuri sobekan kertas kecil yang menempel di televisi. “Saya ke rumah Wak
Ningsih, mau kursus memasak.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Kang Dadang menarik napas
panjang. Entah napas bahagia atau napas sakit-perih. @@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">:<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Catatan :<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="IN">Nyelekit</span></i><span lang="IN"> = sakit<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="IN">Sabongbrong</span></i><span lang="IN"> =
sewajarnya<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><i><span lang="IN">Pelet</span></i><span lang="IN"> = mistik agar
disukai orang lain<o:p></o:p></span></p>
<i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"> Jampe pamake</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"> = mantra</span><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">Cerpen ini dimuat kompas.id 2 Mei 2020, tengok linknya di: <a href="https://www.kompas.id/baca/cerpen-hiburan/2020/05/02/jampe-pamake/" target="_blank">JAMPE PAMAKE</a></span></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-67793721924134955102021-06-04T08:55:00.006+07:002021-06-04T08:55:48.690+07:00Lauk Emas Walungan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiccyxAHZkkjY20xeIqfU86gTdMCn3OE7SDmHU-ZMkWZ8qWouanAgf7WUZrnbyuUkykFeNlzScbdUh8kju0-ic46Rf_7tOU0qjFVgvMNYd18mbzoBIcumX5X5_TP9UIKnSFr6v3hjt42C4/s656/Untitled.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="324" data-original-width="656" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiccyxAHZkkjY20xeIqfU86gTdMCn3OE7SDmHU-ZMkWZ8qWouanAgf7WUZrnbyuUkykFeNlzScbdUh8kju0-ic46Rf_7tOU0qjFVgvMNYd18mbzoBIcumX5X5_TP9UIKnSFr6v3hjt42C4/s320/Untitled.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Hujan ngecrek ti
isuk-isuk nepi ka pasosoré. Bari ngopi neuteup pasawahan, sok ras ka mangsa
keur budak taun 1980-an. Mangsa hujan raat pasosoré, barudak silihsampeur.
Lamun henteu ngurek di sawah, nya nguseup di solokan. Cai solokan semu kiruh,
lébér nepi kana galengan. Kajeun solokan leutik, tapi sok meunang waé lélé sagedé
pigeulng leungeun hiji séwang mah.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Anu arék
didongéngkeun mah basa diajak ku Amang ngecrik di walungan. Puguh waé resep. Ngan
sok keueung, apan tas hujan mah sok caah sagala. Ngan tenang sotéh apan jeung
Amang anu geus kolot.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Urang nungguan
heula cai rada orot. Sugan wé hasilna mucekil, apan engké peuting rék
ngalaliwet bari ngadangukeun golék (wayang) di saung,” saur Amang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Kuring unggeuk. Enya
waé, apan engké peuting téh malem minggu. Sok resep ari ngaliwet di saung téh. Kajeun
saukur ngagolér diharudung sarung tapi haneut tina durukan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Turun téh ti
hilir. Mimiti mah beubeunangan téh seuseut. Beunteur hiji-dua sagedé-gedé
cingir ogé diala. Tapi basa maju ka girang, kuring surak lantaran sakali
ngarungkup maké meunang lauk jaér nila aya genepna. Beuki maju lauk téh beuki
loba. Malah meunang lauk emas sagedé piring sagala.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kojana pinuh,
Mang,” ceuk kuring ngabéjaan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Amang katingalina
siga anu bingung. “Sigana mah aya balong anu bedah,” saurna. “Urang balik heula
wé, sigana masih loba laukna.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Hanjat téh ti
lebah sawah Pa Haji Kohar. Sajajalan loba anu maregat pédah nempo beubeunangan
anu mucekil. “Hayu tarurun, euy, lauk emasna ogé sigana loba kénéh,” saur
Amang.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Enya waé, ka
walungan téh loba anu narurutan ngecrik. Amang jeung kuring anu balik deui bari
mawa koja gedé, maké meunang lauk emas bibit sadua-dua sagala. Teu kaitung lauk
nila sagedé dampal leungeun kolot mah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Atuh di walungan
téh jadi ramé. Puguh atuh kolot budak tarurun. Aya anu milu ngecrik, nyair, aya
agé anu saukur lalajo. Beuki ka hilir lauk téh beuki loba. Ngan basa nepi ka
lebah Leuwi Meri, Amang siga anu reuwas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Alah, Jang,
boa-boa balong urang anu rempag téh,” saur Amang bari hanjat ti walungan. Tuluy
ngagidig ka girangkeun mapay sisi walungan. Kuring nuturkeun bari ngajingjing
koja pinuh ku lauk. Enya waé, anu rempag téh balong Amang. Sisi balong anu
lébarna aya samétérna longsor ka walungan.<o:p></o:p></span></p>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">“Lamun kieu mah lain mucekil atuh,” saur Amang
dareuda. @@@</span><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">RENGSE</span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">Ilustrara: reportase.tv</span></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-31249846377236847132021-06-03T09:53:00.003+07:002021-06-03T09:53:42.443+07:00Rampog Jeung Tukang Kios<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi859_rhhB8_Zn_VSp-0eIJ2pi2NP7yze4XWt8LU1KdaH-z9kUY1DJpDTa7mP3DBPw93cfhq4us_xYABHjwBWZfMwcKF7gGGddYeqU2QjKph3CLcAPfTfFI_ViNz0GfPxmqe_Nf4Hrhvn0/s960/Rampog+jeung+Tukang+Kios+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="783" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi859_rhhB8_Zn_VSp-0eIJ2pi2NP7yze4XWt8LU1KdaH-z9kUY1DJpDTa7mP3DBPw93cfhq4us_xYABHjwBWZfMwcKF7gGGddYeqU2QjKph3CLcAPfTfFI_ViNz0GfPxmqe_Nf4Hrhvn0/s320/Rampog+jeung+Tukang+Kios+2.jpg" /></a></div><br /><span style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br /></span><p></p><p><span style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Bi Wirna jeung Mang Kukna geus
lila muka kios di hareupeun imahna. Kiosna mah saenyana leutik, tapi kaasup
pepek barang daganganna. Ti mimiti jajanan barudak nepi ka bungbu dapur ogé
aya. Batina pastina ogé mucekil. Eta waé sababaraha bulan katukang maké bisa
meuli mobil kijang GLX jeung ngaréhab imah sagala.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Tapi ogé aya gosip, beungharna
mah cenah lain ku saukur dagangan biasa. Tapi ku barang dagangan anu henteu
dipajang. Naon barang dagangan anu henteu dipajang téh, naha narkoba atawa anu
terlarang séjénna? Tong boro batur sakampung, tatanggana ogé henteu nyarahoeun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Hiji peuting, kira tabuh
sapuluhan, Bi Wirna jeung Mang Kukna téh keur leleson bari lalajo acara dangdut
di télévisi. Martabak dina méja tinggal satengahna. Kios geus aya sajamna
tutup. Oh, enya, Bi Wirna jeung Mang Kukna téh acan diparengkeun boga turunan
najan geus lima welas taun rumah tangga. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Keur ngareunah kekedengan dina
sofa bari dipépéndé ku artis KDI, aya anu ngetrok panto. Bi Wirna nguniang
hudang. Terus muka selot, muka panto. Kakara ogé méléngé saeutik, naha atuh
panto téh aya anu nyurungkeun. Duaan bari ditopéng sarung. Anu saurang rikat
nodongkeun péstol ka Mang Kukna anu ogé ngoréjat reuwas. Tapi Mang Kukna terusna
ngeleper bakat ku sieun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Duit... mana duit...!” ceuk
rampog anu nodong ka Bi Wirna. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Bi Wirna anu ngabeubeutkeun
manéh kana sofa bari dut hitut, bakat ku sieun, kalah ngeleper. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Gaannccaangng...!!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Di... di... ki... os,” ceuk
Bi Wirna geumpeur.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Hayu cokot... cookoot!!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Bi Wirna reuwas. Tapi terus
ngarayap ka panto kios. Duit anu duka sabaraha juta téh dicicikeun tina laci
kana kantong pelastik. Rampog terus nambahan roko jeung kadaharan kana kantong
pelastik. Geus beunang mah barang anu dipikahayangna, rampog téh rék kabur.
Tapi anu saurang deui, anu nodong Mang Kukna, ngabéjaan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Anu hiji deui, euy!” ceuk anu
saurang téh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Oh, heueuh!” Rampog anu
saurang nodongkeun deui péstolna ka Bi Wirna. “Mana... inuman...! Inuman!!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Inuman naon?” Bi Wirna anu
geus rada leler kareuwasna malik nanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Inuman... anu haneut-haneut!
Tong belegug siah bisi ngabeledag!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Bi Wirna reuwas dikitukeun
mah. Manéhna nunjuk dus di tukangeun panto.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Bawa ku sia! Gancang!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Bi Wirna anu bujurna
kokompodan sieun ditajong ngorondang deui. Enya waé, dina dus anu ditutupan ku keretas
koran jeung semu disumputkeun téh, aya inuman alkohol. Si rampog nampanan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Lain ieu siah! Anu ti luar
negri...!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Di... di kamar,” ceuk Bi
Wirna laun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Bawa...!!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Bi Wirna ka kamar bari
ditodong ku rampog. Enya waé, di kamar mah aya sababaraha dus botol Scotch
Whisky. Bi Wirna terus nalian sadus siga anu diparéntah ku rampog.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Tapi... tapi, Jang. Ieu
mah... ieu mah...,” ceuk Bi Wirna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Ieu mah naon?!” Rampog téh
nyentak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Inuman bahaya. Ujang mah sigana
acan leuwih ti 17 taun. Ieu mah keur 21 taun kaluhur,” ceuk Bi Wirna henteu
mikeun dus.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Gagabah siah! Aing mah geus
déwasa deuleu!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Tapi... tapi sorana.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Deuleu yeuh ku sia!” Rampog
téh ngodok sakuna bari angger nodong. Terus nyabut SIM tina dompét ku sungutna.
“Tah, deuleu SIM aing!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Oh, enya. Dua puluh opat
taun,” ceuk Bi Wirna bari mikeun dus anu geus dibeungkeut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Rampog téh ngajingjing dus.
Bari angger nodong Bi Wirna, rampog téh kaluar ti kamar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Aya, euy?” ceuk rampog anu
nodong Mang Kukna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">“Mucekil euy!” ceuk anu
saurang deui. “Tong ngagorowok siah! Bisi ku aing didor!” Cenah ka Bi Wirna
jeung Mang Kukna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Rampog anu saurang mundur bari
angger nodong Bi Wirna, terus noong ka luar imah. Teu lila sora motor
dihirupan. Rampog téh lalumpatan. Sora dua motor ngadius ngebut. Geus kitu mah
Bi Wirna jeung Mang Kukna kalaluar imah bari pating gorowok: “Raammppogg...!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN">Di kantor pulisi Bi Wirna
jeung Mang Kukna laporan. Lantaran rampog téh kungsi nempokeun SIM, atuh pulisi
téh gancang nyusudna. Tilu jam ti harita, rampog anu opat urang téh kacerek
keur marabok di saung sisi sawah. Salain duit, roko, kadaharan, sababaraha
botol Scotch Whisky jadi bukti.<o:p></o:p></span></p>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Isukna, Bi Wirna jeung
Mang Kukna anu dicerek. Pasalna, ngadagangkeun barang haram Scotch Whisky. Jadi,
rampog jeung anu dirampog sarua disél. @@@</span><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">RENGSE</span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Mangle no 2768, 6-12 Februari 2020</span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div><div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-27884599945619570732021-06-02T17:36:00.001+07:002021-06-02T17:36:15.099+07:00Basa Malaikat Bingung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCJ2AS91I8xWua7uiGUI4E5Ai7Z1uvsOjmt_LZnBbyyvP2yuwzoNnQosXovzK8n59dhBqsY8fQbnzIQ7CqP_WfMGSHyu7X6kUlFrwx9oHbumnRv1HYLu1kHY6O6gPLtMRVbQvlWVRSuMc/s960/Basa+malaikat+bingung2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="714" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCJ2AS91I8xWua7uiGUI4E5Ai7Z1uvsOjmt_LZnBbyyvP2yuwzoNnQosXovzK8n59dhBqsY8fQbnzIQ7CqP_WfMGSHyu7X6kUlFrwx9oHbumnRv1HYLu1kHY6O6gPLtMRVbQvlWVRSuMc/s320/Basa+malaikat+bingung2.jpg" /></a></div><br /><p><br /></p><p> <span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Jaman
nabi Sulaeman a.s. aya saurang </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">priyayi</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
anu reuwas. Sababna, basa éta priyayi </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">nuju</span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
ngariung suka-seuri ngawangkong ngalér-ngidul jeung sobat-sobatna, manéhna
ningali malaikat Izroil dina riungan. Katingalina mah malaikat Izroil téh siga
anu bingung. Tapi enya ogé siga anu bingung, éta priyayi reuwas kacida. Apan
malaikat Izroil téh tugasna purah nyabut nyawa. Mangkaning anu bisa ningali
malaikat Izroil téh ngan manéhna. Da sobat-sobatna mah geuning haré-haré waé.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Lantaran
reuwas téa, éta priyayi téh langsung ngahadep ka nabi Sulaeman a.s.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Ya
Nabiyullah, abdi téh reuwas kacida. Margi tadi basa nuju ngariung sareng
sobat-sobat, abdi ningali malaikat Izroil aya dina riungan,” ceuk éta priyayi
téh. “Katingalina mah nuju bingung malaikat Izroil téh. Tapi enya ogé nuju
bingung, abdi mah angger reuwas. Uninga nyalira apan naon tugasna malaikat
Izroil.“<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Naha
reuwas sagala? Kuduna mah sujud sukur. Bisa ningali malaikat Izroil saméméh
ngalaksanakeun tugasna téh hiji anugrah ti Alloh SWT,” saur nabi Sulaeman. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tapi
si priyayi téh kalah ngahuleng. Pokna téh: “Leres ari kituna mah. Tapi abdi téh
émut kasauran Salira kapungku</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">r
w</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">aktos
nyarengan Salira perang ngalawan musuh anu gangas. Sabada perang téh apan Salira
nyarios; pok sebutkeun, ménta naon waé ogé bakal ditedunan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Nabi
Sulaeman imut, teu lami ngawaler: “Enya, enya pisan Kaula kungsi jangji kitu. Harita
mah apan Anjeun henteu ménta nanaon.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kumargi
éta ayeuna abdi ngahadep. Abdi nyungkeun ayeuna Salira miwarang angin puyuh
pikeun nyandak abdi ka tanah India.” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Nabi
Sulaeman ngahuleng ngaragameneng. India téh apan tempatna jauh, béda pulo béda
nagara. Nabi Sulaeman mah apan nyakrawati di Yerusalem, sedeng India
dipisahkeunana ogé ku nagara-nagara Timur Tengah jeung Lautan India.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Saatos
sababaraha lami ngémut, nabi Sulaeman nyarios: “Kieu, Sobat. Urang téh geus
ngaliwatan réa karuwetan, ngabarkeun pedang dina réa peperangan. Anjeun ogé
apan nyaksian, ratusan malah rébuan syuhada gugur di danalaga. Anu tadina gagah
rongkah, rosa tanaga paséhat maén silat, ngan sakolébat pedang bisa ngudupruk
teu walakaya. Hartina, tali anu ngabeungkeut urang jeung dunya téh uduh. Henteu
kudu disieun-sieun, da kitu titis-tulisna anu hirup.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Si
priyayi téh sakedapan mah ngaregepkeun. Tapi kalah pokna téh: “Muhun, leres
pisan ari kituna mah. Tapi abdi téh émut waé kana jangji Salira. Apan Salira
téh raja anu ogé nabi. Atuh maenya teuing raja anu ogé nabi kedah ingkar tina
jangji.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Ari
kitu onaman heug téh teuing. Ayeun kénéh kaula bakal maréntahkeun ka angin
puyuh sangkan mawa Anjeun ka India.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sapangeusi
karaton raja Sulaeman reuwas basa aya angin lilimbungan asup ngaliwatan gapura
jeung jandéla-jandéla. Tapi ngan sakilat éta angin téh hiber deui kaluar
karaton bari mawa si priyayi ka India.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Kacaturkeun
nabi Sulaeman a.s. ogé saenyana ngaraos hémeng. Hémeng pédah émut kasauran si
priyayi tadi anu cenah malaikat Izroil téh sapertos anu bingung. Atuh Anjeunna
énggal ngulem Malaikat Maut, ngucapkeun salam, sareng énggal naros.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Wahéy
Malaikat Alloh, kunaon katingali téh bet sapertos anu bingung?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Disebat
bingung memang sapertos kitu ya, Nabiyulloh,” saur malaikat Izroil. “Kami téh
diparéntahkeun pikeun nyabut nyawa tina ragana, di India tempatna. Tapi basa
Kami ngaliwat ka dieu, jalma anu bakal dicabut nyawana téh bet aya di dieu.
Apan ti dieu ka India téh sakitu tebihna. Upama éta jalma tumpak kuda anu
pangtarikna, asa moal nepi téréh-téréh. Sedeng waktu pikeun nyabut nyawa téh
ayeuna, sababaraha menit deui.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Upami
kitu mah entong bingung deui, da upami tos titis-tulisna nya pasti kedah kitu.
Jalma anu umurna ngan sababaraha menit deui téh da enya tos aya di India.
Mangga, ayeuna mah geura ka India waé.” (Yosep – Sumedang) @@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">RENGSE<o:p></o:p></span></p>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">(dipasieup
tina dongéng Maulana Jalaludin Rumi</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"> dina buku The Kingdom of
Joy</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;">)</span><div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><br /></span></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIKLj-vxMkKhIm76vuQo_M1i4Vf3mFPjyj0KRF_ZMU0_Td61cNZAkwk0RMW13WWDUNB2jqVeMQG9Hc_i-zxAR9BBkC1hJGnICUcWiy_LF4w18VXEVj16a9oiRjs0kI4FTXsD1tg6p1k0Y/s500/Basa+malaikat+bingung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="368" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIKLj-vxMkKhIm76vuQo_M1i4Vf3mFPjyj0KRF_ZMU0_Td61cNZAkwk0RMW13WWDUNB2jqVeMQG9Hc_i-zxAR9BBkC1hJGnICUcWiy_LF4w18VXEVj16a9oiRjs0kI4FTXsD1tg6p1k0Y/s320/Basa+malaikat+bingung.jpg" /></a></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-fareast;"><br /></span></div>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-81010387264386219192021-04-26T12:49:00.000+07:002021-04-26T12:49:05.960+07:00Proses Kratif Tragedi Buah Apel & Buku Ajaib Jiko<p> <span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMI_Lm8ZzC2vVpCPEbQMnK7bj6dV7mioTc-8BkQOlXd-BQnB-imYfZ-wZoPHSOq1Tm6zZSeglg09G3gBZCNkaWwNo-3ZGfp1c6sJyp1vkofy68sRpIPljn8FZ1_X8hY3q4cz3K8PORGeA/s633/Tragedi+Buah+Apel+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="549" data-original-width="633" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMI_Lm8ZzC2vVpCPEbQMnK7bj6dV7mioTc-8BkQOlXd-BQnB-imYfZ-wZoPHSOq1Tm6zZSeglg09G3gBZCNkaWwNo-3ZGfp1c6sJyp1vkofy68sRpIPljn8FZ1_X8hY3q4cz3K8PORGeA/s320/Tragedi+Buah+Apel+1.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Novel Tragedi
Buah Apel mulai ditulis sekitar tahun 2012. Oh, bukan novel, tapi skenario
film. Bukan karena ada production house yang nawarin. Bukan juga diajak Riri
Reza, Hanung Bramantio atau sutradara keren lainnya. Tapi karena saya bingung,
saya mesti nulis apa?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tahun itu saya
baru menyadari bahwa usaha saha di bidang percetakan, penerbitan, dan pengelolaan
media, mengalami kebangkrutan. Banyak buku di agen tidak dibayar, karyawan
mengundurkan diri ngambil setoran, ditipu pengerjaan proyek, keuangan majalah
tidak sampai, sementara kredit bank menumpuk.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Awalnya saya
tidak mengerti betul, mengapa usaha yang beberapa cabang mesti tidak jalan
bersamaan. Tertekan, stress, tentu saja sangat mengalami. Tapi sekarang saya
mesti mengucapkan alhamdulillah berkali-kali. Alhamdulillah saya bangkrut. Mungkin
kalau usaha lancar, saya semakin terbiasa dengan kredit bank, terbiasa dengan
proyek yang mesti bagi-bagi hasil (sogokan), dsb.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hanya satu yang
terpikirkan saat itu: saya mesti nulis lagi. Menulis lagi? Ya, karena sudah
sekitar 10 tahun saya istirahat menulis. Dan periode awal menulis itu adalah skenario
Tragedi Buah Apel. Waktu itu memang ada lomba menulis skenario film anak, tapi
waktunya hanya tinggal 4 hari lagi. Saya menyelesaikan cerpen saja satu minggu
waktu itu. Benar-benar memulai lagi. Begitu dalam 4 hari skenario itu selesai,
waktunya sudah lewat satu hari. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setting Tragedi
Buah Apel itu di perumahan padat perkotaan. Rumah-rumah kotak, rumah-rumah
tripleks di pinggir sungai kotor atau rel kereta api. Itu sebenarnya setting
yang sudah saya kenal. Saat kuliah saya suka ngikut-ngikut teman yang kerjanya
di rumah singgah. Bangunan tua dan kotor di pinggir rel kereta, disulap jadi
tempat belajar anak-anak pedagang asongan dan pencari rongsokan. Saya suka
nongkrong, melihat mereka belajar dan bekerja.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Entah juga
kenapa awal-awal menulis lagi cerita mereka yang singgah di kepala saya.
Mungkin karena efek saya jadi miskin hehe. Tidak banyak yang saya perdalam
dalam penulisan skenario Tragedi Buah Apel itu. Hanya googling tentang apel,
cara menanamnya, melihat-lihat bentuk pohonnya. Ya, karena sebenarnya saya
asing dengan pohon apel. Di kampung saya rasanya tidak ada pohon apel, kalaupun
ada berbuahnya jelek. Hanya saja, salah satu buah-buahan yang saya suka adalah apel
impor dari China yang besar, harum dan manis. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Karena ini
bentuknya skenario, yang saya ingat juga film-film anak yang pernah saya tonton
di JIFFES (Jakarta Internasional Festival entah tahun berapa, saya pernah nginap
di Jakarta sekitar seminggu hanya karena ingin nonton film-film anak dari
Jepang, Korea, Brazil, Iran, dsb.). Satu film yang kemudian terkenal adalah
Children of Heaver (Majid Majidi, Iran, sudah pada nonton kan?). Saya suka
percakapan-percakapannya yang pendek. Anak-anaknya yang lugu (kalau di buku
semacam Emil-Astrid Lindgren yang hujan-hujanan karena ingin tinggi seperti
pohon, Totto Chan yang ganti-ganti cita-cita, dsb.). Dengan ingatan kepada itu
semua, kisah dua sahabat Alin dan Jiko berusaha mendapatkan sebuah apel China
yang besar, harum dan manis itu, diceritakan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Entah satu atau
dua tahun kemudian saya menuliskan novelnya. Justru saat itulah saya merasa baper.
Mungkin saat menulis novel, bukan hanya membayangkan adegan, tapi juga
merasakan jadi tokoh itu. Yang saya ingat, berkali-kali saya berhenti menulis
karena tidak kuat ikut merasa sedih. Pada bab Yasmin saya menangis. Lebay
banget. Sementara saat menuliskan Alin, saya memang sedih, tapi sering sambil tersenyum
sendiri. Alin dan Jiko sering berlaku lugu dan membuat tersenyum. Tapi Yasmin
kok sedih tanpa senyum. Karena itu berbulan-bulan setelah selesai menulis novel
ini, sekali waktu saya bilang ke istri, “Kenapa saya masih ingat sama Yasmin
ya....”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOuhF1sGhwIUWyDls94ovFFR2hoNO-5AfCXhsmKHDwoJUT4OU_cwaVmVMfKgHnZWuXFkrUYyYzCWpiWnBrqb2LtjmCuDg-aq6Z-0ogXN-i15LX7g3QxLRGmOSTwIBSfOIlmz-H5BKtJ5o/s657/Tragedi+Buah+Apel+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="386" data-original-width="657" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOuhF1sGhwIUWyDls94ovFFR2hoNO-5AfCXhsmKHDwoJUT4OU_cwaVmVMfKgHnZWuXFkrUYyYzCWpiWnBrqb2LtjmCuDg-aq6Z-0ogXN-i15LX7g3QxLRGmOSTwIBSfOIlmz-H5BKtJ5o/s320/Tragedi+Buah+Apel+2.jpg" width="320" /></a></div><br /><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa minggu
sebelum corona, editor Indiva pun bercerita: berulang membaca berulang
menangis. Waduh, saya jadi bertanggung jawab. Pada baca ya, semoga setelah
normal kembali, novel ini bisa dicetak. Tapi jangan laporan pada menangis,
nanti saya semakin merasa bersalah. Bila sedih, pura-pura nggak saja. Gitu-gitu
aja nangis, baper banget. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kok, jadi
penulis cengeng banget? Ah, saya sebenarnya males dan malu mengakui seperti
ini. Tapi memang begitulah yang saya alami. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Perjalanan
novel Tragedi Buah Apel dibukukan, juga sungguh sangat berliku. Awalnya saya
tidak tahu novel ini mau dikirim ke mana. Waktu itu saya miskin informasi
penerbit yang menerima naskah novel anak. Pernah dikirim ke Bentang Pustaka,
sekitar tujuh bulan kemudian baru ditolak. Ke Tiga Ananda, sudah tidak ada
novel anak. Juga ke Indiva, sementara Indiva tidak menerbitkan novel anak. Sempat
juga dikirim ke BIP, MNC, Grasindo, tapi juga ditolak. Sempat diterima penerbit
Prenada, diterima dan dikasih surat perjanjian, tapi dua tahun lamanya tidak
kunjung terbit. Setiap ditanya, jawabnya lagi ngantri, dsb. Dan dua tahun lebih
setelah surat perjanjian dikirim, saat saya tanya lagi Prenada kemudian menyatakan
tidak jadi mencetak Tragedi Buah Apel. Saya lupa, apa mereka meminta maaf atau
tidak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Saya mestinya
sedih atau sedikitnya kesal. Tapi entahlah, sejak bangkrut saya tidak banyak
menuntut hehe. Saya tidak menulis status medsos atau membahasnya di blog. Saya
dingin saja, seolah di-PHP dua tahun lebih itu sesuatu yang wajar. Biarinlah,
itu kan mereka yang melakukan. Bukan saya. Kesimpulannya: bila kita ingin
bersabar sampai ke tingkat itu, sekali dalam hidup kita harus bangkrut hehe....<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oh, sudah
panjang ya. Jadi, begitulah, jangan bersedih bila ditolak penerbit. Sudah
banyak novel terkenal ditolak dulu berkali-kali sebelum sukses. Saat ditolak,
itu artinya naskah kita melalui jalan berliku sebelum sukses. Siapa tahu novel
Tragedi Buah Apel pun kembali ke asalnya, dibuat film dan sukses menyaingi
Harry Potter hehe. Amiin. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sudah dulu ya.
Semoga semuanya bisa menulis dengan indah dan bahagia. @@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Rancakalong, 6
Juni 2020, pagi saat ingin segera melihat aglonema red kochin yang baru keluar
daun baru.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>Contoh komentar
pembaca:</b></span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"> </span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Alin, bocah
lelaki delapan tahun itu terpaksa menjambret. Bukan untuk uang ataupun
perhiasan, melainkan ‘hanya’ seplastik apel. Apel import besar beraroma harum,
buah yang telah lama diidamkan emaknya. Emak sakit parah dan Alin ingin
membahagiakan beliau supaya beliau cepat sembuh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Akan tetapi,
apel hasil jambretan itu justru membawa petaka. Bersama sahabatnya, Jiko si kutu
buku, Alin berusaha keluar dari masalah pelik yang datang silih berganti.
Ide-ide cemerlang hadir lewat buku ajaib Jiko, memberi titik terang pada
permasalahan Alin.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebuah kisah
yang seru, lucu, dan sarat pelajaran. Tak mengherankan jika cerita ini menjadi
Pemenang I dalam Kompetisi Menulis Indiva 2019 Kategori Novel Anak. Sangat
menginspirasi. Selamat membaca, Kawan! <b>(Ratnani Latifah, resensi buku
Kedaulatan Rakyat, 20-10-2020)<o:p></o:p></b></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>BILA TERTARIK
INGIN MEMILIKI BUKU INI, HUB WA: 085220060628</b><o:p></o:p></span></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-9331164687779723802021-04-26T11:35:00.003+07:002021-04-26T11:35:22.022+07:00Nyekar<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSA36GJaPN4aJNpayjdGKvK_DXAxAFvpo5awX1vyl5UPzWOoxpqcf0brY6W8I4htjG7f89rvaimKiyc5ACvAeLPcXl7W-66Fkig44WVqt3A4UUe_fVcSB24kjI2DYSo9qfOGnproFQ8Hw/s1239/nyekar2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1239" data-original-width="881" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSA36GJaPN4aJNpayjdGKvK_DXAxAFvpo5awX1vyl5UPzWOoxpqcf0brY6W8I4htjG7f89rvaimKiyc5ACvAeLPcXl7W-66Fkig44WVqt3A4UUe_fVcSB24kjI2DYSo9qfOGnproFQ8Hw/s320/nyekar2.jpg" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Nyekar téh bada asar. Itung-itung bari ngabuburit. Ngahaja
leumpang, sakalian nyoba kakuatan. Mobil mah dititipkeun di bumi Bi Karti. Baheula
mah keur umur 10 taunan ka lapang méngbal téh lumpat da sieun teu diajakan
sésépakan. Ari astana lembur pan perenahna tukangeun lapang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Tapi mangsa mah teu bisa dinaha-naha. Umur 10 taun
ngabecir nanjak saeutik teu karasa nanaon. Ayeuna mangsa umur 65 taun leumpang
sakitu téh loba karasana. Nanjak saeutik nyareri bitis, jauh saeutik ngahégak. Apan
ceuk Si Dokter mah basa dipariksa alatan nyareri suku ku asam urat, “Makanan
tidak bisa dijaga, olahraga malasnya minta ampun, mau cepet game over, ya?”
Dasar, dokter pikasebeleun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Nepi téh ka astana, pisaminggueun deui ka Lebaran mah
loba kuburan anu bararesih. Jujukutanna dikoréd, padungna diberesihan, malah
aya anu dikapur sagala. Bakat ku hayang ngahormat, ngéstokeun, mikanyaah, ka
waruga anu kungsi dikubur di dinya. Panyangkana meureun anu aya di kalanggengan
téh masih butuheun kabagjaan siga di dunya. Barina ogé kétang, keun baé da anu
penting mah rasa nyaah jeung hormat anu nganteng ka anu geus teu aya di kieuna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Apan sorangan ogé bet ngahuleng sanggeus aya di hareupeun
kuburan Euis mah. Jauh-jauh ti Jakarta ka Leuweung Tiis, lembur singkur sisi
gunung Bésér, Sumedang, nyaéta hayang nyekar ka Euis. Acan sataun ditinggalkeun
ku Euis téh. Ayeuna téh Lebaran munggaran. Biasana mah mudik téh angkaribung
babawaan da kitu Euis mah sagala ditatan. Kanggo ené ieu mah mukena kanggo
engki itu mah acuk sareng sarung haturan uwa ieu mah sajadah anu paragi
nyarandé téa, kuah-kuéh kaléng mah puguh deui. Kamari mah kuring rasjig téh
henteu bohong, teu balanja nanaon keur sorangan gé. Ngamplop wé ka ené-engki,
uwa-uwa, amang-bibi, anu marasih jumeneng mah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Keur naon sih nyekar? Tapi mun hayang-hayang teuing mah
mending ayeuna, sugan can pati macét. Ngarah gancang ka dieu deui, apan hayang
nyaho suasana Lebaran di Jakarta téa,” ceuk Ridwan, sobat sapagawéan, atuh
ayeuna sabada pangsiun jadi rékanan bisnis anu sumanget pisan. Nyieun
perusahaan, ngolo jeung nyogok urut anak buah anu masih ngajabat, ngarah
meunang pruyak-proyék ti instansina. Lumayan, aya kagiatan, henteu post power
sindrome, jeung pangasilanna apan bisa gunta-ganti mobil atawa nambahan
surat-surat berharga.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Kitu, ngarah salsé, mudik masih anggang ka Lebaran téh. Maksud
anu utama mah da enya hayang nyekar ka kuburan Euis, itung-itung ningalikeun
rasa nyaah téh teu bisa pegat najan geus dipisahkeun alam ogé. Tapi abong
jelema saumur-umur tara pirajeunan nengetan prak-prakanana anu ngadu’a atawa
anu nyekar, di hareupeun kuburan Euis mah ngadon ngahuleng. Naon atuh anu kudu
didu’akeun téh?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Kuring cingogo, bari nyabutan jukut bari ngagerendeng,
“Euis, Akang datang ayeuna nyekar, ngawurkeun kembang jeung cai hérang, saukur
pananda jodo urang henteu pegat najan dipisahkeun ku alam. Urang mah dijodokeun
Pangeran. Enya, hiji waktu urang bakal ngahiji deui. Enya, Akang bakal nyusul
ka alam padang poé panjang, da saha atuh anu bisa meruhkeun mangsa....”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Aya anu nyéak dina punduk basa ngagerendengkeun anu
panungtung mah. Enya, saha atuh anu bisa meruhkeun mangsa? Ceuk dongéng, aya
raja anu bakat ku hayang ngabuktikeun kajayaanana, moal keuna ku pati, manéhna
asup ka jero peti beusi, dielas rékép pisan, ngarah teu kadatangan malakal
maot. Meureun raja téh mikirna siga urang dunya anu saukur bisa asup lamun aya
lolongkrang, da apan malaikat maut mah henteu dibeungbeuratan ku wujud.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Kitu minangka ngadu’a téh. Terusna mah ngahuleng di
hareupeun kuburan Euis. Hampura, Euis, Akang mah angger saperti baheula, teu
apal kumaha carana ngadu’a. Nyekar ogé apan anu enya-enya kahayang tina kereteg
ati mah kakara ayeuna. Ka kuburan kolot ogé apan tara pirajeunan nyekar. Lamun
kaparengan mudik terus nyekar téh apan bané waé diajak ku engki ieu atawa uwa
itu. Ari teu aya anu ngajak mah geuning mending kénéh leuleumpangan ngalanglang
pamandangan lembur. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Bet pirajeunan macaan tulisan dina padung. Icoh binti Ijo,
lahir 15-4-1943 wafat 12-5-2011. Genep puluh dalapan taun leuwih, ceuk haté. Irnasan
bin Marta’i, lahir 18-12-1940 wafat 21-9-2013. Tujuh puluh tilu taun kurang,
ceuk haté deui. Riki, lahir 19-9-1989 wafat 11-1-2019. Ngan tilu puluh taun,
gerendeng téh. Beuki manjang utang-itung beuki rupa-rupa ari umur. Aya anu
salapan puluh taun aya anu salapan taun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Ari kuring, bakal sabaraha taun umur téh? Ayeuna genep
puluh lima, sabaraha lila deui? Utang-itung téh jadi mandeg da beuki hésé.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Jang Nanang ieu téh?” ceuk hiji sora.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Ngagebeg keur ngalamun aya anu nanya téh. Gigireun
nyampak Abah Sumid, purah beberesih di astana mangsana deukeut puasa nepi ka
deukeut Lebaran. Saluhureun aya kana opat lima taunna Abah Sumid téh. Lamun téa
mah leuwih lima taun ti kuring meureun ayeuna teh umurna tujuh puluh taun. Tapi
jagjag Abah Sumid mah. Kuat kénéh pucal-pacul kurad-koréd malah nanggung
carangka eusi suluh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Katingali téh ngahuleng waé ti tadi. Waas ku si jenat
panginten nya,” ceuk Abah Sumid deui.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Waas ku reureujeunganana, Bah. Apan ti bubudak abdi mah ulin
téh jeung Euis, mangsa sawawa bet kajodokeun. Umur téh réa kénéh babarenganana
batan pisahna,” pok téh bari sura-seuri inget ka mangsa budak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Ari kituna muhun pisan da Ujang mah kajodokeun ka
réréncangan ameng. Tapi da sanés Néng Euis wungkul, apan itu Darwit kuburanna
palih ditu, Wawan palih ditu, Ningsih mah anu aya tangkal kamboja itu, Agan
Permadi mah nembé sababaraha sasih kapengker.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Oh, Agan Permadi tos ngantunkeun, Bah?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Muhun, ah da apan gaduh panyawatna tos lami. Tos aya
taunna struk.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Anu ditatan ku Abah Sumid téh babaturan ulin kuring
wungkul. Paingan ari mudik, kaparengkeun shoat ied, langka panggih deui jeung
anu wawuh. Paling ogé anu ngenalkeun téh, ieu putrana Darwit, ieu mah incuna
Ningsih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Keur leutik mah saha anu nebak Darwit rék leuwih tiheula
batan sobat anu séjénna. Puguh sagala resep jeung sagala hadé kana olahraga. Méngbal
kapaké ku guru, poli puguh deui da pangjangkungna, atlétik pangtarikna lumpat. Tapi
ti umur lima puluhan bet kabéjakeun tiktikbrek. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Wawan embung kaéléhkeun unggal kaulinan nanaon ogé. Moro
langlayangan manéhna mah mawa gantar panjang anu tungtungna maké dahan
anak-nakal, atuh beubeunanganana panglobana. Paparahuan di solokan manéhna mah
nyumputkeun gunting leutik, atuh acan diadu ogé parahu anu séjén geus ngoléab
éléh. Geuning ku pati mah teu bisa kukumaha, teu bisa licik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Ari umur nya Bah...,” gerendeng téh semu henteu sadar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Sumuhun pisan atuh, Jang. Mang Endang ogé anu jagjag
belejag, siangna masih ngala kacang roay, sontenna masih ngabagikeun hasil
tatanénna ka tatanggana ka batur salembur, éh wengina kawartoskeun
ngantunkeun.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Baruk, Mang Endang ngantunkeun?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Muhun, nuju netepan di masjid saurna, bada isya. Biasa
Mang Endang mah apan netepan sunat téh sok pangahirna, ari pék henteu katingali
kaluar masjid. Ditingali téh ku anu caket, nuju sujud tapi henteu gugah deui.
Teras ditepak bilih kaboboan, éh langsung ngagolér.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Ngahuleng sakedapan. Ari mudik, sakapeung sok sono téh
ngobrol jeung Mang Endang. Lain dulur lain sobat ulin keur budak saenyana mah,
da puguh saluhureun, pantaran Abah Suadma. Tapi lamun ngobrol téh sok uplek.
Sakapeung silihsengklékkeun. Tapi henteu karasa ngahina atawa matak nyeri haté
enya ogé eusina mah ngajejeléh kuring.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Lamun téa mah Mang Endang tokoh agama, ngarti kana
agama, geuning henteu ka Jakarta,” ceuk kuring hiji waktu, duka ti mana
mimitina bet ngaléok ka dinya obrolan téh. “Da apan saur ustadz kawentar, anu
henteu ka Jakarta téh satengah kapir.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Ari maksudna ka Jakarta, apan harita téh umat Muslim
dikeprak pikeun ngadukung hukuman pikeun anu dianggap nyacampah atawa
ngahinakeun agama. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Ah, Jang. Entong sok percaya ka ustadz pulitik. Bahaya!
Ustadz pulitik, kiai pulitik mah kudu réa istigfar. Réa tisolédatna lamun kiai,
ustadz, ulama, geus ngagembrong kana pulitik. Ustadz mah ulah ponténg ka nu konéng.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Haduh, lamun seug Mang Endang sok padungdengan dina media
sosial, pastina réa anu ngabuli atawa ngajejeléh. Apan kiai anu kakoncara
tawadhu-na ogé sakalina masihan pandangan anu béda, béak beresih dicarékan dibelegug-belegugeun.
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Mang Endang mah da lain ustad, da puguh teu ngawuruk
ngaos. Keur kuring mudik sataun katukang, kungsi nyampeur jam genep isuk-isuk,
maksudna rék ka tukang surabi. Asa waas, keur leutik mah balik mandi di
pancuran sisi sawah, terus naragog di tukang surabi. Tapi henteu aya anu
némbalan uluk salam kuring.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Mang Endang mah tara lungsur teu acan tabuh tujuh dugi
ka tabuh dalapan mah,” ceuk Neng Ikah, tatanggana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Oh, naha nuju naon kitu, Neng?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Kupingkeun wé di caket kamerna, ti bada subuh téh ngaos
tara lirén. Kitu da unggal dinten ogé.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Panasaran, diuk di babaléan anu aya di payuneun bumina, bari
nungguan. Asa ku anéh ieu kiai mamalihan téh, ceuk haté bari seuri. Kitu apan
ari ngobrol téh, kiai mamalihan, ustad gadungan, ulama palsu, minangka pamoyok
kuring lamun keur ngobrol. Tapi Mang Endang tara bendu, kalah sok seuri
ngagakgak, da meureun terang kuring saukur ngagonjak. Malah anjeunna nyalira
sok nyarios kieu: “Ceuk Emang anu kiai mamalihan mah kieu....”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Teu karasa lila nungguan téh, kulutrak Mang Endang muka
panto.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Hor, geuning aya tamu wayah kieu,” saurna bari ngajak
sasalaman. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Badé ngajak ka tukang surabi téa, Mang. Urang nagog
sapertos kapungkur.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Ah, sanés jaman atuh, Jang. Rincug nagogna ogé. Hoyong
surabi mah mudah-mudahan wé diparengkeun. Di lembur mah sasarap téh anu
saréhat, Jang.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Can lila ngobrol di babaléan téh, jol Ma Erum,
tatanggana, ngirim seupan cau jeung seupan sampeu mani sapiring lodor, ogé cai
entéh panas dua emuk.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Tah, nu kieu sasarap séhat mah,” sau Mang Endang. “Hatur
nuhun pisan Ma.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Can ogé milu mairan nganuhunkeun, kuruncul Néng Ikah bari
nanggeuy piring dituruban daun cau. “Kanggo sasarap, Mang,” pokna bari neundeun
piring. Dibuka téh surabi oncom jeung goréngan suuk mani metung.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Alhamdulillah, tuh geuning Jang, hoyong surabi téh kalaksanakeun.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Ari kuring, lain ngucapkeun alhamdulillah, kalah
ngahulung ningali anu kikiriman téh. Nyaan Mang Endang mah, asa mahiwal. Duka
anu kikiriman téh unggal dinten atawa ngan ayeuna wungkul. Tapi anu
dipikahayang téh bet nyalampeurkeun. Sarua mahiwalna jeung kalakuan Mang Endang
nyalira sigana. Sabada dikantun ku istrina, unggal dinten cenah ka kebon sareng
sawah. Ngiring macul, pulak-pelak, sareng ngurusna. Tapi hasilna sok kalah
dibagikeun. Nyakolakeun barudak yatim jeung fakir cenah aya puluh urangna. Atuh
anu katingalina katalangsara sok dikiriman béas jeung sembako séjénna. Hasil
palawijana sawaréh dibagikeun, salembur mah ngasaan hasil panénna.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Putra Mang Endang téh tiluan. Anu duaan sakola di luar
negeri, béasiswa cenah da duanana hafidz Al-Qur’an. Anu saurang deui mah di
Bandung. Jadi hasil usaha Mang Endang mah henteu kacocéng ku barudakna. Inget
ka dinya, harita, kuring bet léok ngusulkan sangkan Mang Endang mésér mobil.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Kanggo ngagaya waé atuh, Mang. Maenya éléh ku ustad tivi
anu mobilna ogé maréwah,” ceuk kuring.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Ah, sanés jamanna, Jang. Emang mah égois.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Egois kumaha?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Enya, Emang mah égois kukumpul téh bawaeun. Sanés
tinggalkeuneun.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Maksadna?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Mobil méwah, bumi agréng, kebon terus ngalegaan, apan
éta mah tinggalkeuneun, Jang. Ari babagi jeung ngajeujeuhkeun barudak yatim
mah, éta bawaeun.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Kuring ngagakgak. Ayeuna, nguping wartos Mang Endang
ngantunkeun, bet kapikiran deui. Matak saméméh mulang téh cingogo deui
hareupeun kuburan Euis bari ngagerendeng, “Euis, geus waktuna Akang égois.
Alhamdullah Akang masih dipasihan kasempetan. Tapi bet patingsariak jeung
saredih, apan Akang téh teu bisa nanaon. Solat tara ngaji komo, kumaha
ngamimitianana égois? Mang Endang, balad Akang anu ngarti agama, apan tos
ngantunkeun. Tapi Akang nékad pikeun égois.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">Di jalan Ridwan nélépon ti Jakarta.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Kumaha hasil nyekar téh, meunang naon?” cenah
ngaheureuyan bari seuri ngagakgak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Meunang jadi égois.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Maksudna?” Cenah teu ngarti.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">“Moal ka Jakarta deui.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: IN;">***<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Rancakalong, 5 Mei 2019</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5Cf0gFjPBF93r45Z1M51B3NVs28emiSV0B3hs5YUcbsQgJLLvdl8PEqbSIKzo4YFD46oQQs9JRjm2JPv-MPCVLaleRWmIuCdIqmKr-z6Pn_l599VsrEh5Ak2Fwg2MRhEtn_lV4UGon7I/s1229/nyekar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1229" data-original-width="969" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5Cf0gFjPBF93r45Z1M51B3NVs28emiSV0B3hs5YUcbsQgJLLvdl8PEqbSIKzo4YFD46oQQs9JRjm2JPv-MPCVLaleRWmIuCdIqmKr-z6Pn_l599VsrEh5Ak2Fwg2MRhEtn_lV4UGon7I/s320/nyekar.jpg" /></a></div><br /><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"><br /></span><p></p>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-10654828146773006222020-05-25T07:48:00.002+07:002020-05-25T07:48:56.814+07:00Hayam Seuri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD6z9gAdTCXj5VJygLa0YSEG0_xvbO7MxrC8oySsRPRZBsWkvlzjO0sy5QoLH4W56ULLBZ_qQuBuIWHV0sHJNPcsr76rNgTucKDNuWyiyo_UX9gytncHacfO4L_F4DUQRnaxt06OJ32sk/s1600/hayam+seuri+ppm.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="barakatak mangle" border="0" data-original-height="500" data-original-width="725" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD6z9gAdTCXj5VJygLa0YSEG0_xvbO7MxrC8oySsRPRZBsWkvlzjO0sy5QoLH4W56ULLBZ_qQuBuIWHV0sHJNPcsr76rNgTucKDNuWyiyo_UX9gytncHacfO4L_F4DUQRnaxt06OJ32sk/s320/hayam+seuri+ppm.jpg" title="pangalaman para mitra mangle" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Mimitina mah
henteu percaya aya hayam seuri alias ayam ketawa téa. Ari pék, enya aya hayam
anu kongkorongokna siga jelema seuseurian. Pangalaman ieu téh lima taun
katukang, basa imah kosong hareupeun imah kuring aya anu ngeusian. Urang
Bandung Pa Didin teh asalna mah. Pindahna bari mawa hayam seuri téa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Henteu saukur
resep sigana Pa Didin mah kana hayam seuri téh. Da salain loba, ti jago dewasa
nepi ka anakna anu kakara megar, ogé asal-usulna hayam téh diperhatikeun. Cenah
aya hayam anu langsung didatangkeun ti Sulawesi, tempat hayam seuri téa mimiti
dikukut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ari hargana,
matak ngalamun anu henteu apal kana iinguan. Henteu puluhan rébu siga hayam
kampung, tapi nepi ka jutaan rupiah. Kuring lantaran kabawakeun resep
ngadangukeun ceuleukeuteukna hayam, ngaririhan anakna hiji. Hayam jalu téh
unggal isuk diparaban. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Duka jenisna
hayam seuri mah kitu, rarasaan téh éta hayam asa lindeuk pisan. Meureun
lantaran unggal poé diparaban, diusapan, diajak ocon, éta hayam téh embung jauh
ti kuring. Sok diseungseurikeun ku barudak mah, pedah kuring ka warung ogé éta
hayam téh nunutur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Si Ayah gaduh sobat
anyar,” ceuk budak kuring bari seuri ningali hayam seuri nyéngclé dina tuur
kuring sabada diparaban. Hayam téh terus kongkorongok seuri téa. Tayohna kakara
diajar kongkorongok.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Tadina mah
horéam ngadongéngkeunana, duka ku naon kuring ogé bet resep jeung nyaah ka éta
hayam. Sapoé henteu ningali téh asa aya anu leungit. Puguh ogé ayeuna mah geus
jajangkar, luis, sakapeung kongkorongok seuri téa. Babaturan mah malah aya anu
wani nawar sagala, Rp 150 rebu cenah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ari hiji beurang
éta hayam téh ulin ka luar. Soré can balik téh ditéangan sagala. Ari pék hayam
téh teu kapanggih. Isukna ogé henteu balik henteu kapanggih. Tatangga ngabantuan
mangnéangankeun ogé masih teu kapanggih. Hayangna mah ceurik basa aya anu
nyebutkeun hayam téh pasti aya anu maok. Aya ku teungteuingeun ari bangsat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">**<o:p></o:p></span></div>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">Yosep R.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"> - Sumedan</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">g</span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;"><br /></span>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">Mangle no </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">MUAT no 2707, 29 November - ... Desember 2018</span>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-46469708496754310412020-05-25T07:09:00.001+07:002020-05-25T07:09:36.866+07:00Gorengan Amis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoOSp7aJi6wyhrBAKgQIOttZygeEX3YTP4CBLRGEvg1zbU22z7bYE3ulleYcXWl94aouX-hnQNzUgjIej9NQOkgnRB4xdren6dn_PqfA9w9XTNAKl9K3ZlgKG6kzone4IF_s7VpGv5YFg/s1600/Gorengan+amis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="barakatak mangle" border="0" data-original-height="500" data-original-width="740" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoOSp7aJi6wyhrBAKgQIOttZygeEX3YTP4CBLRGEvg1zbU22z7bYE3ulleYcXWl94aouX-hnQNzUgjIej9NQOkgnRB4xdren6dn_PqfA9w9XTNAKl9K3ZlgKG6kzone4IF_s7VpGv5YFg/s320/Gorengan+amis.jpg" title="pangalaman para mitra mangle" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dongéngna mah
kuring téh diajar usaha. Mimitina mah bingung, dina widang naon atuh kudu usaha
téh? Aya anu mapatahan kieu: “Usaha mah dina widang naon waé, tapi anu alus mah
urang resep jeung katoong piuntungeunana.” Satuju pisan kuring téh. Da puguh
resep téh kana papasakan, nya bismillah wé usaha dina kulinér.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Anu mimiti diproduksi
téh goréngan kacang héjo. Kunaon dipilih goréngan kacang héjo, sabab sabada
surpéy (héhé... gaya) ka warung-warung, goréngan kacang héjo mah langka anu
nyieun. Anu aya téh goréngan kacang kadelé, goréngan suuk, jeung goréngan
rebon. Cenah mah, kacang héjo mah lamun dijieun goréngan sok teuas ngabaketrak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ari kuring
kabeneran boga guru masak téh nya bageur nya béréhan. Umi, kitu biasana kuring
mah nyebutna. Nanyakeun masakan naon waé ogé, anu bisaeun mah, Umi mah tara
ngorétkeun nepi ka rusiah-rusiahna. Tah, goréngan kacang héjo ogé aya rusiahna.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Hayang renyah
mah kacang héjona, rusiahna mah anu tadi téa,” ceuk Umi. “Lamun geus
kabayangkeun mah, der wé nyobaan. Bisi can aya bahanna, tuh di dapur aya keur
goréngan kacang héjo mah.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Di dapur Umi mah
sagala aya. Salain bungbu-bungbu, bahan pasakan, kasebutna acan balanja téh sok
aya waé. Balikna kuring dibahanan tipung béas, aci keur campuran, jeung kacang
héjona sakalian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Isukna bada
subuh kuring prakték nyieun goréngan kacang héjo. Rada rusuh da hayang ngudag
nitip ka Ma Enong, tatangga tukang surabi. Da puguh kuring ogé murid anu pinter
(hehe... pedah teu aya anu muji), goréngan téh penampilanna alus. Dititipkeun
wé ka Ma Enong. Keun keur ka warung mah rada nyantéy ge bisa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sanggeus
ngabaturan budak sasarap rék ka sakola, der deui wé nyieun goréngan. Budak
ngasaan gorénganna. “Enak, tapi asa amis teuing,” ceuk budak. Rada reuwas, naha
aya goréngan amis? Barang diasaan, enya wé goréngan téh asa saroja, semu-semu
amis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Meureun
campuranna lain aci, tapi gula tipung,” ceuk Umi basa kuring nélépon, nanya
naha goréngan téh bet semu amis. “Meureun salah mawa kamari.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Enya wé basa campuran
téa diasaan, amis da puguh gula tipung. Aduh, mangkaning geus aya anu dijual. Kuring
gura-giru ka Ma Enong. Kira jam dalapanan mah Ma Enong geus siap-siap rék
mulang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kumaha Ma, aya
anu pajeng?” ceuk kuring bari tagiwur. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Séép. Malah
tadi aya anu naroskeun deui, raos cenah,” témbal Ma Enong.<o:p></o:p></span></div>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Kuring molohok. ** Lina Herlina - Setiabudi Bandung </span><br />
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Mangle no 2550, 5-11 Nopember 2015</span>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-56227226212931284542020-05-12T07:45:00.000+07:002020-05-12T07:45:04.161+07:00Dongeng Peuteuy<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8VFMydt7l4gvsF4njuyg3ROqGpQvZnX4WyDiMkDv16xyG8Xf-C4ig9gvv0HzJcj3duxZldXkydx8PQ3aTa5wWInWjqKdapM2IiWxdNrdO9Z7BAWmmdeSXCOZ2iFhI9wwzUlte2EAsR2g/s1600/dongeng+peuteuy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="barakatak mangle" border="0" data-original-height="500" data-original-width="748" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8VFMydt7l4gvsF4njuyg3ROqGpQvZnX4WyDiMkDv16xyG8Xf-C4ig9gvv0HzJcj3duxZldXkydx8PQ3aTa5wWInWjqKdapM2IiWxdNrdO9Z7BAWmmdeSXCOZ2iFhI9wwzUlte2EAsR2g/s320/dongeng+peuteuy.jpg" title="pangalaman para mitra mangle" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Masih kénéh
pangalaman Pa Tower, tatangga anu kasabna ngadegkeun tower di luar pulo Jawa.
Sakali mangsa mah kungsi mangbulan-bulan ngadegkeun tower di Kalimantan. Teu
pati jelas ari lebah-lebahna mah, ngan pakampunganana téh geus deukeut ka
perbatasan jeung Malaysia. Ari pendudukna lolobana urang Dayak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Cenah Dayak ogé
bisa dipilah deui. Aya urang Dayak anu geus di karota atawa di pakampungan,
prah waé ngamasarakat saperti urang di dieu. Aya ogé anu masih kukulunuan di
pileuweungan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ari anu
didongéngkeun di dieu mah urang Dayak anu geus di pakampungan. Sababaraha urang
malah aya anu milu gawé ngadegkeun tower. Da kitu biasana kawijakan boss téh
cenah. Salain pagawé anu arahli mekel anu geus pangalaman, ogé sok ngajakan
pribumi. Ti dituna mah ngarah aman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Harita Pa Tower
sabatur-batur saré jeung daharna téh diperenahkeun di warung sangu. Warung
sangu leutik di pakampungan. Ari anu bogana, salain ngawarung téh, ogé ngebon. Lega
ogé kebonna mah, melak anu utamana mah vaneli. Tapi ogé anu sok ngahasilkeun
lumayan téh tina peuteuy. Peuteuy téh mahal di ditu mah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ngan anéhna,
peuteuy téh tara diala saperti di urang. Tapi didagoan muragna waé. Jadi lamun
arék ngajual peuteuy téh kudu ngumpulkeun samuragna téa. Ari Pa Tower, da puguh
ti dieuna ogé purah tuak-taék, arateul ogé ningali peuteuy rantuy di ditu di
dieu, tapi anu dikumpulkeun sakadar anu murag.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Saya naik aja,
ambil petainya,” ceuk Pa Tower.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Jangan! Pohonnya
tinggi. Orang sini nggak ada yang berani naik!” cenah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dasar Pa
Tower<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tukang naék, bari mawa tambang
jeung gantar, tangkal peuteuy anu jangkung gedé téh ditaékan. Bakat ku garedé
tangkal peuteuy, ngalana ogé sapoé jeput. Geus diala mah aya kana sapuluh
karungna.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Anu boga warung
téh molohok. Da kakara cenah aya anu wani ngala peuteuy siga kitu. Atuh basa
peuteuyna dijual ka pasar di Malaysia, maké meunang belasan juta sagala. Pa
Tower dibéré bagean, tapi kéképéhan ditolak da tadina ogé ngabantuan cenah. Ngan
ti harita, salila genep bulan teu meunang mayar dahareun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Atuh basa balik
ka Jawa, maké dikeupeulan amplop sagala ku nu boga warung jeung pamingpin adat
Dayak. Enya, apan ari keur salsé téh sok milu kerja bakti jeung masarakat. Enya
ogé leket solatna, urang dinya ngarénovasi gereja mah miluan ogé cenah, da kana
tumbak-témbok ogé bisa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Reuwas mah basa
di jalan amplop téh dibuka, aya lima jutana saamplop téh. @@@<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Mangle no 2723, 21-27 Maret 2019</span></div>
<br />Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-62331300512152892812020-05-12T07:28:00.000+07:002020-05-12T07:28:13.079+07:00CITA-CITA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH0Lba71wIVR_Y3uaCty23ezCvh5RfyEG6nlHFBIjPQ1FzzOUQxeBSEZhEfA6k6t2qjnoZ043peGYreW0SxVAx1YloX8obwS4jBVBoOgMiGgRduBSIPgtSLlfRi1Pp5XN3gzyMbi20j14/s1600/Cita-cita.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="barakatak mangle" border="0" data-original-height="500" data-original-width="604" height="264" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH0Lba71wIVR_Y3uaCty23ezCvh5RfyEG6nlHFBIjPQ1FzzOUQxeBSEZhEfA6k6t2qjnoZ043peGYreW0SxVAx1YloX8obwS4jBVBoOgMiGgRduBSIPgtSLlfRi1Pp5XN3gzyMbi20j14/s320/Cita-cita.jpg" title="pangalaman para mitra majalah mangle" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Hiji poé, si
cikal anu kakara asup ka SMU, ujug-ujug ngabuih waé ngadongéngkeun cita-citana.
Cenah hayang jadi dokter forénsik. Tangtu waé
salaku indungna mah kuring atoh. Sugan enya, ari pok ti manéhna mah,
meureun diajarna ogé enya-enya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Dokter forensik
mah hebat nya, Nda. Geuning sagala terang tentang anatomi tubuh jalmi. Lamun
aya anu sakit, atawa maot ogé, ku naon maotna, anggota tubuh mana anu reksak,
tiasa kapendak ku dokter forensik mah,” ceuk budak téh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sangkaan kuring,
budak téh kungsi maca buku-buku tentang kesehatan atawa biologi. Atoh téh apan
éta téh cita-cita kuring baheula, hayang jadi dokter. Tapi malah méngkol jadi
perawat. Leuwih méngkol deui sabada rumah tangga, jadi perawatna di rumah sakit
mah ngan sababaraha taun. Terusna mah geuning kalah tulas-tulis ketak-ketik
siga kieu. Enya ogé pengetahuan ngeunaan kaséhatan mah henteu leungit, malah
kalah aya kawajiban pikeun nambahan terus-terusan. Enya, apan lamun nulis
artikel atawa buku kesehatan mah perlu deui macaan reperensi baheula atawa pengetahuan
populer anu leuwih anyar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Atoh wé Unda
mah Tétéh gaduh cita-cita janten dokter forensik. Tapi janten dokter naon waé
ogé hébat. Anu jelas mah, kedah nyaan diajarna. Saingan ka kedokteran mah pastina
ketat,” ceuk kuring. “Mudah-mudahan lancar biayana. Tétéh ogé belajarna
langkung soson-soson.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dina haté mah
enya hayang pisan boga budak anu jadi dokter. Matakna kuring jeung si Akangna satékah
polah ngusahakeun pikeun biayana. Hiji waktu mah basa keur milihan buku
referensi di toko buku onlén, ningali buku Dunia Forénsik, bet inget kana
cita-cita budak. Ah, dipesen wé buku téh meungpeung aya diskon deui.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sababaraha poé
ogé buku pesenan téh datang. Buku Dunia Forensik mah disimpen di kamar si
cikal. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Téh, tuh
dipangmésérkeun buku Dunia Forensik. Baca heula geura, naon waé anu disebat
forénsik téh,” ceuk kuring basa si Tétéh mulang sakola. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Budak téh henteu
muru ka kamarna saperti biasa lamun dipangmeulikeun buku novel. Tapi kalah
nyampeurkeun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Cita-citana ogé
tos gentos da ayeuna mah. Tétéh asa hoyong janten jaksa. Hébat geuning jaksa
téh,” cenah teu kireum-kireum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Kuring molohok. Mimiti
jadi curiga. Pastina lain cita-cita senyana atuh ieu mah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Tétéh terang ti
mana tentang forénsik sareng jaksa?” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Tina drakor.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Kuring beuki
molohok. Ah, si Akangna anu kitu mah. Budak dimeunangkeun lalajo drakor da
cenah drakor mah aralus. @@@<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">PPM Tamu ku: Lina Herlina</span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US;">Mangle no 2743, 15-21 Agustus 2019</span>Keluarga Semilirhttp://www.blogger.com/profile/14557054654747876580noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-6288291631745675332020-05-11T21:24:00.000+07:002020-05-11T21:24:14.014+07:00AYAM KESEPULUH<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Etmwe4x2OPXS0K6QE2_rM52b_hvz-oq4lzKcXC5ajyaxtcbUZQ2mMA8K8g9f5uDFKLHw53IjynUu47qj4VQAwZL1Zz6bAsyu9zbOsMiqgEeeKWowfeDAns4WUctgrUOD2xEJDUmITJ-B/s1600/Ayam+kesepuluh2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="dongeng yus r. ismail" border="0" data-original-height="315" data-original-width="366" height="275" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Etmwe4x2OPXS0K6QE2_rM52b_hvz-oq4lzKcXC5ajyaxtcbUZQ2mMA8K8g9f5uDFKLHw53IjynUu47qj4VQAwZL1Zz6bAsyu9zbOsMiqgEeeKWowfeDAns4WUctgrUOD2xEJDUmITJ-B/s320/Ayam+kesepuluh2.jpg" title="dongeng ayam ke sepuluh" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Emak dan Bapak
Ayam gelisah. Mereka mempunyai tujuh ekor anak yang masih kecil. Mereka tinggal
di peternakan yang ditinggalkan pemiliknya. Kandang yang mereka tempati hampir
roboh. Sepertinya terkena angin kencang sedikit saja kandang itu akan hancur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Terpikir untuk
segera pindah ke gua kecil di tepi hutan. Sahabat mereka, keluarga ayam hutan,
mencarikan gua yang nyaman buat mereka. Masalahnya, di jalan pasti dicegat oleh
sepasang musang yang baru berkeluarga. Sudah sejak lama musang itu
mengintip-intip anak mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Tapi kalau kita
tidak segera pindah, kandang ini bisa roboh, dan anak-anak kita terlantar,”
kata Bapak Ayam. “Tentu kita tidak bisa melindungi semua anak dari sergapan
musang.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Setelah berpikir
dan berdoa kepada Tuhan, akhirnya mereka mempunyai ide. Ketika induk ayam hutan
sahabat mereka datang, mereka menceritakan maksudnya. Saat Bapak dan Emak Ayam
Hutan pulang, mereka berbicara keras.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Besok keluarga
ayam itu akan pindah ke tepi hutan. Kasihan kalau mereka tetap di peternakan
terlantar. Kandang mereka bisa roboh!” kata Bapak Ayam Hutan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Padahal anak
mereka delapan ekor. Si bungsu yang berbadan besar itu ingin segera pindah!”
balas Emak Ayam Hutan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sepasang musang
yang sedang beristirahat di semak-semak menguping. Mereka tersenyum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Akhirnya kita
bisa makan besar. Siapkan bumbu-bumbu yang enak, kita tangkap anak ayam yang
besar,” kata musang jantan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Boleh, asal
bantu mencari bumbu umbi-umbian di tepi hutan,” balas musang betina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Besoknya Bapak
dan Emak Ayam berjalan terlebih dulu. Betul saja, di ujung peternakan mereka
dicegat musang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Pak dan Bu
Ayam, lagi pindahan ya? Mana anak kalian yang paling besar itu?” tanya musang
jantan sambil tersenyum-senyum senang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Begini saja,
Musang. Kami memang harus rela mengorbankan seekor dari kami,” kata Bapak Ayam.
“Boleh kalian ambil anak kami yang paling besar. Anak kami kan ada delapan
ekor, ditambah kami berdua jadi sepuluh ekor. Hitung saja, atau tanya anak-anak
kami yang nanti lewat ke sini, ayam kesepuluh adalah anak kami yang paling
besar.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Hehehe, Bapak
Ayam bisa saja. Tahu keinginan kita,” kata musang betina sambil tersenyum
kurang ajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Bapak dan Emak
Ayam lalu pergi cepat-cepat. Sepuluh menit kemudian datang anak ayam yang
pertama. Sepasang musang itu mencegat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Tuan Musang,
saya ini anak ayam pertama, berarti ayam yang ketiga. Si bungsu yang berbadan
besar masih jauh,” kata anak ayam itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kalau begitu,
cepat kamu lewat,” kata musang jantan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Anak ayam itu
segera berlalu. Sepuluh menit kemudian anak ayam kedua datang. Dia dicegat oleh
sepasang musang yang mulai kelaparan itu. Terjadi lagi pembicaraan seperti
tadi. Anak ayam itu pun selamat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ketika menunggu
anak ayam yang ketujuh lewat, sepasang musang itu sudah tidak kuat menahan
laparnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kenapa tidak
kita tangkap saja semua anak ayam itu,” kata musang jantan. “Meski badannya
kecil-kecil, tapi kalau banyak kan bisa membuat kenyang juga.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Huss...! Jangan
berkata begitu,” kata musang betina. “Sabar. Musang sabar itu akan dikasih
makanan yang banyak.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Anak ayam
ketujuh pun lewat. Dia ketakutan ketika melihat musang jantan menelan ludah.
Dia takut musang itu menerkamnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kamu ayam
keberapa?” tanya musang jantan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Saya... ayam...
kesembilan. Permisi..!” Anak ayam yang ketakutan itu berlari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Musang jantan
mau mengejarnya. Tapi ekornya ditarik oleh musang betina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Sabar...<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tinggal ayam terakhir!” kata musang betina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sepuluh menit
sudah berlalu, tapi anak ayam itu tidak ada lagi yang lewat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kenapa anak
ayam itu tidak juga keluar dari kandangnya?” tanya musang jantan. “Lihat, di
dalam kandang itu masih ada seekor ayam besar.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Pasti anak ayam
itu ketakutan. Kita sergap saja. Pintunya terbuka ini,” kata musang betina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sepasang musang
itu mengendap mendekati kandang ayam. Pintu kandang itu terbuka. Seekor ayam
besar ketakutan di dalam kandang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Hahaha...
ayamnya besar sekali. Kita sergap saja,” kata musang jantan sambil masuk ke
dalam kandang. Musang betina mengikutinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sepasang musang
itu saling memberi isyarat. Lalu menerkam bersamaan. Brraakk... kandang itu
roboh. Kayu-kayu dan bambunya patah. Genting berjatuhan. Sepasang musang itu
mengaduh tertimpa kayu, bambu dan genting. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Meski badan
mereka terasa sakit, sepasang musang itu tidak melepaskan terkamannya. Mereka
keluar dari reruntuhan, menggusur anak ayam besar. Betapa terkejutnya mereka
saat tahu anak ayam besar itu adalah patung jerami yang ditempeli bulu ayam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Dasar ayam-ayam
penipu!” kata musang betina.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">“Kita juga yang
bodoh. Kenapa percaya ada orang tua yang mau mengorbankan anaknya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sepasang musang
itu pulang dengan badan yang sakit dan perut yang lapar. @@@<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Padang Ekspres, 17 November 2019</span></div>
<br />Yus R. Ismailhttp://www.blogger.com/profile/07689912954530025330noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5624718412707985914.post-7626806444991647592020-05-11T21:07:00.002+07:002020-05-11T21:07:53.208+07:00ANU LUNTA BARI NGARASULA<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">(Apresiasi
Carpon “Indit” karangan Herni Nur’aeni)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Ku: Yus R. Ismail<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;"><o:p><br /></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzMhUv-Rkr3YUiLcEw9cOssX03JPfNGVFiD2NBEUtbUp8jyDqlDBpXozaZ_79KXhVtDn4NOWJgJhqCRiAF3WKlYuCdhuWCX9bU4vV6Yz6NCP_Ha1R8fnrMB1bDdgD9Cjko_69pTP0CcS6X/s1600/Anu+lunta+bari+ngaraula.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="taraju tribun jabar" border="0" data-original-height="634" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzMhUv-Rkr3YUiLcEw9cOssX03JPfNGVFiD2NBEUtbUp8jyDqlDBpXozaZ_79KXhVtDn4NOWJgJhqCRiAF3WKlYuCdhuWCX9bU4vV6Yz6NCP_Ha1R8fnrMB1bDdgD9Cjko_69pTP0CcS6X/s320/Anu+lunta+bari+ngaraula.jpg" title="catetan carpon sunda" width="252" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Maca carpon Indit karangan Herni Nur’aeni (3-5 Juli 2018), dibarengan ku
gegebegan sagala. Meureun salahna mah pédah macana ditungtut. Maca bagean kahiji
matak ganggarateun. Ari nungguan, asa ngampleng nungguan isukan. Pikeun kuring
anu “baperan”, maca téh alusna mah dihijikeun waé dina poé panungtung Tribun
Jabar ngamuat carpon. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Alesan kadua pédah témana asa lawas teu manggih. Lantaran sorangan gé
tungkul kana nyarpon (tukang ngarang carpon), tema “indit” téh asa acan kungsi
wareg diubek-ubek. Lega kénéh kapanasaran jeung kahayang. Bari “kuringna”
sorangan asa acan siap waé pikeun nyarponkeunana. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Alesan katiluna mah meureun lantaran anu ngarangna, Herni Nur’aeni, asa
henteu wanoh. Meureun pédah kuringna anu kurang niténan. Asa kakara maca
carponna. Matak basa maca bagean kahiji téh, saterusna lebeng léokna arék ka
mana, asa gegebegan siga rék panggih jeung anu dipikaresep.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Kritik Sosial Atawa Transendental<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Carpon Indit sorangan nyaritakeun kuring anu indit ti imah ema (indung). “Nurutan
bapa anu geus mangkat tiheula. Kuring gé hayang indit, tapi teuing kudu kamana
nya tujuan...” kitu ceuk carpon Indit. Lantaran aya kalimah siga kitu sangkaan
téh carpon bakal ngaléok kana transendental. Wewengkon anu henteu kahontal ku
akal, eksistensi manusa anu “ti mana jeung arék ka mana”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Unggal aya carpon anu nyaritakan tema kitu, ingetan téh angger kana carpon
Miang karangan Yus Rusyana. Nepi ka ayeuna, “ngarahuh”na maca carpon Miang asa
can kungsi kaalaman deui. Carpon Miang ngobét eksistensi manusa anu hakekatna
mah saukur “ngumbara” di alam pawenangan ieu. Ongkoh deui judulna, Miang jeung
Indit, asa sarimbag.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Tapi réngsé maca bagean kahiji, sangkaan tema transendental téh leungit ku
réana ngarasula kana hirup kumbuh sapopoé. Aya kahanjakal mah, boa carpon Miang
anu dikarang ku Pa Yus Rusyana 30 Desember 1972 téh moal aya anu ngabaladah
deui pikeun leuwih jero jeung munel. Carpon Indit sigana leuwih deukeut kana
kritik sosial. Enya ogé dimimitian ku ngarasula kana kaayaan (ekonomi) sapopoé,
tapi léokna mah sigana kana protés sosial.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Sangkaan kitu pédah kulawarga anu dicaritakeun tokoh kuring, nyaéta bapa
tukang (dagang) kurupuk nguriling ka warung-warung maké motor butut, ema anu
ngajeujeuhkeun pangasilan bapa pikeun sakabéh kaperluan, salaki anu kasabna
buburuh saayana, kuring sorangan saenyana gawé bisa mantuan salaki (tapi teu
disebutkeun naon gawéna).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Dina hirup kumbuh sosial jaman now, tokoh-tokoh anu tadi ditataan nyaéta
anu katideresa. Pamaréntah apan terus-terusan “nyiptakeun” inflasi ku
ngaronjatkeun harga BBM, naikeun gajih pagawé negri, pangwangunan infrastruktur,
jsb. Pagawé negri, swasta (dibantuan ku UMR), atawa anu kalibet dina proyék
infrastruktur saperti jalan tol, bendungan, jrrd; pastina bisa nyubadanan nérékélna
hahargaan da pangasilanana ogé ngaronjat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Sedeng rahayat anu ditataan dina carpon Indit, kaasup tokoh-tokoh anu
katideresa. Tokoh “katindih ku kari-kari” anu henteu walakaya nyanghareupan ngaronjatna
hahargaan kabutuh sapopoé. Tapi sabada réngsé maca carpon Indit nepi ka tamat,
protés sosial atawa kritik sosial siga kitu téh ogé ngabulasin. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Anu Indit Ngarasula<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Carpon Indit saukur nyaritakeun “anu indit bari ngarasula”. Sakuringeun,
léokna carpon ka lebah dinya, kaasup anu panghenteudipiharepna. Lamun seug
nuturkeun “kahayang”, apan manusa mah tempatna anu moal aya seubeuhna. Anu
ngontrak hayang boga imah, anu boga imah hayang motor, anu boga motor hayang
mobil, anu boga mobil hayang kebon, jst. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Obatna apan geus nyampak, saperti ema anu narimakeun, sadrah, jeung teu
weléh muji-sukur sakumaha ogé rejeki katarimana. Tokoh kuring saenyana kaasup
“legok tapak genténg kadek” dina urusan masakat. Apan ti leuleutik ogé geus
ngarasakeun kitu. Bapa anu nangkes sakabéh kaperluan kulawarga saukur tukang
kurupuk. Atuh sanggeus rimbitan, salaki saukur buburuh saayana. Tapi naha jadi
ngarasula? Apan keur leutik mah, mangsana sakola, malah narimakeun kaayaan,
daék ditutah-titah ku babaturan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Anu matak hélok, dina carpon Indit ogé dicaritakeun tokoh kuring hiji
mangsa mah manggihan salaki keur nyupiran mobil, di gigireunana awéwé geulis
pisan, raksukanna gaya. Naha éta téh salakina nyaan? Salingkuh atawa gawé jadi
supir? Apan salakina mah kasabna buburuh saayana. Anu ieu ogé henteu kungsi
dibéjér-béaskeun. Sabada apal kuring téh saukur jelema ngarasula anu henteu
narimakeun kaayaan bari terusna nepi ka owah, Kang Asép (salaki) anu katempo
nyupiran mobil ogé bisa jadi saukur titingalian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Alhasil, carpon Indit acan buleud jadi carpon anu munel. Enya ogé kitu,
kudu diaku, tema nu dipilih ku pangarang henteu gampang diperuhkeun. Perlu
latihan, pangaweruh, jeung ambahan anu lega. Upami imeut kana gaya ngarangna
anu ngaguluyur, luak-léok atawa sumpar-sampeur kajadian anu perelu
dicaritakeun, gedé harepan bakal aya carpon munel tur petingan ti ieu
pangarang. @@@<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-no-proof: yes;">Yus R. Ismail, pamaca carpon.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: Times New Roman, serif;">Tribun Jabar, 7 Juli 2018</span></div>
<br /><br />
Yus R. Ismailhttp://www.blogger.com/profile/07689912954530025330noreply@blogger.com0